Bab 7. Ayah

Kajian ahad pagi di pesantren At Taubah menjadi pengajian yang dinanti oleh warga sekitar pesantren. Kajian terbuka untuk masyarakat umum itu menjadi berkah sebab ustad Ahmad memperbolehkan warga untuk berjualan di area luar pesantren, yang biasa disebut pasar kojengkang. Menjelang subuh warga sudah berlomba memberi tanda lapak sepanjang trotoar yamg membentang di kiri dan kanan pintu gerbang pesantren. Mereka mengais rejeki dari para jemaah yang setiap bubar pengajian biasanya suka berbelanja.

Di sebuah komplek perumahan, selepas shalat subuh, Rahma tengah bersiap untuk ikut kajian bersama Ayah dan Uma. Semalam ibunya mengingatkannya untuk membuka diri, memperluas pergaulan bersama kelompok pengajian agar hati lebih terhibur dengan mendengarkan tausyiah sekaligus berbaur dengan banyak orang.

"Nda...." Rengekan Dika sambil mengucek-ngucek mata, membuat Rahma yang tengah bercermin menoleh ke atas ranjang.

"Ulu-ulu anak Bunda tumben udah bangun." Rahma duduk di tepi ranjang sehingga sang anak berguling menghampiri dan nemplok di pangkuannya.

Dika menyusupkan wajah di dada sang ibu dengan kedua tangan melingkari punggung.

"Anak bunda pipis di celana nggak?"

Kepala Dika tampak menggeleng.

"Anak pinter." Rahma mengecup puncak kepala sang anak yang sebentar lagi berusia 2 tahun penuh sayang. Ia menyesap wangi harum apel bercampur keringat sambil mengusap-ngusap rambut kriwil anaknya itu.

Ia teringat Malik yang menyandarkan dagu di bahunya untuk memperhatikan aktifitas mengASIhi baby Dika.

"Dika mirip aku waktu kecil. Kriwil-kriwil gini."

"Masa sih. Rambut Abang lurus gini." Ia menolehkan wajah sehingga pipinya beradu dengan bibir Malik. Berhasil menimbulkan desiran halus dan rona merah di pipi sebab Malik malah mengecupinya.

"Ya kan pendek. Kalau digondrongin kriwilnya bakal keliatan."

"Bunda pengen aku berpenampilan gondrong, hmm." Bibir Malik bergerak menyusuri leher sampai daun telinga yang membuatnya menggelinjang serta merasakan sensasi yamg membuai.

"Jangan ah! Ayah udah ganteng seperti ini."

Srrr. Ia merasakan merinding bulu roma begitu bibir Malik bermain sangat lama di belakang telinganya. Suaminya sudah tahu titik kelemahannya sehingga berhasil meloloskan ******* dari bibirnya.

Rahma makin menenggelamkan kecupan di rambut Dika, dengan mata terpejam sambil mengeratkan dekapan.

"Allahummagfirlahu...." Hatinya melafalkan doa untuk almarhum dengan mata berkaca-kaca.

Aku rindu, Bang....sangat rindu.

.

.

.

Sepanjang jalan menuju pesantren, Dika yang mengenakan setelan koko warna putih tampak riang dan berceloteh dengan neneknya. Rahma yang duduk di depan bersama Ayah yang menyetir, sesekali menoleh ke belakang mengingatkan si kecil untuk duduk. Sebab beberapa kali terlihat berdiri di jok menghadap ke belakang melihat lalu lalang kendaraan.

"Kita duduk di mana, Uma?" Rahma yang baru pertama kali mengikuti kajian di pesantren itu tampak kagum melihat arsitektur masjid yang megah dan modern.

Uma mengajaknya naik ke lantai 2 dan mencari tempat duduk paling depan, agar mimbar tempat penceramah bisa terlihat dengan jelas.

"Masjid ini baru setahun di renovasi." Uma seperti bisa membaca raut kekaguman yang terpancar dari wajah Rahma yang tengah menyapukan pandangan ke seluruh penjuru.

"Arsiteknya seorang mualaf. Masih muda dan ganteng."

"Bukan hanya nyumbang gambar, tapi jadi donatur terbesar."

"Ish, Uma kok tau detail gitu dari mana?" Rahma mengerutkan keningnya. "Jangan-jangan gibahan emak-emak ya?"

Uma mencubit lengannya sampai Rahma mengaduh. "Uma kan suka ngaji ke sini. Dulu pas renovasi, di luar ada papan pengumuman daftar nama penyumbang."

"Kalau kebetulan, orangnya suka ikut kajian ahad kok. Namanya Mi...."

"Bentar, Uma." Rahma menempelkan telunjuk di bibir sebab ponselnya berdering. Seorang konsumen meneleponnya untuk memesan bika ambon 10 box yang akan diambil hari esok.

"Alhamdulillah, pulang dari sini belanja bahan dulu ya, Uma. Ada yang pesan bika." Rahma tersenyum lebar sebab pulang dari sini ia akan disibukkan dengan membuat kue pesanan. Meski tiap hari minggu toko tutup, ia bisa kerjakan di rumah. Kesibukkan membuatnya lupa sesaat akan kenangan manis bersama almarhum Malik. Lupa sesaat akan luapan rindu yang memenuhi dada.

Di lantai dasar, jemaah laki-laki mulai berdatangan memenuhi ruang yang luas dengan gelaran karpet empuk. Dika tampak berlari ke sana ke mari bersama dua anak kecil lainnya yang lebih tua darinya. Sementara sang kakek tengah melaksanakan shalat tahiyatul masjid.

Langkah bocah menggemaskan itu terhenti dan mendongak menatap pria dewasa yang tengah berjalan ke arah depan.

****

Bruk.

