Bab 17. Your Face Distracts My World

Your Face Distracts My World (Wajahmu mengalihkan duniaku)

Mizyan urung melepas sarung dan baju koko usai shalat isya berjamaah, sebab Dado baru saja mengetuk pintu kamarnya. Pemuda bertubuh gempal itu mengabari jika dirinya dipanggil oleh Umi untuk ikut makan malam bersama. Hanya melepas pecinya saja, ia mengecek lagi penampilannya di depan cermin, merapihkan rambut dengan sela jarinya, sebelum keluar dari kamar.

Di ruang tengah tampak sudah berkumpul keluarga Abah dengan formasi lengkap, dua orang anak dan menantu serta 5 cucunya. Mizyan duduk sila di samping Azis yang duduk sambil menimang anak keduanya yang masih bayi berusia 2 bulan.

"Teh Ratna, kapan datang dari Tasik?" Mizyan menyapa istrinya Azis yang saat itu memilih tempat melahirkan di Tasikmalaya di rumah orangtuanya.

"Tadi sore, Yan." sahut Ratna sambil membantu Olla menata lauk pauk di tengah-tengah kumpulan orang yang duduk melingkar.

"MasyaAllah, cute, kang." Mizyan beralih memperhatikan bayi perempuan yang tengah mengerjap-ngerjapkan mata, sesekali bola mata coklat itu bergerak ke kiri dan ke kanan seolah memindai keadaan sekeliling yang masih asing.

"Makanya cepetan punya istri. Biar bisa ngerasain gendong anak." Azis terkekeh menggoda Mizyan yang tiap ditanya kapan mau nikah, hanya dijawab dengan cengiran.

"Nggak perlu nunggu punya istri. Sekarang juga bisa gendong. Siniin, kang." Mizyan mengulurkan tangan untuk meraih baby girl nya Azis.

"Ah, bener ini mah udah cocok jadi ayah." Sarah, istrinya Fahri ikut berkomentar melihat Mizyan menggendong baby Humaira meski masih tampak kaku. "Mau lamar siapa, Yan? Teteh mah siap nganter."

"Eh aku juga siap nganter dong." Ratna tak mau kalah mengompori. "Di Tasik ikan gurame udah gede-gede. Siap teteh sumbangin buat hantaran khitbah kamu, Yan."

"Disini yang jomlo ada 2. Noh...." Fahri menunjuk dengan dagunya ke arah Olla yang duduk di sisi Umi.

"Ih, apaan sih A Fahri." Olla memutar bola matanya sebab harus kena juga candaan kakaknya itu.

Mizyan hanya tertawa sumbang menanggapi guyonan anggota keluarga Abah itu yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri.

Abah berdehem. Sudah difahami oleh semuanya jika itu adalah kode untuk tak lagi berisik. Acara makan bersama pun dimulai dalam susana hangat kekeluargaan. Dan Mizyan selalu menikmati suasana makan seperti ini, duduk lesehan dengan makan tanpa menggunakan sendok garpu.

Usai acara makan, Azis mengajak Mizyan berpindah duduk di kursi teras. Ia mengeluarkan sebuah kertas dari saku bajunya dan mengulurkannya kepada Mizyan.

"Komunitas Hijrahku akan mengadakan kajian muda-mudi di masjid An Nur, terbuka untuk umum." Azis menjelaskam kertas berupa draft acara kajian yang tengah dibaca oleh Mizyan.

"Ini memang dadakan acaranya. Dan ketua Hijrahku minta tolong sama aku, ingin memgundangmu untuk sesi kisah inspiratif. Gimana bisa, Yan?"

"Kapan, kang?" Mizyan sudah tak kaget dengan undangan untuk berbagi kisahnya sebagai mualaf. Bahkan ia sudah pernah tampil live di salah satu stasiun tv pada acara kajian yang tayang setiap pagi.

"Dua waktu. Malam jumat dan malam ahad jam 8."

"Aku terima info udah dari jum'at kemarin, cuma kita baru ketemunya sekarang. Kurang afdol kalau bicara via telepon."

