Bab 13. Single Mom

Lelah, penat dan lengket. Itu yang dirasakan tubuh Rahma saat ini. Ia baru pulang menjelang pukul 9 malam menggunakan taksi online sebab mobilnya sengaja dibawa lebih dulu saat ayah menjemput Dika. Guyuran air hangat dari shower berhasil menyegarkan tubuhnya dan menipiskan penatnya pikiran.

Ia mematut diri di depan cermin dengan handuk yang masih melilit di badan dan rambut yang terbungkus handuk kecil. Pipi tirus dan cekungan dalam di leher menandakan berat badannya belum kembali normal alias masih kurus. Ia memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam dari hidung, menghembuskan perlahan dari mulut. Ia mencoba membangun kekuatan, motivasi diri untuk bisa melalui jalan panjang ke depan. Be a single mom.

Menjadi single mom adalah orang yang kuat. Begitu ia menyimpulkan bacaan dari sebuah artikel di laman online tadi siang saat di toko. Membutuhkan kekuatan serta kesehatan mental dan fisik. Dan ia mulai membangun itu.

Tumben Dika udah bobo. Biasanya nungguin aku pulang.

Ia tersenyum melihat pemandangan di atas ranjang yang menyejukkan hatinya. Dikecupnya kening sang buah hati yang terlelap dengan mulut sedikit terbuka itu.

Rahma keluar dari kamar mengenakan daster coklat polos dengan bordiran bunga di bagian dada. Bibirnya melengkungkan lata 'wow'w dengan binar ceria melihat sepiring nasi goreng hangat di meja makan yang sudah dipastikan untuknya. Ia memilih makan sambil bergabung dengan ayah dan uma yang tengah menonton televisi.

"Hmm. Enak banget ini nasi gorengnya. Kayak buatan restoran." Ia mengomentari rasa nasi goreng sea food yang memenuhi mulut. Entah efek badannya yang kini segar atau karena lapar menyebabkan ia menjadi rakus sampai-sampai makan dengan cepat seolah takut jatahnya diambil orang.

Uma mengedipkan mata ke arah Ayah dengan senyum dikulum menyaksikan aksi rakus anak tunggalnya itu.

"Alhamdulillah...nikmatnya." Rahma menyimpan gelas kosong dan piring yang telah licin berdampingan di atas meja.

"Emang itu dari restoran kok. Uma sama Ayah abis makan di luar." Uma baru mengomentari usai Rahma mengelap bibirnya dengan selembar tisu.

Rahma membeliakkan matanya sambil tersenyum lebar mendengar jawaban ibunya itu. "Nah gitu, pacaran di luar. Bagos." Lanjutnya sambil mengangkat dua jempolnya.

"Tadi pulang dari toko mampir ke alun-alun, shalat ashar di sana. Terus ketemu temennya Ayah, ngobrol-ngobrol sampe nggak kerasa mau magrib. Sekalian deh magrib di sana."

"Dika juga anteng mainnya. Berbaur sama anak-anak lain di lapang rumput."

"Abis shalat temen ayah maksa ngajak makan bareng. Ya...rejeki nggak boleh ditolak. Kita lanjut ke TSM."

"Udah gitu harus bekal juga buat dibawa pulang. Uma inget kesukaanmu, nasi goreng seafood."

"Tambah abis makan, lanjut main di play ground. Uh, senengnya dia sampe gak mau pulang. Baru nyampe rumah jam 8 tadi juga."

Penjelasan Uma membuat Rahma manggut-manggut. "Pantesan Dika cepet bobo, cape ya," lanjutnya terkekeh membayangkan tingkah anaknya yang aktif.

"Temen ayah yang mana sih?" Rahma menatap ayah dengan raut penasaran. "Hebat ayah. Baru setahun tinggal di Bandung udah banyak teman aja."

"Temen pengajian." Jawab Ayah singkat tanpa mengalihkan tatapannya dari tayangan berita televisi.

Rahma kembali le kamarnya. Ia menatap buku diary bersampul hitam yang diambilnya dari laci lemari. Tak ingin terus larut dalam kesedihan, demi berusaha menjadi single mom, ia menguatkan hati untuk melanjutkan membaca tulisan tangan Malik, sang pemilik hatinya.

