Cinta Untuk Dia

Cinta Untuk Dia

Terlambat

Seperti hari sebelumnya, pagi ini Amel terlambat lagi datang ke sekolah. Jarak antara sekolah dengan kosnya sangat jauh. Dia berencana pindah kos hari ini supaya tidak terlambat setiap hari.

Amel sudah mendapatkan ultimatum dari wali kelasnya, bahwa jika bulan ini masih terlambat, Amel akan mendapatkan hukum membersihkan seluruh sekolah selama seminggu. Beruntung Amel sudah mendapatkan kos dekat dengan sekolahnya. Cukup berjalan kaki selama sepuluh menit jadi tidak mungkin terlambat lagi.

Amel berjalan dengan cepat masuk melewati lorong sekolah. Suasana sekolah sudah sepi. Semua murid sudah berada di kelas mereka masing-masing. Amel mempercepat langkahnya. Tiba di dekat tangga sekolah, Amel berbelok ke kiri dan.....

"Buuuuugghhh." Amel tidak sengaja menabrak seseorang hingga ia terjatuh.

"Maaf... maaf gue enggak sengaja."

Amel segera meminta maaf dan berdiri sambil menunduk membersihkan pakaiannya tanpa melihat siapa yang dia tabrak.

Tidak ada jawaban apapun dari orang tersebut, Amel pun mengangkat kepala untuk melihat siapa orang yang ditabraknya. Terlihat sosok laki-laki tampan, putih, mata sipit, tinggi 180 CM, mengenakan kemeja putih, celana hitam dan membawa jas di tangannya.

Pria tersebut sedang menatap datar kepada Amel. Tidak ada senyum sama sekali dari laki-laki itu. Dia justru terus memandangi Amel tanpa berkedip dan sempat hening beberapa saat.

"Van ayoook, kok bengong?" teriak seorang wanita yang membuat laki-laki itu menoleh ke wanita cantik yang tadi memanggilnya.

"Hhhmm," gumam laki-laki itu. Sebelum laki-laki itu pergi, dia sempat menatap Amel sebentar lalu berjalan menyusul wanita itu.

Amel yang merasa heran dengan orang itu, seketika bertanya-tanya. "Siapa laki-laki itu? Gue belum pernah ngelihat orang itu sebelumnya."

Amel terus menatap ke arah pria dan wanita itu. Terlihat mereka berdua sudah berjalan menjauh. Amel pun berbalik dan melanjutkan jalan menuju kelasnya.

"Amelia Putriii..! Kamu telat lagi..!" teriak seseorang dari belakang, Amel pun berhenti.

Belum sampai di kelasnya, dia sudah dikagetkan dengan suara nyaring dari belakangnya. Amel segera berbalik. Amel sudah hapal dengan suara nyaring itu, ibu Ratna adalah wali kelas Amel yang memanggilnya tadi. Bu Ratna berjalan menghampiri Amel dan berdiri tepat di depannya.

Amel pun segera menjawab, "Maaf bu, tadi di jalan macet banget jadi saya telat deh." Amel tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.

Bu Ratna menatap Amel dengan marah. "Saya tidak terima alasan apapun! Kamu ingetkan apa yang Ibu bilang kalau kamu telat lagi?"

Amel yang ditatap marah oleh bu Ratna, hanya bisa menunduk dan menjawab dengan lesu, "Iya bu saya ingat. Saya janji besok tidak telat lagi."

"Baik, ini terakhir kali nya kamu telat, sudah masuk kelas sana!" Bu Ratna menunjuk ke arah kelas 11 IPA 1 setelah itu berjalan meninggalkan Amel menuju ruang guru.

Amel berjalan lemas menuju kelasnya. Teman sekelasnya sudah berada di kelas semua. Mereka tidak menggubris kedatangan Amel yang terlambat karena menurut mereka itu sudah biasa. Suasana kelas ramai ada yang baca buku, menulis, ngobrol sambil tertawa ada yang berteriak, bernyanyi, duduk di meja, maen game, dandan, dan banyak lagi.

Amel berjalan menuju mejanya dan langsung ditarik duduk dibangku paling belakang oleh ketiga sahabatnya, yaitu Olive, Bela, dan Lisa.

Mereka dipertemukan saat pertama kali masuk sekolah di kelas 10, di kelas yang sama dengan Amel. Sejak saat itu, mereka dekat dan jadi sahabat. Sekarang pun mereka masih sekelas yaitu 11 IPA 1 yang dikenal dengan murid nya yang cerdas. Kelas 11 dibagi menjadi 6 kelas, yaitu 2 kelas jurusan IPA dan 4 kelas jurusan IPS.

Amel berasal dari kampung dan sedang menuntut ilmu di kota. Tanpa sanak saudara mengharuskannya tinggal sendirian jauh dari keluarganya. Amel anak pertama dari dua bersaudara  Adiknya tinggal bersama ibunya di kampung.

Orang tua Amel sudah berpisah sejak dia kecil, Amel pun tidak tahu alasan kenapa orang tuanya berpisah. Yang dia tahu, ibunya yg selama ini menghidupi dia dan adiknya sampai saat ini sebagai orang tua tunggal.

Beruntung ibunya memiliki warisan dari nenek dan kakeknya sehingga bisa untuk menghidupi kedua anaknya. Ibunya berharap kelak kedua anaknya bisa sukses. Amel sebenarnya anak yang ceria, ramah, tapi jika belum kenal terkesan cuek dan jutek tapi hatinya baik.

