Suara alarm terus mengusik tidur nyenyak dua orang yang tengah bersembunyi di balik selimut tebal. Merasakan rasa hangat yang sangat menenangkan jiwa. Jeje meraba ponsel yang ada di atas bantalnya, ia menekan tombol on/off pada sisi kanan ponsel yang terus mengganggu tidurnya.
"Ini hari minggu, kenapa kamu menggangguku!" Gerutu Jeje tanpa membuka kelopak matanya. Ia kembali memeluk guling besar yang menemaninya sepanjang malam.
Jeje meraba guling bergelombang yang ada di hadapannya, tangannya menyusuri setiap lekuk yang ia rasakan.
"Je, kalau kamu seperti ini terus, aku bisa memangsamu saat ini juga." Ucap Ezar yang sudah terjaga sejak dering pertama alarm terdengar.
Jeje perlahan membuka kelopak matanya, senyum manis pun terbit dari bibirnya. Ia menatap manik hitam yang terlihat sayu itu.
"Good morning Mr. Ban." Sapa jeje kepada pria yang menghangatkannya tadi malam.
"Mr. Ban?" Ezar mengernyitkan keningnya.
"Mr. Ban, banana ...." Ucap Jeje diiringi gelak tawa setelahnya.
"Tuan pisang? hmmm boleh juga panggilan sayangmu, Mrs. Cherry." Ezar tersenyum simpul sembari menatap Jeje yang sedang memutar bola matanya.
"Kenapa Mrs. Cherry? " Tanya Jessica.
"Karena bibirmu selalu berwarna merah, sangat manis dan menggoda di mataku." Sebuah ucapan dari Ezar yang berhasil membuat Jeje tergelak.
Jeje beranjak dari ranjangnya, berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum pulang dari apartemen ini. Ezar menyandarkan tubuhnya di hardboard ranjang, bibirnya melengkung sembari menatap wanita yang tadi malam menemaninya tidur.
Sebuah rasa yang tak karuan menyelimuti dirinya, rasa yang belum pernah ada sejak dulu. Entah rasa bersalah atau rasa bahagia yang kini di rasakan oleh Ezar karena ini pertama kalinya ia tidur dengan wanita selain istrinya.
Hangatnya tubuh Jessica membuat malam Ezar terasa hangat, rasa resah yang beberapa bulan ini merasuki jiwanya setiap malam, kini hilang sudah karena guling bernyawa yang terus memeluknya.
Susah payah Ezar menahan gejolak dalam jiwanya, sebuah ga*rah yang telah sampai di ubun-ubun harus ia tahan demi kenyamanan Jessica yang belum siap untuk melakukan pertempuran dengannya.
Sementara itu, di dalam kamar mandi Jeje termangu di depan cermin besar yang ada di hadapannya. Sebuah desiran aneh mengusik hatinya, meski ini bukan pertama kalinya ia bangun di pelukan hangat suami orang, tapi rasa itu ada saat bersama Ezar, sama seperti saat dulu ia ada di dekat Jerry.
Jeje segera menyelesaikan ritualnya di dalam kamar mandi, meski ia tak nyaman harus memakai pakaian yang sama seperti tadi malam, ia harus menerima karena tak ada satu pun pakaian yang ia bawa. Buru-buru Jeje keluar dari kamar mandi.
Di depan pintu kamar mandi, Jeje tercengang dengan pemandangan indah yang ada di hadapannya. Ia menatap Ezar yang tengah melepas kemejanya, roti sobek yang menggoda terlihat jelas olehnya.
"Kenapa kamu diam di situ, Je?" tanya Ezar ketika melihat Jeje berdiam diri di depan pintu.
Jeje masih menikmati pemandangan yang membuat jiwanya bergetar. Fantasi liar tengah menari-nari dalam pikirannya, hanya karena roti sobek milik pria yang sedang berjalan ke arahnya.
"Ada apa?" Ezar meletakkan kedua tangannya di atas pundak Jeje. Tentu saja hal itu membuat Jeje kelabakan.
Jeje menatap wajah yang belum terkena air di hadapannya. Ia tersenyum ke arah Ezar yang sedang menatapnya penuh arti.
"Mandilah, kita harus pulang!" Ucap Jeje dengan tangan yang terulur di pipi Ezar.
Sebuah kelembutan menyapu pipi milik Ezar, membuat matanya terpejam karena menikmati sapuan dari tangan wanita cantik di hadapannya. Ia meraih tangan Jeje untuk di kecupnya dengan segenap perasaan yang ia miliki.
"Kamu mau menemaniku mandi?" Tanya Ezar setelah selesai melakukan hal kecil yang membuat nafas Jeje memburu.
"Belum saatnya, Mr. Ban." Ucap Jeje sembari berlalu dari hadapan Ezar. Ia berjalan menuju meja rias untuk memoles wajahnya dengan beberapa alat make up yang tersimpan di dalam tas miliknya.
