Bab 16. Robot Sapi

Rahma memilih membereskan piring kotor di dapur selama Ayah dan Uma menemani tamu mengobrol. Bahkan kala ia menuju kamarnya terdengar pula sang ayah menahan-nahan Mizyan yang hendak pulang. Sungguh membuatnya jengah dan memilih berdiam di kamar, tiduran di sisi Dika.

Kasur empuk dan badan yang lelah usai aktifitas seharian yang nano-nano campuran antara tegang, bahagia, haru, kesal, membuat kantuk mulai menyerang. Kala mata siap menutup, terasa guncangan lembut di lengannya. Mau tak mau Rahma membuka matanya kembali dengan enggan.

"Mizyan mau pulang. Kamu temui dulu sana!" Uma menggucang lengan Rahma untuk yang kedua kalinya sebab anaknya itu hanya merespon dengan menggeliatkan tubuh.

"Ada Ayah ini, Uma." Rahma memilih meringkuk sambil memeluk Dika yang tidur lelap dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Kamu juga harus temui dulu. Dia kan udah baik nolong urusin mobil ke tambal ban, terus antar ke rumah."

Rahma terduduk sambil merapihkan rambut panjangnyan untuk diikat sebelum mengenakan jilbab instannya.

Ditambah sudah menolongku dari kejaran penguntit.

Ia mengantar Mizyan sampai teras yang sebelumnya sudah pamit kepada Ayah dan Uma. Memilih sama-sama berdiri bersisian berjarak 1 meter sambil menunggu kedatangan taksi yang sudah dipesan secara online.

"Hmm, semuanya jadi berapa?" Rahma bertanya dengan canggung sambil menatap Mizyan yang berdiri dengan satu tangan dimasukkan ke saku celana dan tangan kanan yang memegang ponsel.

"Maksudnya?!" Mizyan menoleh menatapnya dengan kedua alis saling bertaut.

"Biaya mobil dan jasa antar."

"Oh itu. Berapa ya?! Saya nggak bawa kalkulator." Mizyan menjawab sambil terkekeh.

"Serius ih." Rahma mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban pria tegap di sampingnya itu. Aneh, pria itu selalu saja sengaja membuatnya tiba-tiba kesal dan jengkel yang membuatnya berlaku judes. Yang tentunya itu bukan sifat aslinya.

"Nggak ada biaya apapun. Saya ikhlas membantu kok."

Berulangkali Rahma memaksa ingin membayar, namun Mizyan tetap menolak.

"Makasih banyak, untuk segala kebaikan dan pertolongan hari ini. Makasih...makasih" Rahma mengatupkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit membungkuk. Ia tulus mengucapkan rasa terima kasih pada pria berwajah blasteran yang tanpa disadari terus menerus menatap lurus kepadanya.

Mizyan membalas dengan anggukkan. "Sama-sama. Maaf juga saya sudah numpang makan di sini. Abisnya masakannya bikin nagih."

"Memangnya sebelumnya pernah makan di sini?" Rahma memicingkan mata dengan kening mengkerut.

"Waktu Pak Badru nolong saya saat pingsan di depan," ujar Mizyan sambil menunjuk arah pintu gerbang dengan dagunya.

"Oh." Rahma mengangguk. Ia tidak tahu sebab waktu itu berangkat ke toko lebih awal dan pulang sore.

"Saya belum sempat beli kado buat Dika. Besok aja ya."

Rahma menggeleng. "Nggak usah repot-repot. Biarin nggak usah ngasih kado."

Mizyan mengangkat bahunya. "Tapi saya sudah janji sama Dika."

"Dika nggak akan nagih kok. Dia masih kecil, belum mengerti apa-apa. Jadi nggak usah repot-repot."

"Hm, kita lihat saja nanti."

Rahma mendecak usai orangnya pergi dijemput taksi. Ia masih berdiri di teras. Tak habis pikir dengan reaksi hati yang sebal dengan jawaban santai dan cuek Mizyan tadi.

"Rahma, nak Mizyan mana?" Uma tergesa-gesa menghampiri sambil menenteng sebuah paper bag.

"Udah pulang barusan. Kenapa, Uma?"