"Mereka meminta konfirmasi malam ini juga. Soalnya mau buat pamflet di instagramnya."

Mizyan meminta ijin sebentar ke paviliun untuk mengambil ponselnya. Sebelum memutuskan, ia harus melihat schedule yang tersusun di reminder ponselnya.

"Malam jum'at InsyaAllah bisa."

"Kalau yang malam ahad nggak bisa, kang. Ada undangan wedding.Temen aku yang di Jakarta nikah dapet orang Bandung. Aku udah janji akan datang."

Azis mengangguk. "Oke. Aku konfirmasi dulu kalau gitu."

****

Mizyan berpindah duduk lagi di gazebo yang ada di halaman belakang. Olla memberitahunya jika Abah ingin berbicara empat mata.

"Makasih, Olla." Ia tersenyum menatap Olla yang menghantarkan 2 gelas minuman bandrek untuk menemani suasana malam yang dingin.

"Sama-sama, kak." Olla balas tersenyum dengan wajah tersipu. Ia berlalu sambil memeluk nampan di dadanya dengan wajah sumringah dan senyum dikulum.

Mizyan memilih menunggu Abah untuk memulai bicara. Ia tidak berani bertanya kenapa dirinya dipanggil saking hormat dan khidmatnya kepada ulama bersahaja dan kharismatik itu.

"Ada sejumlah teori yang menyebutkan bahwa anak laki-laki yang tidak mendapatkan perhatian dan kehadiran ayahnya, seringkali mengalami kesedihan, depresi, hiperaktif, dan murung."

"Sementara anak perempuan yang tidak mendapat asuhan ayah akan cenderung individualis." Ustad Ahmad yang biasa dipangggil Abah oleh anak-anaknya mulai membuka suara. Untaian tasbih dengan butiran bulat berwarna coklat menghiasi jemari tangan kanannya sambil bergerak perlahan mengikuti kalimat dzikir dalam hati.

"Abah tidak menyalahkan ataupun membenarkan teori-teori itu. Karena lingkungan keluarga juga lingkungan pergaulan berperan sangat penting membentuk kepribadian."

"Abah hanya ingin menyampaikan kebenaran dari kaca mata Islam."

Mizyan mendengarkan dengan fokus semua ucapan Abah. Ia berpikir mungkin Abah akan memceritakan kisah teladan tokoh Islam.

"Sejarah Islam mencatat banyak orang besar yang justru menjadi yatim sejak kecil atau tumbuh tanpa kehadiran sosok orang tua. Mereka berhasil mengubah dunia."

"Nama yang tersebut pertama pastilah Rasulullah SAW. Ayahnya meninggal saat ia masih dalam kandungan. Ibundanya meninggal saat ia menginjak usia 6 tahun. Peran ayah kemudian digantikan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan pamannya Abu Thalib. Kedua figur pengganti sosok ayah lah yang menempa pribadinya menjadi luar biasa."

"Tak hanya para Nabi, banyak ulama yang juga ditakdirkan menjadi yatim sejak kecil."

"Yang paling masyhur adalah kisah Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-Qurasyi atau yang dikenal sebagai Imam Syafi’i."

"Ayahnya meninggal saat ia baru berusia 2 tahun. Ibunya adalah sosok yang luar biasa. Merasa tak “sanggup” memberikan pendidikan yang layak, ia bawa Syafi’I kecil ke kampung halaman ayahnya di Makkah."

Abah menyeruput bandrek sebanyak tiga tegukkan sebagai jeda sebelum melanjutkan ceritanya.

"Di sana ia serahkan pendidikan putranya pada sosok-sosok luar biasa seperti Imam Muslim bin Khalid Az-Zanji, Imam Malik bin Anas, Imam Sufyan bin Uyainah. Dari guru-guru luar biasa ini, ia mendapat pengganti figur ayahnya."

"Hasilnya, di usia 9 tahun telah hafidz Alqur’an. Di usia 10 tahun hafal kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik yang berisi 1.720 hadis. Disebutkan kalau kitab itu dipelajarinya hanya dalam waktu 9 hari!"

