Bab 10. Nda, Ayah Pulang!

Rahma terbangun dengan kaget dan mata menyipit kala wajahnya terkena hantaman tangan si kecil Dika. Sudah menjadi hal biasa sebab anaknya itu jika tidur posisinya akan berubah-ubah, berguling dan berputar. Ia memasangkan kembali selimut yang melorot ke tubuh Dika dan kembali dirinya merebahkan badan.

Jam dinding menunjukkan pukul 23.30 malam. Berarti ia baru tertidur 2 jam lamanya. Namun kini rasa kantuk mendadak sirna. Padahal sepanjang hari ia sengaja menyibukkan diri agar malam bisa tidur lelap dan terbangun menjelang subuh. Demi apa? Demi bisa menghindari dari terus-menerus mengingat sang suami, mengingat cinta dan kenangannya.

Rahma menghembuskan nafas kasar. Mencoba berganti-ganti posisi agar mata bisa terpejam. Tetap saja susah.

Rindu.

Kemana kulabuhkan rasa rindu ini, Bang.

Rahma terduduk sambil menutup muka dengan kedua telapak tangan. Berat, sungguh berat beban rindu yang dipikulnya. Ia mendesah, menghembuskan nafas panjang, lalu memilih beranjak menuju lemari dan membuka sebuah laci.

"Perawat menitipkan ini sama Uma. Katanya almarhum pernah berpesan untuk memberikan buku ini sama kamu."

Ia mendekapnya di dada. Sudah lima bulan berlalu sejak kepergian Malik. Namun ia belum ada keberanian membuka buku diary bersampul hitam itu. Takut, belum siap.

Dengan tangan gemetar, ia duduk di depan meja rias, memberanikan diri membuka halaman pertama sambil berucap bismillah. Tanpa bisa dibendung, air mata luruh membasahi kedua pipi. Sebuah family potret dengan pose senyum merekah menghadap kamera sembari dirinya mendekap baby Dika dan Malik merangkum bahunya, menjadi pembuka halaman pertama.

Halaman kedua.

4 April 20xx

Hari ini menjadi hari yang menakutkan. Kanker nasofaring stadium 3, begitu dokter menyimpulkan dari semua keluhan yang Abang rasakan.

Kamu menangis dan memeluk Abang dengan rasa takut kehilangan. Namun Abang berusaha tegar dan tersenyum penuh ketenangan sambil mengecup keningmu penuh sayang.

"Semua sudah takdir Tuhan," begitu Abang menghiburmu.

Padahal hati Abang menangis. Merasa hidup Abang akan singkat. Akan berpisah, kehilanganmu dan anak kita...

Ia tak mampu lagi melanjutkan. Memilih menutupnya sambil menciumi seluruh permukaan buku lalu memeluknya erat diiringi linangan air mata. Menangis tanpa suara.

Ia berusaha menenangkan diri. Menghirup udara sebanyak-banyaknya dari hidung dan melepaskan lerlahan dari mulut. Satu gelas air putih di atas meja diminumnya sampai tandas.

Kepalanya menggeleng diiringi ucap istigfar berkali-kali. Tak lupa lirihan doa dipanjatkan untuk almarhum suami tercinta.

Aku harus kuat. Demi Dika.

Bugh.

Suara benda jatuh dikeheningan malam, membuat Rahma terperanjat. Ia buru-buru menyeka mata yang masih berair juga mengeringkan pipi yang basah dengan beberapa lembar tisu. Ia beranjak menuju jendela. Menyingkap sedikit kain gorden untuk mengintip ke arah halaman. Tak ada sesiapa di luar, hanya dedaunan dalam pot yang berjajar tampak basah sebab hujan rintik-rintik mulai turun. Keningnya mengernyit, dari loster pagar tembok terlihat ada mobil berhenti. Mobil yang tidak dikenalnya.

Rahma mengusap tengkuknya. Tiba-tiba ia merasa takut sebab di rumah hanya ada dirinya dan sang anak. Ayah dan Uma belum pulang dari rumah Suci untuk menemui Umi yang baru datang dari Jakarta.

Tarik selimut menjadi pilihannya sembari mendekap Dika yang sangat lelap. Ia merafalkan zikir dalam hati, terus dan terus sampai terasa lelah dan tak lama kantuk pun menyerang.

****

Titik-titik air mulai jatuh menimpa kaca depan mobil. Hujan rintik pun mulai turun membasahi jalanan. Membuat udara tengah malam terasa makin dingin menusuk kulit. Ayah Badru menghidupkan wiper untuk mengelap kaca mobil yang basah sebab pandangannya menjadi buram akibat air hujan berpadu debu yang menempel di kaca.

Acara kangen-kangenan dengan sang kakak yang tak lain ibunya Suci, yang mendapat giliran tinggal di Bandung membuat ia dan istrinya lupa waktu saking betah hingga tak terasa sudah tengah malam.

"Uma, tahu kan mualaf yang di pesantren ustad Ahmad?" Ayah memecah keheningan dengan mengajak sang istri mengobrol sambil tetap fokus memperhatikan jalanan yang cukup lengang hanya ada sedikit kendaraan yang lalu lalang.

"Oh itu. Pastinya, yah. Idola emak-emak pengen dijadiin mantu." Uma terkekeh. Sebab ia sering mendengar candaan ibu-ibu pengajian yang berharap ada yang berhasil menjadikan mantu sang selebritis pesantren itu.

