Bab 3. Duka Cita

Suasana hening menyelimuti acara sarapan pagi bersama ustad Ahmad dan juga istrinya Umi Hani serta anak pertama beliau bernama Fahri. Mizyan tak berani membuka percakapan saking takzimnya terhadap dua orang bersahaja yang telah menganggapnya sebagai anak angkat. Abah, panggilannya untuk ustad Ahmad, paling senang acara makan sambil duduk lesehan. Beralaskan karpet yang empuk, tampak hidangan ala sunda tersaji di tengah-tengah. Tutug oncom, goreng ikan nilem, mendoan, ditambah sambal lalab serta kerupuk menjadi sajian yang nikmat usai acara kajian .

"Bagaimana pekerjaannya, nak Mizyan?" Abah menyusut permukaan bibirnya dengan tisu usai meneguk teh hangat dengan piring yang telah licin tanpa sisa.

"Alhamdulillah, Bah. Lancar." Mizyan turut mengakhiri acara makan dengan berucap hamdalah. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan menu sederhana namun sangat nikmat itu. Selama 6 bulan nomaden ia selalu makan di restoran dan lebih banyak dijamu oleh kliennya.

"Solatnya bagaimana lancar juga? Nggak pernah bolong?"

"Nggak pernah bolong, Bah. Tapi kadang shalatnya akhir hehe..." Mizyan tertawa sumbang sebab merasa. Di saat sedang bekerja bersama klien ia masih menunda-nunda melaksanakan ibadah wajib itu.

"Shalat adalah perkara pertama yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak, maka jangan jadikan shalat sebagai hal terakhir yang kamu pikirkan."

"Maafkan saya, Bah." Mizyan menundukkan kepalanya. Merasa malu mendapat teguran halus dari Abah.

"Belajar dan terus belajar menggali fadilah shalat. Bisa bertanya pada kakakmu." ustad Ahmad menunjuk Fahri dengan dagunya yang duduk di samping Mizyan.

"Jangan anggap shalat hanya penggugur kewajiban, karena kita akan terburu-buru mengerjakannya."

"Bila kita anggap shalat hanya sebuah kewajiban, maka kita tak akan menikmati hadirnya Allah saat kita mengerjakannya."

"Lakukan shalat dengan benar dan ikhlas, maka akan membuat hati bahagia, jiwa damai, dan menghilangkah kegelisahan hidup."

Sebenarnya Mizyan masih betah mendengarkan nasehat ustad Ahmad yang disampaikan dalam suasana kekeluargaan itu. Namun asisten sang ustad datang membawa kabar jika sekarang waktunya berangkat ke bandara. Ustad Ahmad harus berangkat ke Pekanbaru untuk kegiatan safari dakwah selama seminggu di sana.

Mizyan mengantarkan Abah dan Umi yang berangkat ditemani 2 asisten sampai depan mobil.

"Maafin kami ya nak, harus pergi. Padahal kamu baru datang, umi juga masih kangen." Umi menepuk-nepuk lengan Mizyan dengan sorot mata penuh sayang seorang ibu. "Mau tinggal lama kan di Bandung?"

Mizyan mengangguk. "InsyaAllah Umi. Saya juga mau tinggal di sini (pesantren) mau lanjutin ngaji."

"Alhamdulillah." Umi tersenyum senang. "Jangan sungkan. Anggap rumah sendiri ya. Kalau perlu bantuan apa aja, kamu bisa minta tolong santri."

"Tapi ingat santriwan. Bukan santriwati!"

Mizyan tertawa mendapat todongan telunjuk Umi yang seolah mengancamnya. Ia pun melambaikan tangan kala mobil mulai melaju.

"A Iyan, hayu!"

Mizyan menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Rupanya Dado dari tadi setia menunggu di teras. Keningnya mengkerut melihat Dado dengan isyarat tangan menunjuk ke arah paviliun.

"Kang, saya tinggal dulu ya." Mizyan pamit kepada Fahri yang sedang berbicara dengan salah seorang pengurus yayasan. Yang kemudian dibalas anggukkan oleh Fahri.

Dengan semangat 45, Dado membuka pintu ruang paviliun. Mizyan menyaksikan banyaknya tumpukan kado berbagai ukuran tersimpan memenuhi salah satu kursi.

Kayak kado ulang tahun aja.

Mizyan geleng-geleng kepala. Selama setahun tinggal di pesantren, kehadirannya telah mencuri perhatian para gadis. Baik santriwati maupun jemaah pengajian dari luar pesantren. Bahkan proposal taaruf menumpuk di sudut meja kerjanya. Hanya dibaca sekilas bahkan sebagian belum dibuka. Entahlah, sejak ditolaknya lamaran oleh Rade, ia merasa belum siap memiliki hubungan spesial dengan wanita apalagi rencana menikah. Masih jauh.

****

Mizyan memarkirkan mobilnya di halaman sebuah rumah berlantai 2 tepat di samping mobil SUV berwarna hitam. Bersaman dengan ia keluar dari mobil, sepasang suami istri keluar pula dari dalam rumah dengan berpakaian serba hitam.

"Assalamualaikum." Mizyan berseru dengan penuh keriaan sebab bisa bertemu lagi dengan orang-orang yang dirindukannya.

"Waalaikumsalam."