"Di usia 15 tahun telah menjadi mufti kota Makkah, yang memungkinkannya memberikan fatwa dan mengajar di Masjidil Haram."

"Masih ada lagi kisah Imam Bukhari, Imam Hanbali, Imam Ibn Katsir, dan banyak lagi ulama yang ditakdirkan menjadi yatim sejak kecil. Namun mereka istimewa. Yatim bukan berarti kehilangan segalanya, karena Allah takdirkan mereka mengubah dunia."

"Maasha Allah." Abah tersenyum tipis diiringi binar mata kekaguman menerawang menatap langit pekat bertabur bintang. Ia lalu menatap Mizyan lekat-lekat.

"Kalau kamu Mizyan. Kamu bukanlah seorang yatim ataupun yatim piatu."

Mizyan menautkan kedua alisnya menatap Abah dengan rasa heran dan penuh tanya.

"Maksudnya gimana, Bah?" Ia akhirnya tak tahan untuk meminta penjelasan.

"Kamu pergi meninggalkan orang tua karena perceraian yang tidak kamu harapkan. Memberontak tanpa memberi jejak dan hidup berkelana mencari jati diri, sampai akhirnya hidayah mengantarmu menjadi seorang muslim."

Mizyan menundukkan kepala dalam-dalam. Perkataan Abah membukakan lembaran kelam masa remaja saat ancaman kaburnya tak berhasil menyatukan kembali orang tuanya. Dan ia benar-benar kabur tanpa menoleh lagi ke belakang.

"Apakah tindakan saya salah, Bah?" Ia mengangkat kepala menatap Abah yang meneguk bandrek yamg tersisa sampai tandas.

"Tidak ada yang harus disalahkan. Kisah masa lalu sudah terlewat. Dan kamu sudah menjadi manusia baru yang berguna dan menebar manfaat."

****

Dikamarnya, Mizyan merenungi ucapan Abah yang tak terasa berbincang sampai 2 jam lamanya.

"Ikhlaskan hati, buang rasa benci. Sekarang sudah waktunya mencari keberadaa ayah dan ibumu."

"Semoga ayah ibumu masih ada."

"Tunjukkan padanya jika kamu telah menjadi muslim yang soleh. Tunjukkan adab menghormati orang tua meski berbeda akidah."

Ia memejamkan mata. Berjanji pada diri sendiri untuk pulang ke kota kelahirannya sesegera mungkin. Namun langkah menuju tidur lelapnya terhalang oleh bayangan wanita cantik bermuka ketus.

"Jangan panggil saya Bunda!"

"Hanya Dika yang boleh manggil begitu."

Tanpa disadari, ia senyum-senyum sendiri dengan mata nyalang menatap langit-langit kamar yang menggambarkan wajah jutek seorang wanita.

Entah kenapa sejak mendapat protes itu, ia malah ketagihan untuk membuat kesal bundanya Dika itu.

Mizyan memilih bangun sebab merasa sulit untuk memejamkan mata. Ia beralih mengambil kertas dan pensil untuk membuat gambar sesuai imajinasinya saat ini. Jika imajinasi sudah tertuang dalam bentuk gambar, ia akan mudah untuk tidur sebab ganjalan di pikiran sudah dipindah tempatkan.

Done!

Bukan bangunan rumah, Villa, gedung, ataupun jembatan yang digambar. Namun sketsa wajah cantik berbalut hijab yang menjadi hasil karyanya malam ini, dengan caption ;

Your Face Distracts My World

****

Sc : Yatim Pengubah Dunia - Replubika.co.id edisi 21 Agustus 2021

Terpopuler

Comments

Mmh dew

Mmh dew

❤🧡💛💚💙💜LOVE

2024-08-03

0

🖤❣ DeffaSha ❣🖤

🖤❣ DeffaSha ❣🖤

ini nih yg bikin aku jatuh cinta sama cerita2ny author nia, di dalam cerita ada cerita lagi yaitu kisah2 para nabi atau cerita2 dongeng 🥰🥰🥰

2024-02-10

4

Jumadin Adin

Jumadin Adin

nasihat abah sangat menginspirasi

2023-12-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!