Enam puluh menit kemudian, keduanya telah menyelesaikan sarapan yang di beli lewat aplikasi online. Mereka berdua bersiap pulang ke rumah masing-masing, menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah.
"Aku pulang dulu ya, aku harus menjemput anakku." Ucap Jeje sebelum keluar dari lift yang mengantar mereka ke lantai dasar.
Sebuah kecupan mendarat di bibir merah Jessica. Ezar menatap dalam wanita yang akan pulang ke rumahnya, sebenarnya ia ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama Jeje, tapi ia tidak mau egois, karena Jeje mempunyai seorang anak yang menanti kedatangannya.
"Hati-hati Mrs. Cherry." Ucap Ezar sebelum tubuh Jeje berlalu dari lobby apartemen.
"Good bye, Mr. Ban." Jeje melambaikan tangannya kepada Ezar yang masih berdiri di Lobby apartemen.
***
Penunjuk waktu masih berada di angka sepuluh, namun sang surya tengah bersemangat menyinari bumi beserta isinya. Jeje baru sampai di pelataran luas di istana megah keluarga Wongso, tentunya setelah pulang ke rumah untuk mengganti pakaiannya.
Jeje mengayun langkahnya ke dalam rumah untuk mencari keberadaan putranya. Sepi, itulah yang terasa di rumah megah ini. Jeje terus menyusuri setiap ruangan dengan dekorasi nan apik yang menghias di sana, hingga ia sampai di bagian belakang istana megah ini.
Suara teriakan Fano terdengar dari arah kolam renang, membuat Jeje segera beranjak kesana.
"Fano ...." Sapa Jeje ketika melihat putranya yang berada di pinggiran kolam.
"Mama ... Sini ma! lihat Ma, papa bisa menyelam!" Teriak Fano dengan raut kebahagiaan yang menghiasi wajah basahnya.
Jeje pun berdiri di tepi kolam, ia mengikuti Fano yang sedang memberi semangat untuk Jerry dan beberapa detik kemudian, Jerry muncul di permukaan air. Ia segera naik ke tepi kolam setelah melihat Jeje yang sudah datang.
"Fano, sekarang mandi dulu sama Kak Lila ya. Minggu depan kita berenang lagi. Oke!" Jerry membujuk Fano agar segera membersihkan diri, karena sudah terlalu lama tubuhnya basah kuyup.
"Oke Pa!" Fano mengacungkan jempolnya. Ia segera berlari menuju ke arah Lila yang sejak tadi menunggunya.
Jeje mendudukkan dirinya diatas kursi sun longer yang ada di tepi kolam. Ia menatap Jerry yang tengah memakai bathrobe putih, kini pria blasteran mexico ini duduk di kursi yang ada di samping Jessica.
"Apa Fano merepotkanmu?" Tanya Jeje kepada Jerry yang sedang menyulut rokoknya. Asap pun mulai mengepul di sana.
"Tidak, dia terlihat bahagia berada di rumah ini, Je." Ucap Jerry setelah menyesap rokoknya.
"Terima kasih sudah menjaga putraku dengan baik." Ucap Jeje sembari menatap manik hitam Jerry.
"Kau ini lupa ya, jika Fano juga anakku!" Jerry memutar bola matanya.
Jeje terkekeh setelah mendengar ucapan Jerry, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah kolam renang yang biru itu.
"Oh ya Jer, bagaimana kabar Mommy Monik? Apa Mommy tidak ingin kembali ke rumah ini?" Tanya Jeje tatkala mengingat wanita paruh baya yang sudah lama tak di jumpainya.
"Semenjak Daddy meninggal, Mommy lebih suka menghabiskan waktunya di Bali bersama Kak Anne, Karena disana Mommy bisa mengalihkan perhatiannya dengan bermain bersama anak-anak kak Anne." Ucap Jerry dengan pandangan lurus kedepan. Anne adalah kakak perempuan Jerry.
Satu tahun setelah Jeje meninggalkan Istana megah ini, ayah Jerry telah berpulang ke sisi tuhan. Rasa sedih terus menyelimuti diri Bu Monik, apalagi istana ini terasa sepi tanpa kehadiran Jeje dan Fano.
"Kembalilah ke rumah ini, Je. Mommy pasti bahagia. Mommy pasti akan tinggal di rumah ini lagi." Ucap Jerry dengan wajah penuh harap.
Jeje menghela nafasnya, sungguh permintaan Jerry sangat berat untuknya karena Ia tidak akan mungkin kembali ke rumah ini, hanya takdir tuhan yang bisa membuatnya untuk tinggal di rumah ini lagi.
"Maaf Jer, aku tidak bisa." Ucap Jeje dengan pandangan lurus ke depan. Entah apa yang sedang di pikirkannya saat ini.
_
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka ♥️😍
_
_
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
auliasiamatir
apa Jeje akan jatuh cinta pada ezar yah
2021-12-24
0
Ghiie-nae
lagilagi dirimu menggantungkanku tik...
2021-11-16
1
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
lanjut kak Tie tik
2021-09-25
2