14 April 20xx

Rahma istriku sayang,

Abang tak ingin terus dalam kepura-puraan. Kuat di depanmu, padahal hati remuk. Jujur, abang belum ikhlas menerima takdir penyakit yang menimpa, belum ikhlas jika kemungkinan umur abang tak akan lama lagi.

Beruntung Nico mengajak Abang bertemu seorang ustad. Nasehatnya mengena di hati. Alhamdulillah pulang dari sana, titik balik Abang menjadi pribadi yang tawakal.

Rahma mengusap sudut matanya yang berkaca. Terbayang kilas balik saat Malik begitu santai dan tenang menghadapi ujian penyakit itu. Beda dengan dirinya yang sering menangis sembunyi-sembunyi.

19 April 20xx

Setelah sekian lama libur, Abang seneng banget bisa menyentuhmu lagi semalam. Kenyang banget kayak orang kelaparan, hehe....

Blush. Wajah Rahma merona membaca bagian ini. Darahnya berdesir kala membayangkan saat malam itu. Malik yang rakus menyentuhnya, melarutkannya dalam kenikmatan tak bertepi. Ia mendekap buku diary sepenuh hati. Membayangkan Malik yang tengah dipeluknya untuk melepas rindu yang tiba-tiba menyesak dada.

Hari ini Abang mulai kemoterapi kedua. Abang siap jalani dengan semangat. Demi bisa terus mendampingimu dan anak kita.

Lagi. Ia harus berkaca-kaca demi membaca kelanjutan tulisan tangan sang suami yang sangat rapih itu.

Malam ini cukup. Ia menutup diary bersampul hitam itu. Dan berjanji akan terus membacanya di malam-malam berikutnya sebagai dongeng pengantar tidur.

Ia merafalkan doa sebelum tidur dan tak pernah terlewat selalu mengirimkan doa terbaik untuk almarhum.

****

Hari-hari menjelang ulang tahun Dika yang kedua, Rahma disibukkan dengan banyaknya pesanan setiap harinya. Ia tak bisa mencegah Ayah yang turut membantu menjadi sopir yang mengantar 300 box snack ke salah satu bank BUMN yang hari ini merayakan ulang tahun. Ia dan Uma pun turun tangan di pantry dibantu 2 karyawan bagian pantry yang tampak cekatan dan bersemangat. Demi mengejar target menyelesaikan 250 box snack yang akan diambil sore ini.

Alhamdulillah rejekimu, nak.

Rahma beralih mengontrol ke ruang pengemasan sambil menciumi pipi Dika yang turut nimbrung membentuk dus kemasan. Bukannya membantu malah membuat dus penyok-penyok.

"Hari ini Bunda kasih dispensaai deh, yang penting kamu anteng." Dengan gemas Rahma menggesekkan hidungnya di ketiak Dika.

"Ih Nda ihh....diem..." Dika tertawa-tawa dengan badan mengkerut sebab geli. ia pun melayangkan protes sebab sang bunda sudah mengganggu kegiatannya.

Sandi dan Lia, dua karyawan yang tengah menyusun isian box, senyum-senyum menyaksikan interaksi ibu dan anak itu.

"Mbak Rahma, ada tamu." Fitri memanjangkan leher di ambang pintu sebab tak bisa lama-lama meninggalkan meja kasir.

"Siapa, Fit?"

"Ibu Indah."

Rahma cukup terkejut mendengar nama itu. Terakhir mertuanya itu datang ke rumah saat 40 harinya Malik untuk mengajak Dika jalan-jalan. Namun Dika sama sekali tidak mau, malah menangis. Kali ini mau apa?

"Rahma. Apa kabar, nak?" Mama Indah dengan senyum terkembang, berdiri menyambut kedatangan Rahma ke mejanya dengan pelukan dan mencium kedua pipinya.

Tunggu-tunggu. Nggak salahkah ini.

"Alhamdulillah baik, Ma." Balasnya dengan sedikit kerutan di kening sebab merasa heran dengan perubahan 180° sikap mertuanya itu. Biasanya mama Indah akan memalingkan muka saat ia mencium tangannya.

"Mama minta maaf atas sikap mama selama ini." Mama Indah memasang wajah penuh penyesalan dengan tangannya menggenggam kedua tangan Rahma di tengah meja.

"Mama sadar udah berlaku egois. Please, lupakan masa lalu. Mulai sekarang kita keluarga."

