Drrtt drrrtt.
Ponsel yang tergeletak di ujung meja terus bergetar. Mizyan hanya melirik sekilas tanpa melihat siapa nama yang tampil di layar ponsel dalam mode vibrate itu. Sebab ia tengah fokus di depan laptop untuk merampungkan gambar 3D sebuah masjid yang akan dibangun di rest area tol.
Drrtt drrrtt.
Ia sudah save file yang menandakan telah menyelesaikan satu pekerjaannya itu saat ponselnya kembali bergetar untuk yang kedua kalinya. Membuatnya penasaran dan segera meraih ponselnya itu.
Satya calling.
"Ada apa?" Tanpa basa basi Mizyan langsung menodong Satya begitu menggeserkan jari ke icon hijau.
"Oke."
Ia menyimpan kembali ponselnya usai menjawab singkat pernyataan Satya yang mengkonfirmasi akan menjemputnya 1 jam lagi.
Sejak Kemal memperkenalkannya di atas panggung kala peresmian resor di Bali beberapa bulan yang lalu, ia kini kebanjiran order dari kalangan pengusaha dan pejabat. Ia menatap white board panjang yang menempel di dinding di belakang kursi kerjanya. Dimana menampilkan angka 1 sampai 15 daftar klien dengan garis besar permintaan gambar beserta deadline nya. Disamping ia juga mencatat dalam reminder ponsel agar tidak lupa kala sedang pergi keluar kota.
Ada manfaatnya juga pengalaman kerja di perusahaan arsitektur ternama di Amerika beberapa tahun lamanya. Disiplin tinggi dan rivalitas membentuknya menjadi seorang workaholic. Tak hanya menjadi arsitek profesional, ia pun menjadi konsultan gambar yang membuat kliennya puas. Bonus pun mengalir deras.
Ia menoleh ke arah pintu paviliun yang didorong dari luar. Dado datang dengan wajah sumringah sambil kedua tangannya meneteng paperbag.
"Bawa apa, Do?" Mizyan menatapnya dari balik meja dengan punggung yang disandarkan ke belakang. Paviliun itu berisikan satu kamar tidur dan ruang bebas yang Mizyan isi dengan 1 set kursi serta meja kerja. Sederhana, berbeda jauh dengan fasilitas di apartemennya yang serba up to date dan canggih. Namun ia merasa lebih betah timggal di komplek pesantren ini dan membangkitkan semangat kerja yang tinggi.
"Dado dicegat sama teh Ruli, katanya nitip ini buat sarapan Aa Iyan." Dado mengangkat paperbag di tangan kanannya.
"Kalau ini dari pak satpam. Katanya ada ojol yang ngirim buat Aa..." Dado mengangkat paperbag warna coklat metalik.
"Ada suaratnya a, ini..."
"Bacain aja!" Mizyan menahan Dado dengan gerak tangan yang akan mendekat memberikan sepucuk surat.
Dado yang sudah terbiasa mendapat perintah membaca surat ataupun membuka kado-kado, tampak mengangguk kuat.
Hi, Mizyan. Long ti me no se e.
(Long time no see)
Dado membaca tulisan bahasa inggris itu dengan mengeja dan melafalnya sesuai tulisannya. Bukan sesuai lafal bahasa inggris sebab dia tak bisa. Mizyan yang mendengarnya hanya mengu lum senyum. Kepolosan Dado cukup menghiburnya.
"Naon ieu teh hartina (apa artinya), Aa?" Dado menggeleng sebab tiba-tiba kepalanya pusing jika harus berpikir.
"Lanjutin aja, Do."
Yo u a ma zes me.
(You amazes me / kamu membuatku kagum)
Se e yo u to nig.
(see you tonight)
Leony
"Hah, cape bacanya. Lieurrr.....(pusing)."
Mizyan tergelak melihat Dado menuju dispenser air. Meneguk dengan cepat segelas air.
"Aku makan yang dari Leony."
"Kamu yang Ruli!"
Dado tersenyum lebar sambil mengacungkan 2 jempolnya mendengar intruksi Mizyan. Ia segera menggelar karpet dan menyiapkan makanan serta 2 gelas air minum.
"Gimana Dado bisa kurus. Tiap hari makan enak terus..." Dado mengusap perutnya yang buncit usai menghabiskan semua isi dua susun rantang berisi nasi dan lauk.
"Sering olahraga, Do!"
"Joging keliling pondok ampe 3 putaran, tiap abis shalat subuh. Jangan nyamperin ke dapur umum."
Dado tersenyum meringis sebab merasa apa yang dituduhkan bossnya itu benar adanya.
"Aa, mau tanya dong!"
"Hm." Mizyan tak mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel. Membaca chat dari Satya yang mengabarkan on the way."
"Ari Aa naha kasep, ari abi mah henteu. (kenapa Aa tampan, aku tidak)
Mizyan mendongak menatap Dado yang tengah memperhatiknnya dengan bertopang dagu. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bingung menjawab pertanyaan polos Dado.
"Karena...beda cetakan." jawabnya tanpa pikir panjang yang malah menjadi blunder buatnya . Sebab Dado bertanya lagi dan tampak makin penasaran ada berapa macam cetakan manusia hingga wajah dan warna kulit bisa berbeda-beda.
Mizyan mengurut pelipisnya. Giliran ia yang pening memilih kata untuk menjawab sebab tak mungkin menjelaskan dengan selipan ilmiah kepada pemuda di hadapannya itu.
****
Kedatangan Satya dan Rade menyelamatkan Mizyan dari serangan pertanyaan Dado. Membuatnya bisa bernafas lega.
Sesuai pembicaraan sebelumnya, bertiga mereka akan meninjau gedung perusahaan properti yang telah diakuisisi perusahaan Satya. Mizyan dipercaya untuk merenovasi beberapa bagian gedung sesuai selera owner baru itu.
Sepanjang perjalanan, ia mendengarkan Satya yang menceritakan bagaimana keputusan akuisisi itu diambil. Ia yang duduk di depan dengan fokus mendengarkan kronologis yang disampaikan Satya sambil menyetir.
"Mas, mampir dulu ke Citarasa ya. Mumpung di jalur kiri!"
Seruan Rade kepada Satya membuat Mizyan menoleh sekilas ke belakang dimana Rade duduk. "Tempat apa itu, De?"
"Toko kue enak, kak. Kita akan butuh cemilan buat di sana."
"Ownernya mba Rahma. Yang suaminya meninggal itu..."
Mizyan baru tahu silsilah hubungan keluarganya kala Rade menceritakan lebih jelas kalau Rahma adalah adik iparnya Nico. Lebih tepatnya adik sepupu Suci, istrinya Nico.
"Kak Yan, mau ikut turun?"
"Ini toko kue favorit aku sama Mas Satya."
"Kuenya enak-enak lho."
Rade yang antusias beriklan dengan menyebutkan nama-nama jajanan kue yang ada di dalam sana, membuatnya menurut turun dari mobil.
Sekalian aja beli buat Abah dan Umi, pikirnya.
Suasana dalam toko berlantai granit cream tampak bersih dan sejuk serta pelayan yang tersenyum ramah siap membantu mencari apa yang dibutuhkan. Mizyan memutuskan mencoba membeli brownies kukus, bolen keju, pie buah, masing-masing 1 box.
"Mbak Rahma, apa kabar?"
"Eh ketemu mbak Rade di sini. Alhamdulillah mbak..."
"Seneng deh liat mbak Rahma aktif lagi. Semangat ya mbak."
Mizyan berdiri di samping Satya yang sama-sama menjadi penonton dua wanita yang saling berpelukan bahagia seolah tengah melepas kangen. Ia bahkan spontan tersenyum kala anak kecil yang dituntun Rahma menatapnya tanpa kedip.
Ia terkaget kala Satya menyikutnya sebab ia masih tersenyum menatap bocah menggemaskan yang kini bersembunyi di belakang sang ibu dengan wajah yang mengintip malu-malu kucing.
"Ini Mizyan, sahabat saya."
"Kali aja ketemu dijalan, jangan sungkan menyapanya."
Otaknya masih meloading dengan apa yang dilakukan Satya. Namun ia turut mengangguk sambil tersenyum membalas anggukan wanita cantik yang tengah direngkuh Rade. Iya, cantik.
Rade juga menyapa anaknya Rahma itu dengan riang sambil menciumnya dengan gemas. Bahkan mengajak Rahma janjian untuk play date membawa anak-anak mereka.
****
Urusan dengan Satya selsai jam 3 sore. Benar kata Rade, butuh cemilan selama berada di gedung akusisi itu. Sebab ia harus sabar mendengar keinginan yang berbeda antara Satya dan Rade dalam hal perubahan fungsi ruangan-ruangan. Ia sudah terbiasa menghadapi berbagai karakter klien. Dua lontong dan risoles dengan sebiji cabe rawit menjadi pengalihannya dari sepasang suami isteri yang masih baradu argumen dan belum menemukan kata deal.
"Terusin aja sampe malam!" Seloroh Mizyan sambil merebahkan diri di sofa sambil memejamkan mata.
Membuat Satya melemparnya dengan bantal yang sofa yang sedang di dekap Rade di balik meja kerja.
Mizyan melirik jam tangan bermerk fashion kenamaan Perancis. Kurang dari 1 jam lagi acara yang akan dihadirinya akan dimulai. Usai shalat isya berjamaah bersama para santri, ia bersiap meluncur menuju salah satu hotel bintang 5 yang terletak di jalan Gatot Subroto.
"Do, aku bakal pulang malam. Tidur duluan aja. Nggak usah nunggu!"
"Awas jangan tidur di karpet. Pakai busanya!"
Tidak ada sahutan dari mulut Dado. Sebab mulut pemuda gempal itu tengah menganga melihat penampilan Mizyan yang mengenakan setelan jas berwarna dark grey dengan kemeja hitam tanpa dasi membungkus tubuh ramping dan proporsional.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Maura
coba ada visual tambah semangat baca kak💪👍
2025-02-26
0
Khairul Azam
baca untuk ke'dua kalinya🤭🤭🤭
2025-01-26
0
Yatie Yatie
mampir lagi k sini untuk kesekian kali nya,kangen miyzan Rahma,sambil nunggu Zaki kia up
2024-09-27
0