"Ini lupa." Uma mengangkat paper bag yang ditentengnya. "Celana sama jaket waktu pingsan."

Waduh, bahaya. Ada alasan dia ke sini lagi.

Entah mengapa Rahma jadi merasa takut untuk berjumpa lagi dengan pria yang menurutnya menyebalkan itu.

****

Pagi harinya, Rahma menceritakan kepada Ayah dan Uma perihal 2 orang pria yang membuntutinya sejak dari komplek TPU sampai jalan raya. Mau tidak mau ia harus jujur perihal Mizyan yang telah menyelamatkannya termasuk persinggahannya ke apartemen untuk menenangkan diri. Semuanya diceritakan tanpa ada yang ditutupi.

"Ya Allah, Rahma. Kenapa tidak cerita kemarin?" Ayah geleng-geleng kepala memandang Rahma yang menundukkan kepala sambil memilin-milin ujung jilbabnya. "Kalau tahu dari kemarin, minimal Ayah bisa ucapin terìma kasih dengan benar."

"Kemarin situasinya nggak memungkinkan, repot juga banyak orang." Rahma berkilah membela diri.

"Sebaiknya Dika di rumah saja sama Uma. Jangan ikut ke toko." Ayah membuat keputusan demi keselamatan cucunya. Dan ia pun mulai hari ini akan mengantar jemput Rahma demi keselamatan putri tunggalnya itu.

Akhirnya Rahma berangkat ke toko dengan diantar Ayah. Dan sekitar 2 jam lamanya Ayah berdiam di lantai 2 mengawasi keadaan sekeliling ruko dari pantauan CCTV. Sementara Rahma di lantai bawah melongok ke ruang pantry yang tengah disibukkan dengan kegiatan baking.

Ia lalu beralih ke lantai 2 ruang kerjanya. Seminggu lagi menjelang pernikahan anaknya Bu Puput. Bahkan seragam untuk petugas stan sudah datang diantar sopirnya Bu Puput, termasuk undangan untuknya. Ia menyusun daftar belanja bahan baku yang sudah habis di gudang untuk stok dan persiapan menjelang produksi 2 ribu pcs kudapan. Tak perlu berangkat ke toko, cukup kirim pesan ke Ko Achong sebagai suplier langganannya. Maka bahan-bahan kue yang dipesannya akan diantarkan oleh pihak toko.

Siang ini Rahma memutuskan pergi ke kantor Nico usai menghubungi Suci terlebih dahulu untuk menanyakan posisi saat ini. Ia pergi menggunakan taksi online sebab Ayah sudah pulang dan akan datang lagi sore untuk menjemput. Meski hati masih diselimuti dengan rasa was-was, takut jika 2 orang berjaket itu masih membuntutinya, namun ia memberanikan diri sambil tak putus berdoa sepanjang jalan. Toh jarak ke kantor Nico tak terlalu jauh dan berada di jalan utama yang ramai.

Ini kali kedua Rahma datang lagi ke kantor Nico sejak Malik meninggal. Pertama, saat pemindahan nama kepemilikan saham menjadi atas namanya, dua bulan yang lalu. Hatinya teriris perih dengan mata berkaca melihat ruangan dan meja kerja Malik masih berada seperti semula. Bahkan ia meminta ijin mengambil frame berukuran 5R yang berada di meja Malik. Sebuah bingkai keluarga kecil, yang akan ia simpan sebagai kenangan.

Namun kunjungan kedua sekarang ia tampak terkejut saat membuka pintu sambil berucap salam. Interior dan cat ruang kerja utama sudah berubah.

"Maaf, Rahma. Aku mengubahnya agar tidak terus-terusan bersedih. Tapi kenangan Malik akan selalu ada di sini." Nico menepuk dada dengan intonasi yang tegas.

"Ya, mas. Aku mengerti. Aku juga sedang berjuang untuk kuat berdiri sendiri. Kalau nggak ada Dika, entahlah..."

Suci mengusap-ngusap bahu Rahma untuk memberinya semangat. "Aku tahu adikku ini wonder woman." Ia pun mengajak Rahma untuk duduk di sofa.