Rahma, antara bahagia dan ragu berpadu di hati. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba mama Indah berubah baik dan ramah. Benarkah mama tulus?!

"Mau kan maafin Mama?!"

Rahma menatap kedua bola mata wanita berambut coklat yang duduk di depannya itu. Seolah mencoba mengorek kejujuran dari sorot mata yang berkaca itu.

"Iya, Ma."

Cukup lama mereka berbincang bahkan Dika menghampiri dan bergelayut manja di lengan Rahma. Anak itu menggeleng kuat saat sang nenek meminta beralih duduk di pangkuannya.

"Ini Oma bawa kado buat Dika. Lusa ulang tahun kan, sayang." Mama Indah menyerahkan goodie bag besar ke depan sang cucu.

"Besok Oma mau pergi ke Singapura. Jadi kadonya sekarang aja."

"Jadi anak yang hebat ya, sayang." Mama Indah mencium kedua pipi cucunya itu. "Kamu mirip sekali ayahmu waktu kecil."

Rahma terbawa haru melihat mama Indah yang berkaca-kaca. Mungkin benar mertuanya itu kini telah berubah. Semoga ini bagian dari berkah di usianya Dika yang ke 2 tahun.

"Bilang makasih sama Oma, sayang." Rahma mengingatkan Dika yang tengah mengintip isi di dalam goodie bag berwarna biru itu.

"Maacih, Oma."

****

Tak ada lembaran diary yang dibuka dua malam terakhir ini. Sebab kesibukan di toko yang membuat Rahma lelah dan cepat tidur saat tiba di rumah.

Kajian ahad pagi ini ia tidak ikut ke pesantren sebab bertepatan dengan milad sang anak. Dan ia sudah berjanji akan membawa Dika ke tempat ayahnya. Lalu siangnya akan ada acara kumpul-kumpul di rumah. Salma dan Candra sudah datang dari Jakarta membawa si kembar dan menginap di rumah Suci. Tidak ada acara pesta, hanya acara main bersama dengan mengundang badut bermain sulap untuk menghibur anak-anak.

Suasana komplek pemakaman di hari minggu tentu berbanding terbalik dengan suasana car free day yang sangat ramai pengunjung. Di sini sepi. Hanya segelintir orang yang berjalan di depan gerbang masuk komplek, sebagian ada yang mengais botol-botol plastik bekas.

Rahma menuntun buah hatinya menyusuri jalan kecil menuju pusara Johan Al Malik yang tampak berhias rumput hijau, seragam dengan pusara lainnya.

Ia duduk bersimpuh, diikuti Dika yang berjongkok di sisinya. Satu keranjang berisi penuh kelopak mawar merah tersimpan di sisi kiri. Sebaris doa dengan tangan menengadah lirih terucap. Aamiin. Ia telah menyelesaikan doanya.

Abang, aku datang bersama Dika.

Anak kita kini usianya 2 tahun. Sudah besar dan makin aktif. Tambah ceriwis juga. Aku sampe cape melayani celotehannya.

Rahma menyunggingkan senyum sambil menaburkan kelopak bunga mawar segar di atas pusara.

"Dika, ini rumah Ayah." Rahma menelan saliva saat harus memperkenalkan keberadaan Malik pada anaknya yang turut menaburkan bunga. Padahal dari rumah ia sudah menguatkan hati agar bisa tegar dan tidak menangis.

"Bilang, Assalamualaikum Ayah."

"Salamikum, Ayah." Dika berseru riang mengucapkan salam mengikuti sang bunda.

"Mana ayah, Nda?" Dika menoleh ke arah bundanya dengan raut penasaran.

"Ayah lagi bobo di dalam. Dika nggak bisa bertemu Ayah. Hanya bisa melihat rumahnya aja."

"Nda, atu mo peyuk ayah."

Bobol sudah bendungan air mata yang dari tadi dikuatkannya, ditahannya. Ucapan polos Dika dengan sorot mata yang merajuk sungguh mengiris hatinya.

Tolong, bagaimana cara menjelaskannya lagi.

Terpopuler

Comments

betriz mom

betriz mom

luar biasa cerita nya bagus banget Thor.😭😭😭

2024-05-12

0

Erna Masliana

Erna Masliana

sedih lg 😭

2024-04-26

0

Normahasrul

Normahasrul

Sedihhhh aku😫😫😫

2023-12-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!