Mizyan yang bersiap melakukan shalat sunnah tahiyatul masjid, terkaget sebab seorang anak laki-laki menubruk dan memeluk kakinya.

"Ayah."

Ia mengernyit mendengar panggilan anak itu. Matanya beradu dengan bocah yang kini mendongak menatapnya. Mata yang bulat dan jernih dengan hidung mancung, membuat Mizyan teringat akan anak yang bersembumyi di belakang ibunya dan menatapnya malu-malu.

"Ayah."

Mizyan terenyuh mendengar panggilan anak itu.

Benar. Tak salah. Ini anak di toko kue itu.

"Hei, boy. Ke sini sama siapa?" Mizyan berjongkok untuk mensejajarkan tingginya. Ia tersenyum geli. Sebab pakaian yang dikenakannya sama-sama serba putih. Mungkin orang akan menyangka jika keduanya adalah ayah dan anak.

"Dika." Dengan tergopoh-gopoh Ayah Badru mendekati keduanya.

"Duh, maaf kalau cucu saya udah gangguin." Ayah Badru menatap Mizyan penuh perasaan bersalah sebab merasa lalai menjaga cucunya.

"Oh nggak, pak. Cucu bapak baik kok. Saya lagi ngajak bicara."

"Namanya Dika, ya?!" Mizyan tampak ingin meyakinkan apa yang didengarnya barusan.

Ayah Badru mengangguk. "Nama lengkapnya Mahardika Al Malik. Di rumah biasa dipanggil Dika."

Mizyan mengangguk-angguk dengan otak yang telah mencerna.

Nama belakangnya berarti nama ayahnya.

Dika, bocah berambut kriwil itu tidak mau berpindah duduk dari pangkuan Mizyan selama tausyiah berlangsung. Meski Ayah Badru yang duduk di sampingnya berkali-kali membujuk sebab tidak enak jika cucunya merepotkan orang lain.

"Biarin aja, pak. Dika anteng kok." Mizyan berkata pelan menunjuk Dika yang duduk manis di pangkuannya. Meski sebenarnya kakinya merasa kebas sebab tubuh Dika yang mon tok. Namun ia bisa akali dengan menggerakkan kaki sedikit dan perlahan. Ia merasa tidak tega mengganggu kenyamanan bocah itu.

Mizyan memilih keluar paling akhir begitu tausyiah yang berlangsung 1 jam lamanya selesai. Ia melambaikan tangan kepada Dika yang dituntun keluar oleh kakeknya. Pandangannya masih mengawasi Dika yang sesekali menolehkan wajah ke belakang menatapnya. Ia pun tersenyum sambil melambaikan tangan lagi yang lalu dibalas lambaian tangan mungil bocah menggemaskan itu.

"A Iyan, hayu kaluar." Dado menghampirinya yang tengah bersandar di tihang, melindungi tubuhnya dari tatapan centil sekelompok emak-emak di lantai 2.

"Nanti, Do. Nunggu emak-emak pulang." Ia biasanya keluar lebih dulu dari pintu samping begitu kajian usai untuk menghindari serangan sekelompok emak-emak yang ingin berfoto bersama. Namun karena tadi Dika ketiduran di pangkuannya, ia terpaksa berdiam dulu menunggu kakeknya anak itu selesai bersalaman dengan ustad Ahmad dan jamaah terdekat.

"Liat ke atas, Do. Udah pada bubar belum?"

Dado beringsut bangkit dari duduknya. namun lengannya ditahan oleh Mizyan.

"Mau ke mana?"

"Ke atas. Kan Aa nyuruh ke atas."

Mizyan menghembuskan nafas kasar. "Nggak harus naik ke atas. Maksudnya liat dari sini. Mendongak nih," jelasnya mempraktekkan sambil tetap duduk di balik tihang pilar penyangga masjid.

"Oohhh, bilang atuh dari tadi...." Dado menjawab tanpa rasa bersalah. Beda dengan Mizyan yang mengelus dada. Sabar.

"Hmm cuma ada 2 orang lagi yang kelihatan mah."

Good. Mizyan bernafas lega.

Tapi prediksinya meleset. Sekelompok emak-emak centil berbaju seragam ungu telah menyambutnya di ujung tangga dengan wajah-wajah penuh binar ceria.

"Tah geuning si kasep aya....(ini dia si ganteng ada)."

Ia hanya bisa tersenyum meringis, tak bisa lagi menghindar dari serangan emak-emak yang mengajak foto bersama, berdua berkali-kali, bertiga, terakhir bertujuh. Dan selama berfoto, emak-emak itu sangat berisik dan heboh.

"Sabar nya aa ganteng...."

"Kita sangat hepi bisa berfoto sama aa bule. Berkah mengaji hihihi..."

"Enya. Aa kasep meni mirip salakina (mirip suaminya) Titi Kamal. Saha geuning lah ngaranna, poho deui...(siapa namanya, lupa)."

"Ih, tapi leuwih kasepan ieu atuh (Gantengan ini dong." sangkal si emak paling ujung.

"Ember (emang)" Koor emak-emak berenam, sambil berpose gaya bebas di sesi foto terakhir.

Mizyan baru bisa bernafas normal kala emak-emak itu berlalu dalam kehebohan sebab berjalan sambil memandangi hasil jepretan.

Bruk.

Langkahnya menuju paviliun terhenti begitu seorang anak laki-laki menubruk dan memeluk kakinya.

"Ayah, ayo pulang!"

Terpopuler

Comments

Erna Masliana

Erna Masliana

sedih ih

2024-04-26

0

lacibolalaaaaaa

lacibolalaaaaaa

sabar banget yaaah

2024-02-03

0

Lily

Lily

merinding aku thor😭

2023-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!