Satya dan Rade sang pemilik rumah, menjawab dengan kompak diiringi senyum lebar melihat siapa tamu yang datang.

Mizyan dan Satya saling berpelukan dan tertawa sebab merasa senang bisa bertemu lagi. Selama ini mereka hanya melakukan komunikasi lewat telepon dalam membahas pekerjaan.

"Keponakanku mana, De? Kangen nih." Mizyan beralih menatap Rade yang tengah senyum-senyum menyaksikan interaksinya dengan Satya.

"Di dalam kak, sama mbak. Kita ngumpet-ngumpet nih keluarnya. Kalau tau bisa nangis pengen ikut." Rade menoleh ke arah pintu yang tertutup.

"Oh, kalian mau pergi ya?" Mizyan baru sadar jika pasangan di depannya itu memakai warna baju yang sama dengan Rade menyampirkan tas di bahu.

Satya mengangguk. "Kita mau takziah. Tadinya mau ke rumahnya tapi sekarang sudah siap-siap pemakaman. Jadi mau langsung ke TPU."

"Siapa yang meninggal?"

Bertiga mereka menaiki mobil yang sama menuju TPU (Tempat Pemakaman Umum). Mizyan memilih ikut sebab kenal dengan Nico sebagai partner Satya dalam bisnis properti.

Mobil masih melaju pelan menyusuri jalanan komplek perumahan dengan unit limited edition itu. Mizyan sempat menoleh ke arah rumah Nico yang tampak sepi tanpa ada kendaraan terparkir di luar.

"Meninggal karena apa, Sat?" Mizyan yang memilih ikut takziah yang duduk sendiri di baris kedua mulai bertanya sebab penasaran. Ia tidak kenal dengan sahabatnya Nico yang meninggal itu. Hanya kenal dengan Nico nya saja.

"Sakit. Kanker nasofaring."

"Anaknya satu, laki-laki seumuran Nana. Kasihan udah jadi yatim..."

Mizyan mengangguk-ngangguk mendengar penjelasan Satya. Mendadak atmosfer dalam mobil diselimuti rasa duka. Ketiganya terdiam dengan masing-masing pikiran berkelana membayangkan jika kematian memang tak mengenal batas usia. Membayangkan pula kedukaan istri almarhum yang ditinggalkan.

Suasana pagi menjelang siang di komplek pemakaman sudah dipenuhi orang-orang yang mengantar dan melepaskan almarhum Johan Al Malik menuju peristirahatan terakhir. Deretan makan tampak tertata apik, seragam berumput hijau dengan hiasan nisan di bagian kepala. Mizyan, Satya dan Rade berdiri berbaur di barisan orang-orang yang menyaksikan pengurugan tanah yang memenuhi liang lahat.

Mungkin itu istrinya.

Pandangan Mizyan tertuju pada punggung seorang wanita berpakaian serba putih yang berjongkok di depan pusara sambil menaburkan bunga mawar. Tampak dua orang wanita di kiri dan kanannya mengusap-ngusap punggung wanita itu seolah mentransfer dukungan agar sabar dan tabah.

Mizyan menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan. Suasana duka begitu kental terasa dan ia pun ikut terhanyut terbawa suasana. Apalagi saat terdengar isakan kecil dari pemilik punggung seorang wanita berpakain serba putih itu yang kini luruh terduduk di tanah kala ustad memimpin doa. Hatinya ikut perih.

"Anaknya satu, laki-laki seumuran Nana. Kasihan udah jadi yatim..."

Ucapan Satya terngiang kembali kala Mizyan mengusap wajah usai mengaminkan doa sang ustad.

"Saya turut berduka cita. Semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah."

"Yang sabar dan kuat, bro." Mizyan menyalami dan memberi pelukan kepada Nico yang tampak raut kesedihan mendalam meski matanya ditutupi kacamata hitam.

"Aamiin. Makasih buat kedatangannya."

Satya pun melakukan hal yang sama mengucapkan bela sungkawa. Tampak pula Rade menghampiri sekumpulan wanita dan menyalami semuanya.

Orang-orang berangsur meninggalkan komplek pemakaman dan menyisakan beberapa orang yang merupakan keluarga terdekat almarhum Malik.

"Kita pulang!" Colekan dibahunya membuat Mizyan menoleh. Ia melihat Satya dan Rade berjalan terlebih dulu meninggalkan dirinya yang masih berdiri mematung menyaksikan pemandangan keluarga yang mengelilingi pusara, terdengar mulai melantunkan doa.

"Yan!"

Panggilan Satya membuat Mizyan tersadar dari keterpakuannya. Ia membalikkan badan, berjalan cepat menanggalkan kedukaan yang telah menyelimuti hati. Sebelum keluar dari gapura, ia menatap untuk terakhir kalinya ke arah gundukan tanah merah dengan sekumpulan orangnya yang masih melantunkan doa.

Terpopuler

Comments

lacibolalaaaaaa

lacibolalaaaaaa

alhamdulillah ya Allah itung2 di ingetin

2024-02-02

0

Yuli Yuliani Natabraja

Yuli Yuliani Natabraja

Jadi teringat saat anak ku meninggal 😭😭😭

2023-08-25

0

Yuli Yuliani Natabraja

Yuli Yuliani Natabraja

Bang Malik semoga husnul khotimah... (serasa di dunia nyata )

2023-08-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!