Nusa Dua, Bali.
Tari Kecak menjadi pembuka acara sore grand opening The Latansa Resort yang digelar outdoor dengan view pantai yang indah. Dihadiri para tamu penting seperti artis ibukota, pejabat daerah setempat, tokoh masyarakat, relasi, serta tamu yang menginap di hari pertama pembukaan yang berhak mendapatkan diskon promo 60%.
Mizyan Abdillah, pria keturunan Jawa Jerman tampil gagah dalam balutan pakaian adat Bali mendampingi owner resor yang merupakan seorang pengusaha sukses batubara asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia dipaksa oleh sang boss untuk tetap tinggal di Bali sampai seremonial peresmian resor selesai.
Meski duduk di meja VVIP, ditengah keriaan orang-orang yang antusias menyaksikan slideshow keseluruhan bangunan resor dari luar sampai dalam, dari berbagai sudut, sangat detail tanpa kecuali, namun hatinya sedang berada di tempat lain. Satu kota yang ia rindukan sebab 6 bulan lamanya nomaden ke berbagai kota di dalam dan luar negeri.
Bandung. Ya, itulah kota yang ia rindukan saat ini. Ia sangat merindukan Abah dan Umi yang menjadi orangtua angkatnya, merindukan suasana pesantren yang menyejukkan hatinya. Kangen kodpar dengan Satya sang sahabat sekaligus partner bisnisnya, juga kangen terhadap kawan-kawan baik plus somplak, Arya and the gank. Pokoknya, rasa rindu yang teramat sangat dengan kota Bandung sulit dilukiskan dengan kata-kata. Ia bahkan ingin terbang saat ini juga.
"Mas Mizyan." Sebuah colekan di lengan diiringi sapaan, membuat pikiran Mizyan yang berkelana kembali pada porosnya.
"Ya?!" Mizyan menatap Fahmi dengan kening mengkerut.
"Siap-siap ya. Nanti boss akan memanggil Mas ke atas (panggung)."
Mizyan baru sadar jika Gionino Kemal, yang biasa ia sapa Bang Kemal sudah tidak ada di tempat duduknya. Tampak si boss berusia 45 tahun itu sedang berjalan menuju tengah panggung, menerima uluran mic yang diberikan MC.
"Saya?! tanyanya tidak yakin. "Mau ngapain?"
Fahmi yang merupakan sekretaris Bang Kemal hanya mengangkat bahu. Fokus keduanya kini mengarah ke panggung sebab sang owner mulai memberikan sambutan.
"Terakhir, saya mau memperkenalkan sosok bertangan dingin yang berhasil membuat saya bangga dengan berbagai hasil karyanya yang selalu amazing termasuk resor ini. Saya perkenalkan sang arsitek The Latansa Resort yang indah ini. The one and only, Mizyan Abdillah...."
Diiringi tepuk tangan para tamu, Mizyan melangkah penuh percaya diri menuju panggung. Ia tidak menyangka Bang Kemal akan mempromosikannya di hadapan tamu penting. Benar-benar marketing ulung. Sebuah iklan gratis untuk menarik job. Dan ia harus berterima kasih pada sosok boss yang royal itu.
"Bang, aku gak ikutan dinner. Mau pulang ke Bandung udah pesan tiket." Mizyan menolak ajakan bang Kemal saat acara berakhir kala sunset.
"Gak ada penolakan. Kau harus dinner bareng Abang!"
"Tapi bang..."
"Ah, kau ini. Di Bandung ada siapa? Belum punya pacar juga. Apalagi anak bini...."
Fahmi yang turut berjalan bersisian mengikuti langkah bang Kemal yang cepat menuju ruang kantor tampak mengulum senyum. "Boss gak bisa dilawan," ujarnya berbisik di telinga Mizyan.
Mizyan menarik nafas berat dan menghembuskannya dengan kasar. Gagal sudah penerbangannya malam ini. Satu jam lagi pesawatnya take off, namun ia masih berada di Nusa Dua menemani boss Kemal makan malam.
"Bule, kau beneran pengen pulang ke Bandung malam ini?" Kemal menatap Mizyan yang tengah menyesap kopi. Bule adalah panggilan kesayangan Kemal untuk Mizyan saking akrabnya dan sudah dianggapnya adik. Sebab wajah dengan hidung mancung dan bibir tipis itu kentara jika ia seorang blasteran.
Mizyan menggeleng. "Udah gak sempet, Bang. Besok aja."
Kemal memasukkan potongan hot apple pie ke dalam mulutnya sebagai hidangan penutup. Matanya tajam menatap Mizyan yang beberapa kali tertangkap gerak gelisah mengusap tengkuk. "Apa yang membuat kau betah tinggal di Bandung?"
****
Bandung
Dan Mizyan tersenyum dengan wajah sumringah begitu keluar dari bandara Husein Sastranegara di saat jam menunjukkan hampir tengah malam. Ia menuju taksi yang standby di parkiran yang akan membawanya pulang ke apartemen. Tak peduli dinginnya udara malam yang menusuk kulit. Ditambah jalanan aspal yang basah sebab tiba-tiba turun hujan rintik-rintik.
"Banyak kenangan pahit manis di Bandung. Mulai menginjakkan kaki di sana sebagai gelandangan. Dan menjadi saksi aku yang terlahir kembali sebagai 'manusia baru'."
Jawabannya membuat Kemal memberikan sebuah kejutan. Ia diantar pulang ke Bandung menggunakan pesawat jet pribadi. Beberapa kali ia mengucapkan terima kasih dan memeluk boss yang royal itu sebab sangat bahagia.
Mizyan menjatuhkan tubuhnya di ranjang usai membersihkan diri. Tercium aroma wangi softener dari seprai dan selimut sebagai tanda baru diganti. Ia memang tidak khawatir meski meninggalkan apartemen berlama-lama. Ada orang yang dipercayai untuk membersihkan tempat tinggalnya itu. Rasa lelah dan penat membuatnya cepat terbang ke alam mimpi.
Hanya sempat minum segelas air putih, Mizyan bergegas pergi meninggalkan apartemen usai sholat subuh. Kalau saja tak memasang alatm di ponselnya, bisa jadi ia akan kebablasan bangun siang.
Ia ingin mengejar kajian ahad pagi yang dimulai jam 6 pagi dan biasanya diisi oleh abah. Jarak dari apartemen ke pesantren kisaran 12 km ditempuh hanya dalam waktu singkat sebab jalanan pagi masih lengang dan ia menyetir dengan kecepatan tinggi.
Pintu gerbang pesantren terbuka lebar dengan kendaraan roda dua dan roda empat yang berjalan pelan memasuki area parkir. Mobil sport merah yang ia tunggangi tampak mencolok dan mulai menjadi pusat perhatian terutama para akhwat yang tampak senyum-senyum sambil berbisik-bisik dengan rekannya. Mereka sudah mengenal siapa pemilik mobil itu sebab Mizyan begitu populer seantero pesantren. Apalagi kalau bukan karena penampilan fisiknya dan gelar mualaf yang disandangnya.
"A Iyan...."
"Hore Aa Iyan datang. Alhamdulillah ya Alloh!"
Seorang pemuda berumur 22 tahun bertubuh gemuk, menghampiri Mizyan yang baru keluar dari mobilnya dengan memakai setelan celana panjang krem dan baju koko putih membungkus tubuh atletisnya. Membuat sebagian jamaah pengajian tak tahan untuk tidak meliriknya kala ia berjalan menuju masjid.
"Sehat, Do?!" Mizyan menepuk bahu pemuda bernama Dado yang dengan girang mencium tangannya. Dialah orang yang Mizyan percaya merawat apartemennya dikala pergi. Ia pun punya tempat tinggal di paviliun komplek pesantren pemberian Abah yang juga dipercayakan kepada Dado untuk merawat dan membersihkannya.
"Alhamdulillah, Aa. Dado mah sehat dan tambah gendut hihihi..."
Mizyan tersenyum lalu mengacak rambut pemuda dengan kemampuan otak minimalis itu. Anak yang dibawa Abah di terminal bis 12 tahun lalu sedang menangis sebab ditinggalkan oleh bapaknya begitu saja. Meski 10 tahun menimba ilmu di pesantren, tak banyak pelajaran yang bisa diserapnya. Semakin banyak menghafal malah membuat pusing kepala dan muntah-muntah. Satu kelebihan dari sosok Dado adalah ia jujur. Sehingga Mizyan meminta izin kepada abah untuk menjadikan Dado asistennya.
"Aa nanti abis kajian ke kamar ya!"
"Mau ngapain?" Mizyan yang baru duduk sila dibarisan paling depan menatap Dado yang duduk di sisinya dengan kening mengkerut.
"Seuer nu ngirim (banyak yang ngirim) kado. Ti (dari) Nurul, Sri, Putri, Yu...."
"Sshh, mau mulai." Mizyan menghentikan Dado yang tengah mengabsen nama-nama pemberi hadiah dengan jari. Sebab ustad Ahmad yang ia panggil Abah, yang telah menjadi orangtua angkatnya, kini sudah duduk di kursi menghadap jemaah pengajian dimana ikhwan berada di lantai dasar dan akhwat berada di lantai 2.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Oyah Karlinaa
💖💖💖💖💖
2024-09-29
0
Khairul Azam
eh bjarang lho aku baca novel dr satu penulis yg sama, malah kadang aku baca novel cuman dr pertengahan aja udah stop baca, tp novel othor ini aku baca dari sang pengasuh, ke Kala cinta menggoda, trs ke ami akbar mau baca yg zaky tp nunggu biar tamat dulu baca ini aja dulu 🤭🤭
2024-08-15
2
Mmh dew
baca ulang ulang lagi sambil nunggu ayah dev dan aa zaky❤🧡💛💚💙💜
2024-08-02
0