Ayah Badru tak menampakkan senyum, malah terlihat raut serius di wajahnya. "Tadi di kajian pas ayah selesai shalat sunah, liat Dika akrab sama dia. Malah nggak mau lepas duduk di pangkuannya sampe kajian selesai. Malah sampe Dika ketiduran."

Uma tampak membulatkan matanya. Kaget tentunya. Ia memeringkan badan menghadap sang suami untuk fokus mendengar kelanjutannya.

"Kalau telinga ayah nggak salah tangkap, Dika memanggilnya 'Ayah'."

"Ya Allah, Dika." Uma menggelengkan kepala sebab tertenyuh dengan sikap sang cucu yang mungkin saja kangen dengan ayahnya. Sehingga menganggap orang lain sebagai ayahnya.

Ayah Badru menautkan kedua alisnya begitu mobil yang dikendarainnya mendekati rumah. Ada sebuah mobil terparkir di luar menghalangi setengah pintu gerbang dengan lampu hazard yang menyala.

"Mobil siapa, Yah?" Uma menahan lengan sang suami yang akan turun dengan rasa was-was sebab suasana komplek sangat sepi. Sepertinya dua security sedang berkeliling dan belum sampai ke bloknya.

"Tunggu. Ayah mau lihat." Ayah turun dengan memayungi kepala menggunakan jaketnya sebab hujan rintik-rintik masih membasahi bumi.

"Uma. Sini!" Dengan sedikit keras dan wajah kaget, Ayah melambaikan tangan menyuruh istrinya turun.

"Innalillahi....ini kan?!" Uma memekik sambil menutup mulutnya. Penerangan dari lampu neon jelas mengidentifikasi jika pria yang telentang tak sadarkan diri, dengan wajah basah tertimpa rintik hujan itu adalah orang yang tengah mereka perbincangkan.

Adzan subuh berkumandang. Ayah Badru memastikan keadaan Mizyan sebelum bersiap pergi ke masjid. Masih saja belum terbangun. Semalam dengan dibantu 2 orang security, ayah mengangkat tubuh Mizyan ke kamar tamu. Sekalian juga menjelaskan kepada petugas jaga jika ia mengenal orang yang pingsan itu.

"Uma, Ayah bawa hape ke masjid. Kalau dia belum sadar juga, nanti kabari. Ayah mau ngajak dokter Gunawan ke sini."

Uma mengangguk sembari mengikuti langkah Ayah menuju pintu untuk menguncinya kembali. Ia pun menuju kamar untuk melaksanakan shalat subuh sendiri.

"Ganti bajumu, ada tamu." Uma menegur kedatangan Rahma ke dapur yang masih mengenakan baju tidur selutut.

Rahma yang kaget buru-buru berlari menuju kamar dan kembali muncul mengenakan gamis rumahan.

"Tamunya siapa, Uma?" Rahma mendekati Uma, membantu memasukkan bumbu yang sudah diulek ke dalam katel yang tampak minyaknya sudah panas.

"Mizyan."

Rahma lalu memasukkan kangkung yang sudah dipotong-potong dan dicuci bersih. Sambil mengaduknya, kedua alisnya bertaut merasa pernah mendengar nama itu.

"Temen ayah?" Rahma menoleh ke arah sang ibu yang tengah melumuri potongan daging ayam dengan bumbu ulek kemudian memasukkan ke dalam panci yang airnya sudah mendidih.

"Assalamualaikum."

Uma tak sempat menjawab pertanyaan Rahma. Ia mengambil alih pekerjaan Rahma dan menyuruh anak itu membuka pintu. Suara Ayah yang berucap salam kembali terdengar kedua kalinya yang baru pulang dari masjid menjelang pukul 6 pagi.

Rahma menyahut sambil bergegas menuju pintu.

"Pagi, Rahma." Dokter Gunawan, yang berdiri di samping ayah Badru tersenyum menyapa Rahma yang baru saja membukakan pintu.

"Pagi, dok." Balas Rahma sambil tersenyum tipis. "Ayah sakit?" Ia beralih menatap sang ayah dengan rasa heran sebab datang bersama dokter yang merupakan tetangga di blok C.

"Bukan Ayah, tapi itu..."

"Ayo dok, di kamar tamu."

Rahma masih penasaran dengan jawaban Ayah yang menggantung dengan raut khawatir. Ia mengekori langkah ayah dan dokter ke arah kamar tamu.

Deg.

Deg.

Ia melongo dan mematung di ambang pintu menyaksikan pemandangan yang tersaji.

"Nda, ayah pulang....."

Dua hal yang membuat jantung Rahma serasa mau lepas dari tempatnya. Pertama, wajah yang terbaring dengan pulas. Kedua, anaknya yang berdiri berjingkrak-jingkrak di atas kasur di samping orang yang tengah berbaring, sambil meneriakkan 'Nda, ayah pulang'.

Terpopuler

Comments

Nadisya

Nadisya

😭😭😭😭😭

2023-05-25

0

Reiva Momi

Reiva Momi

😭😭😭😭

2023-04-27

0

Wiraf

Wiraf

Jadi ingat kisah nico dan suci, malik selalu ada buat mereka...

2023-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!