Suci dan Nico adalah orang terdekat tempatnya sharing. Rahma menceritakan tentang kedatangan mama Indah tiga hari yang lalu juga kejadian dirinya dibuntuti kemarin. Kecuali cerita si penyelamat, ia skip namanya.

"Menurut mas Nico gimana?" Rahma mengakhiri ceritanya dengan meminta pendapat, menatap Nico dan Suci bergantian.

"Aku nggak percaya tante Indah insyaf. Yang buntuti kamu pasti suruhan dia. Mungkin bukan untuk nyulik tapi agar kamu kena mental." Nico menjawab dengan yakin.

"Mas, setiap orang kan bisa berubah." Suci menyela sambil menggelengkan kepala.

"Tahu, sayang." Nico menoleh sejenak ke arah Suci yang duduk di sisinya. "Tapi tante Indah pengecualian. Aku udah mengenalnya lama jadi tahu pasti gimana karakter liciknya. Anak sendiri aja dikorbankan demi ambisi mendapatkan Teo, suami barunya."

"Gini aja. Kamu waspada aja, Rahma. Kalau dia datang lagi, kabari aku. Kita buka kedoknya sama-sama."

Usai bertemu Nico dan Suci, Rahma sedikit lebih lega. Bahkan ia pulang ke toko diantar sopir kantor sebab Suci merasa khawatir jika ia pulang sendiri.

Sesuai perkataan tadi pagi, Ayah menjemput sore hari ke toko. Sebelum pulang, Rahma wanti-wanti kepada Fitri, pegawai kepercayaannya, untuk tertib saat nanti malam menutup toko.

"Nda, liat..."

Sambutan pertama saat Rahma tiba di rumah, Dika meloncat-loncat riang memperlihatkan mainan robot induk sapi dan anaknya yang sedang berjalan dan bersuara lenguhan khas sapi.

"Wow, lucu banget ini..." Rahma berjongkok memperhatikan dua sapi yang tengah jalan-jalan di lantai. "Ini namanya apa ya?" Ia menatap Dika yang memegang remote control robot sapi.

"Sya pi."

"Ini atu....ini Nda." Dika menunjuk sapi kecil dan besar sambil terkikik. Membuat Rahma ikut terkikik sebab anaknya itu menganalogikan sapi sebagai dirinya dan Dika.

Dika-Dika...kerianganmu bikin Bunda semangat menjalani hari.

Rahma meraih Dika untuk duduk di pangkuannya. Ia menciumi kedua pipi sang anak sambil memeluk perutnya erat tanpa mengganggu kegiatan memainkan robot sapi.

"Kado dari siapa ya, sayang. Kok Bunda baru liat." Rahma mengambil induk sapi berwarna putih hitam seperti jenis sapi perah. Tekstur badan sapi berbahan kain rasfur kualitas tinggi membuat enak dan nyaman untuk di elus-elus."

"Dali Om."

Rahma menghentikan mengelus induk sapi. Menurunkannya lagi ke lantai dan membiarkan Dika beranjak dari pangkuannya untuk mengajak sapi berkeliling di ruang tengah.

"Tadi Mizyan ke sini jam 10 an. Ngasih kado buat Dika."

"Nggak lama sih. Katanya ada urusan pekerjaan."

"Tapi Dika malah menahannya dulu. Pengen diajarin cara main robot sapi itu."

Rahma mendengarkan cerita Uma sambil melahap ubi rebus yang masih hangat ditemani secangkir teh tawar.

"Hehehe...ditahan sama Uma malah maksa mau pergi karena ditunggu klien, sama Dika mah nurut."

"Celana sama jaket lain waktu aja katanya. Sudah telat meeting."

Rahma tersedak air teh yang diminumnya begitu mendengar akhir cerita Uma yang melenggang santai ke arah dapur.

Terpopuler

Comments

muth yasin

muth yasin

jangan sebel-sebel bund... ntar sebelnya jadi kangen

2024-10-04

1

muth yasin

muth yasin

Ops...

2024-10-04

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

modus Miyzan

2024-09-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Saat Terakhir
2 Bab 2. Mizyan Abdillah
3 Bab 3. Duka Cita
4 Bab 4. Life Must Go On
5 Bab 5. See You Tonight
6 Bab 6. The New You
7 Bab 7. Ayah
8 Bab 8. On The Way Room 202
9 Bab 9. Room 202
10 Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11 Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12 Bab 12. Senja Kala
13 Bab 13. Single Mom
14 Bab 14. Tempat Pelarian
15 Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16 Bab 16. Robot Sapi
17 Bab 17. Your Face Distracts My World
18 Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19 Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20 Bab 20. Dia Lagi?
21 Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22 Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23 Bab 23. Sepasang Mata
24 Bab 24. Hujan Malam Minggu
25 Bab 25. Dadah, Om
26 Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27 Bab 27. Holiday in Bali
28 Bab 28. Holiday in Bali (2)
29 Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30 Bab 30. Secercah Asa
31 Bab 31. Secercah Asa (2)
32 32. With a Pleasure
33 Bab 33. Wasiat
34 Bab 34. Merasa Familiar
35 Bab 35. Menghargai Perbedaan
36 Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37 Bab 37. I Can Make You Love Me
38 Bab 38. Salah Tingkah
39 Bab 39. Hibah
40 Bab 40. Menjelang Kepergian
41 Bab 41. Room Paling Ujung
42 Bab 42. Medan, at The Moment
43 Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44 Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45 Bab 45. Last Time in Medan
46 Bab 46. Meraba Hati
47 Bab 47. Petunjuk
48 Bab 48. My Son
49 Bab 49. Firasat
50 Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51 Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52 Bab 52. Deadline 2 Bulan
53 Bab 53. Zonk
54 Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55 Bab 55. I'm Here For You
56 Bab 56. Have a Good Fight
57 Bab 57. Berharap Cemburu
58 Bab 58. Cara Balas Budi
59 Bab 59. Gegana
60 Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61 Bab 61. Pounding to Meet You
62 Bab 62. Apa Maunya?
63 Bab 63. Go ahead
64 Bab 64. Meraih Satu Tiket
65 Bab 65. Step by Step
66 Bab 66. Step by Step (2)
67 Bab 67. Step by Step (3)
68 Bab 68. I Love You
69 Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70 Bab 70. Counting Down
71 Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72 Bab 72. You Know What I Mean
73 Bab 73. Test Drive
74 Bab 74. Menjelang Pernikahan
75 Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76 Bab 76. The New Journey
77 Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78 Bab 78. Malam Pertama
79 Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80 Bab 80. Main Course
81 Bab 81. Mulut Tetangga
82 Bab 82. Terima Kasih Cinta
83 Bab 83. Ahli Modus
84 Bab 84. Menganggap Remeh
85 Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86 Bab 86. Bogor, We are Coming
87 Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88 Bab 88. The Power of Daging Kambing
89 Bab 89. Tenang, Ada Aku
90 Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91 Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92 Bab 92. Kartu As
93 Bab 93. Sehari Tanpamu
94 Bab 94. Hasutan Alex
95 Bab 95. Papa Buye Pulang
96 96. Cerita Yang Terjeda
97 Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98 Bab 98. Tonight And Every Night
99 Bab 99. Adek dan Akak
100 Bab 100. Siap-Siap Sidang
101 Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102 Bab 102. Sehari Dua Misi
103 Bab 103. Serangan Jantung
104 Bab 104. 100 Juta
105 Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106 Bab 106. Ada Satpam
107 Bab 107. Birthday Party
108 Bab 108. Honeymoon
109 Bab 109. 60 Juta
110 Bab 110. Misi Percomblangan
111 Bab 111. Level 2
112 Bab 112. Atu Juja
113 Bab 113. Menyimpan Dendam
114 Bab 114. Mendadak Genit
115 Bab 115. Pesona
116 Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117 Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118 Bab 118. Mood Swing
119 Bab 119. Saturday Night
120 Bab 120. 20 November
121 Bab 121. 20 November (2)
122 Bab 122. 20 November (3)
123 Bab 123. Buka Kartu
124 Bab 124. Paper Bag Marun
125 Bab 125. Theo dan Alex
126 Bab 126. Payung Hitam
127 Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128 Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129 Bab 129. Bau Amis
130 130. Ada Apa Dengan Botol
131 Bab 131. Burung
132 Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133 Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134 Bab 134. Ungkapan
135 Bab 135. Iman
136 Bab 136. Ada Apa?
137 Bab 137. Berita Viral
138 Bab 138. Kepanikan Mizyan
139 Bab 139. Ini Takdir
140 Bab 140. Tindakan
141 Bab 141. Tindakan (2)
142 Bab 142. Healing
143 Bab 143. Akhir Kasus
144 Bab 144. Batal Lamaran
145 Bab 145. 11 Januari
146 Bab 146. 11 Januari (2)
147 Bab 147. Pergi
148 Bab 148. Dua Tahun
149 Bab 149. Opa Oh Opa
150 Bab 150. Lupa
151 Bab 151. Kado
152 Bab 152. Kado (2)
153 Bab 153. Welcome Baby
154 Bab 154. Akhir Kisah
155 PENGUMUMAN
156 Bab 155. Bonchap 1
157 Bab 156. Bonchap 2
158 Bab 157. Bonchap 3
159 Bab 158. Bonchap 4
160 Bab 159. Bonchap 5
161 Bab 160. Bonchap 6
162 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Bab 1. Saat Terakhir
2
Bab 2. Mizyan Abdillah
3
Bab 3. Duka Cita
4
Bab 4. Life Must Go On
5
Bab 5. See You Tonight
6
Bab 6. The New You
7
Bab 7. Ayah
8
Bab 8. On The Way Room 202
9
Bab 9. Room 202
10
Bab 10. Nda, Ayah Pulang!
11
Bab 11. Aku Hanya Manusia Biasa
12
Bab 12. Senja Kala
13
Bab 13. Single Mom
14
Bab 14. Tempat Pelarian
15
Bab 15. Tamu Tak Diharapkan
16
Bab 16. Robot Sapi
17
Bab 17. Your Face Distracts My World
18
Bab 18. Banyak Jalan Menuju Roma
19
Bab 19. Kenapa Harus Ketemu Dia Lagi
20
Bab 20. Dia Lagi?
21
Bab 21. Salah Sambung Ya, Bun
22
Bab 22. Selangkah Lebih Maju
23
Bab 23. Sepasang Mata
24
Bab 24. Hujan Malam Minggu
25
Bab 25. Dadah, Om
26
Bab 26. Kenapa Aku Jadi Kepo?
27
Bab 27. Holiday in Bali
28
Bab 28. Holiday in Bali (2)
29
Bab 29. Fokus di Kamu Saja
30
Bab 30. Secercah Asa
31
Bab 31. Secercah Asa (2)
32
32. With a Pleasure
33
Bab 33. Wasiat
34
Bab 34. Merasa Familiar
35
Bab 35. Menghargai Perbedaan
36
Bab 36. Kamu Selalu Hadir di Kala Sulit
37
Bab 37. I Can Make You Love Me
38
Bab 38. Salah Tingkah
39
Bab 39. Hibah
40
Bab 40. Menjelang Kepergian
41
Bab 41. Room Paling Ujung
42
Bab 42. Medan, at The Moment
43
Bab 43. Medan, at The Moment (2)
44
Bab 44. Medan, at The Moment (3)
45
Bab 45. Last Time in Medan
46
Bab 46. Meraba Hati
47
Bab 47. Petunjuk
48
Bab 48. My Son
49
Bab 49. Firasat
50
Bab 50. Mereka Mencemaskanku Nggak Ya?!
51
Bab 51. Malu, Bertalu, dan Bersemu
52
Bab 52. Deadline 2 Bulan
53
Bab 53. Zonk
54
Bab 54. Kejadian Tak Terduga
55
Bab 55. I'm Here For You
56
Bab 56. Have a Good Fight
57
Bab 57. Berharap Cemburu
58
Bab 58. Cara Balas Budi
59
Bab 59. Gegana
60
Bab 60. Surat Berwarna Biru Muda
61
Bab 61. Pounding to Meet You
62
Bab 62. Apa Maunya?
63
Bab 63. Go ahead
64
Bab 64. Meraih Satu Tiket
65
Bab 65. Step by Step
66
Bab 66. Step by Step (2)
67
Bab 67. Step by Step (3)
68
Bab 68. I Love You
69
Bab 69. Nasehat Calon Mertua
70
Bab 70. Counting Down
71
Bab 71. Kupinang Kau Dengan Bismillah
72
Bab 72. You Know What I Mean
73
Bab 73. Test Drive
74
Bab 74. Menjelang Pernikahan
75
Bab 75. Menjelang Pernikahan (2)
76
Bab 76. The New Journey
77
Bab 77. Gas Tipis-Tipis
78
Bab 78. Malam Pertama
79
Bab 79. Closing Pembalasan Si Pitung
80
Bab 80. Main Course
81
Bab 81. Mulut Tetangga
82
Bab 82. Terima Kasih Cinta
83
Bab 83. Ahli Modus
84
Bab 84. Menganggap Remeh
85
Bab 85. Bersiap Basmi Hama
86
Bab 86. Bogor, We are Coming
87
Bab 87. Hari Pertama di Bogor
88
Bab 88. The Power of Daging Kambing
89
Bab 89. Tenang, Ada Aku
90
Bab 90. Malam Terakhir di Bogor
91
Bab 91. Ruang Hampa Mark Cornelius
92
Bab 92. Kartu As
93
Bab 93. Sehari Tanpamu
94
Bab 94. Hasutan Alex
95
Bab 95. Papa Buye Pulang
96
96. Cerita Yang Terjeda
97
Bab 97. Dua Pemikiran Berbeda
98
Bab 98. Tonight And Every Night
99
Bab 99. Adek dan Akak
100
Bab 100. Siap-Siap Sidang
101
Bab 101. Tensi Mulai Memanas
102
Bab 102. Sehari Dua Misi
103
Bab 103. Serangan Jantung
104
Bab 104. 100 Juta
105
Bab 105. Rahasia yang Terkuak
106
Bab 106. Ada Satpam
107
Bab 107. Birthday Party
108
Bab 108. Honeymoon
109
Bab 109. 60 Juta
110
Bab 110. Misi Percomblangan
111
Bab 111. Level 2
112
Bab 112. Atu Juja
113
Bab 113. Menyimpan Dendam
114
Bab 114. Mendadak Genit
115
Bab 115. Pesona
116
Bab 116. Ima, Berjuta Pesona
117
Bab 117. Bunda, Itu Baju Papa
118
Bab 118. Mood Swing
119
Bab 119. Saturday Night
120
Bab 120. 20 November
121
Bab 121. 20 November (2)
122
Bab 122. 20 November (3)
123
Bab 123. Buka Kartu
124
Bab 124. Paper Bag Marun
125
Bab 125. Theo dan Alex
126
Bab 126. Payung Hitam
127
Bab 127. Gombalan Menjelang Tidur
128
Bab 128. Pertemuan Tak Terduga
129
Bab 129. Bau Amis
130
130. Ada Apa Dengan Botol
131
Bab 131. Burung
132
Bab 132. Misi di Balik Tasyakur
133
Bab 133. Misi di Balik Tasyakur (2)
134
Bab 134. Ungkapan
135
Bab 135. Iman
136
Bab 136. Ada Apa?
137
Bab 137. Berita Viral
138
Bab 138. Kepanikan Mizyan
139
Bab 139. Ini Takdir
140
Bab 140. Tindakan
141
Bab 141. Tindakan (2)
142
Bab 142. Healing
143
Bab 143. Akhir Kasus
144
Bab 144. Batal Lamaran
145
Bab 145. 11 Januari
146
Bab 146. 11 Januari (2)
147
Bab 147. Pergi
148
Bab 148. Dua Tahun
149
Bab 149. Opa Oh Opa
150
Bab 150. Lupa
151
Bab 151. Kado
152
Bab 152. Kado (2)
153
Bab 153. Welcome Baby
154
Bab 154. Akhir Kisah
155
PENGUMUMAN
156
Bab 155. Bonchap 1
157
Bab 156. Bonchap 2
158
Bab 157. Bonchap 3
159
Bab 158. Bonchap 4
160
Bab 159. Bonchap 5
161
Bab 160. Bonchap 6
162
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!