"Hhhuuufff." Amel yang lelah seketika menghela napas panjang.

Gadis rambut panjang, hidung mancung, alis tebal, kulit putih, mata kecil, dengan wajah yang memerah dan sedikit keringat membuatnya makin cantik. Walaupun tidak secantik Bela dan Olive, tapi entah kenapa Amel mempunyai aura yang berbeda. Lebih menarik dibandingkan ketiga temannya. Wajahnya tidak membuat bosan.

Ketiga sahabanya menatap iba Amel saat melihat wajah lesunya. "Lo kenapa, Mel?" tanya Bela. Gadis cantik, badan langsing, putih, dan rambut hitam panjang.

"Lo dimarahin bu Ratna lagi, Mel?" Kali ini Olive yang bertanya. Gadis cantik, rambut sebahu, tinggi, dan sedikit berisi.

Sebenernya di antara mereka, Belalah yang paling cantik. Hanya saja, Bela tidak suka berdandan, tidak seperti Olive. Penampilan Olive lebih modis dan lebih percaya diri sehingga membuat Olive lebih menonjol dibandingkan dengan yang lainnya.

Amel menatap Olive dan mengangguk lemah. "Makanya hari ini gue mau pindah kos, biar gue nggak telat lagi."

"Uda dapet kosnya?" tanya Bela lagi.

"Udaah Bel, pulang sekolah gue mau pindahan," jawab Amel lesu

"Ya udah nanti kita bantuin buat pindahan," timpal Lisa, diangguki ketiga sahabatnya.

Amel menatap semua sahabatnya. "Nggak usah deh, gue sendirian aja, barang gue juga cuma dikit."

"Beneran nggak mau dibantuin?" tanya Lisa. Gadis imut yang cenderung pendiem, polos, dan baik. Di antara semua temannya, Lisa yang paling peduli terhadap teman walaupun terkadang lemot.

"Beneran Lis, besok aja pada dateng ke kos gue, bantuin rapi-rapi kos baru gue," jawab Amel lagi.

"Siiap bos," ucap para sahabatnya serempak.

Tidak lama berselang, guru masuk dan pelajaran pun dimulai.

"Kriiiiiing." Bunyi bel, tanda waktunya istirahat.

"Kantin yuk gaes," ajak Olive.

"Yuuuuk, gue juga uda laper banget, belum sempet sarapan tadi pagi," ucap Amel seraya berjalan keluar kelas menuju kantin bersama dengan ketiga sahabatnya.

Mereka berjalan di koridor sekolah menuju kantin sekolah. Suasana kantin yang ramai membuat mereka pun celingak-celinguk untuk mencari bangku yang kosong.

"Gaes disini aja!" panggil Olive seraya melambaikan tangan mengajak sahabatnya duduk.

Ketiga sahabat menoleh ke arah suara Olive yang terdengar dari arah belakang paling pojok yang ada di kantin. Mereka berjalan melewati beberapa siswa lain yang sedang makan.

"Mau makan apa gaes?" tanya Bela sembari menatap para sahabatnya yang baru saja duduk, "tenang gue traktir hari ini," lanjut Bela seraya tersenyum lebar.

Di antara ketiga sahabatnya, Bela memang berasal dari keluarga yang berkecukupan dan bisa dibilang anak orang kaya. Ayahnya bekerja di salah satu bank terbesar di Indonesia sebagai Direktur membuat Bela sering mentraktir teman-temannya.

"Banyak uang nih kayaknya, habis ngerampok di mana, Bel?" canda Amel.

Bela memajukan bibirnya seraya berkata, "Enak aja ngerampok, habis ngepet gue tadi malem. Hasilnya banyak, jadi gue bagi-bagi rejeki sama kalian."

"Emang lo nggak dikasih uang jajan sama ortu lo Bel sampai harus ngepet?" tanya Lisa dengan polosnya.

"Dikasihlah Lis, banyak malah," jawab Bela cuek.

"Terus ngapain lo ngepet kalau udah di kasih uang jajan banyak?" tanya Lisa lagi.

"LISAAA...!!" teriak ketiga sahabatnya.

"Kenapa? Gue cantik ya?" tanya Lisa tanpa dosa sambil tersenyum.

Olive geleng-geleng dengan tingkah Lisa. "Ternyata lemot sama bodoh itu beda tipis gaes."

Bela kemudian berdiri. "Udaah, nggak usah ngeladenin Lisa. Keburu bel masuk. Pada mau pesen apa?"

"Gue mie ayam," ucap Amel cepat.

"Gue soto aja deh, Bel," pinta Olive.

Bela beralih pada Lisa. "Lo mau apa Lis..?" tatap Bela menunggu jawaban Lisa.

"Samain aja deh sama Olive," jawab Lisa tersenyum.

"Okeee." Bela berjalan meninggalkan mereka.

Setelah memesan makanan, Lisa kembali ke tempat duduk. Tidak lama kemudian makanan datang. Mereka makan tanpa bersuara. Setelah selesai makan mereka baru mengobrol.

"Gaeess, gue ada berita baru nih," ucap Olive dengan terseyum.

Lisa yang kepo langsung mendekat ke arah Olive. "Berita apaan, