Dua bulan kemudian.
Matahari tengah bersinar dengan semangatnya, membuat siapa saja enggan untuk melakukan aktifitasnya di luar ruangan. Namun, semua itu berbeda dengan seorang wanita yang tengah bersiap pergi entah kemana. Sejak beberapa menit yang lalu, ia masih sibuk memoles wajahnya dengan beberapa alat tempur make up.
Sebuah midi dress tanpa lengan membalut tubuh indahnya, belahan dada yang rendah semakin membuatnya terlihat menggoda siang ini. Ia bagai buah semangka yang bisa menghilangkan dahaga di cuaca panas seperti ini.
Wanita itu tak lain adalah Jessica, setelah menjemput Fano dari sekolah, ia harus bersiap sebelum berangkat bersama dengan Ezar. Hari ini Ezar mengajaknya untuk pergi ke sebuah tempat yang masih di rahasiakan olehnya.
Setelah pertemuannya dengan Ezar dua bulan yang lalu di sebuah resto ternama, hubungan keduanya semakin intens. Setiap malam Ezar tak pernah absen untuk menelfonnya, bahkan Ezar sering melakukan video call bersama Jeje. Perhatian Jeje berhasil membuat Ezar mabuk kepayang. Pria yang masih tidur terpisah dengan istrinya itu, kini telah menemukan sesuatu yang baru dalam hidupnya. Ia semakin terbang jauh bersama bayangan Jeje setiap malam.
"Lila, aku berangkat dulu." Pamit Jeje kepada Lila yang baru saja keluar dari kamar putranya.
"Iya Non, Den Fano baru saja tidur setelah bermain di taman belakang." Ucap Lila dengan kesopanan yang ia miliki.
"Baguslah, kalau ada apa-apa segera hubungi aku." Ucap Jeje sebelum berlalu pergi dari hadapan Lila.
Jeje pun melajukan mobilnya menuju butik, dimana Ezar akan menunggunya disana. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Jeje sampai di depan butiknya. Mobil Ezar pun sudah terlihat disana. Mobil hitam yang sedang terparkir di ruko kosong tak jauh dari tempat Jeje menghentikan mobilnya.
"Maaf, sudah menunggu lama." Ucap Jeje ketika sudah duduk di kursi yang ada di samping Ezar.
"Kali ini kamu di maafkan, Je." Ucap Ezar sebelum menyalakan mobilnya.
Sebuah senyuman hangat terbit dari bibir merah Jessica. Ia menatap pria yang tengah fokus dengan kemudinya, entah Ezar akan membawa dirinya kemana.
Mobil mewah Ezar terus membela jalanan ibu kota, menyusuri setiap jalan dengan keramaian yang tiada henti. Dan akhirnya, Ezar menghentikan mobilnya di salah satu apartemen elit di Jakarta selatan.
"Kita akan menemui siapa disini?" Tanya Jeje sembari menatap bangunan yang menjulang tinggi di depannya.
"Kamu akan mengetahuinya nanti." Ucap Ezar sebelum turun dari mobilnya.
Ezar membuka pintu untuk Jeje, ia membantu Jeje turun dari mobil, ia meraih tangan berkulit putih yang terasa lembut itu.
Sebuah senyuman manis terbit dari bibir merah Jeje tatkala Ezar menggenggam tangannya untuk memasuki gedung raksasa di depannya. Mereka berdua masuk ke dalam lift dan Ezar menekan angka lima belas di tombol yang ada di sisi pintu.
"Masuklah!" Perintah Ezar setelah menekan angka yang tertera di pintu apartemen. Pintu pun terbuka lebar untuk menyambut kedatangan mereka berdua.
Jeje pun mengayun langkahnya menuju ruang tamu dengan desain interior yang terlihat mewah, sofa berwana putih tulang tertata rapi disana. Ia masih mengikuti langkah Ezar yang terus masuk ke dalam ruang keluarga dengan fasilitas lengkap disana.
"Duduklah Je, kamu ingin minum apa?" Tanya Ezar yang tengah menyandarkan panggulnya di samping sofa.
"Apa saja aku mau." Ucap Jeje dengan diiringi senyum khas darinya. Ia masih bertanya-tanya, untuk apa Ezar mengajak nya kesini.
Ezar pun berlalu pergi menuju dapur mini yang ada di dekat ruang keluarga. Ia membuka lemari es yang ada disana, banyak makanan dan minum tertata rapi di dalam sana.
"Hanya ada minum kaleng disini." Ucap Ezar setelah kembali dari dapur. Ia membawa dua kaleng soft drink berwarna merah.
"Terima kasih." Ucap Jeje setelah menerima minuman yang di berikan oleh Ezar.
Keduanya masih terdiam sembari menikmati minuman yang ada dalam genggaman masing-masing. Jeje belum menemukan maksud dan tujuan Ezar membawanya ke Apartemen ini.
"Untuk apa kita berada disini?" Akhirnya Jeje mulai menggerakkan bibirnya.
"Ini apartemen untukmu. Semua surat kepemilikan sudah atas nama dirimu, Je." Jawab Ezar yang berhasil membuat Jeje tertegun di tempatnya.
"Untukku?" Jeje meyakinkan apa yang baru saja di dengarnya.
"Iya, ini untukmu." Ucap Ezar dengan tegas.
Jeje masih terdiam, ia mencerna maksud dan tujuan Ezar memberinya satu unit apartemen dengan harga fantastis ini. Satu persatu praduga muncul dalam pikirannya.
Ezar mengubah posisinya, ia menatap Jeje yang termangu di hadapannya. Tatapan keduanya pun bersirobok.
"Je, aku tahu mungkin kamu tidak akan percaya dengan apa yang aku ucapkan setelah ini." Ucap Ezar sembari meraih tangan Jeje untuk di genggamnya.
Senyum tipis terlukis di bibir Jessica, kini ia mengerti kemana arah pembicaraan Ezar. Mungkin usahanya selama ini akan membuahkan hasil beberapa menit lagi.
"Aku tertarik denganmu, aku suka denganmu, tapi aku tidak bisa mengartikan semua ini adalah cinta. Karena pada kenyataannya aku masih berstatus suami wanita lain." Ucap Ezar yang membuat hati Jeje semakin bersorak sorai.
"Lalu?" Jeje menatap Ezar dengan penuh makna.
"Bersediakah kamu menjadi wanita yang mengisi hari-hari ku setelah ini?" Tanya Ezar dengan wajah seriusnya.
Berhasil. Ya itulah yang terucap dalam hati Jeje, ia telah berhasil menjerat mangsa nya lagi. Lebih mudah dan lebih cepat dari mangsa lainnya.
"Lalu bagaimana dengan istrimu?" Tanya Jeje.
"Aku tidak bisa meninggalkan istriku, anakku masih terlalu kecil untuk menjadi korban jika kami berpisah. Aku akan pulang ke apartemen ini untuk menemui." Ucap Ezar dengan sorot mata penuh harap.
Jeje pun tersenyum dengan manisnya di hadapan Ezar. Tatapan matanya bagai sebuah panah yang menusuk tepat pada sasarannya.
"Aku pun tertarik padamu sejak pertama kali kita bertemu. Mungkin takdir menuliskan jalan hidup kita seperti ini, menjalin sebuah hubungan terlarang di belakang ikatan suci yang kau miliki bersama istrimu." Ucap Jeje tanpa mengalihkan pandangannya dari manik hitam di hadapannya.
"Apa itu berarti kamu menerimaku sebagai patnermu setelah ini?" Ezar mencoba meyakinkan jawaban Jeje.
Jeje tersenyum simpul, ia menganggukkan kepalanya, hal itu membuat Ezar menerbitkan senyum bahagianya. Ia pun meraih tubuh Jeje ke dalam dekapannya.
"Terima kasih Je. Terima kasih." Ucap Ezar sembari mengecup puncak rambut jeje berkali-kali.
Keduanya pun terhanyut dalam suasana yang tercipta di ruang keluarga ini. Manik hitam yang saling beradu membuat Ezar mendekatkan wajahnya dengan Jeje. Namun baru saja Bibirnya menyentuh bibir merah Jeje, suara dering ponsel yang ada dalam tas Jeje berhasil membuyarkan suasana yang tercipta.
Wajah berseri Jeje seketika sirna ketika ia menerima panggilan di ponselnya. Matanya pun menjadi berembun. "Segera bawa dia kerumah sakit Lil, aku akan menyusul setelah ini." Ucap Jeje sebelum panggilan berakhir.
"Antar aku ke rumah sakit sekarang, Zar. Anakku masuk rumah sakit." Ucap Jeje dengan kepanikan yang luar biasa.
Jeje akan menjadi panik, pikirannya akan menjadi kacau jika sesuatu terjadi pada putra semata wayangnya. Bisa di katakan jika Fano adalah sebuah kelemahan sekaligus kekuatannya untuk menjalani hari-harinya.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍♥️
_
_
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
auliasiamatir
Jeje, bikin semua mak Mak yang baca pengen ngejambak rambut kamu deh...😀
2021-12-10
0
Ghiie-nae
amazing....
semakin penasaran aku tik
2021-11-16
1
ARSY ALFAZZA
mantap ❤️
2021-11-02
1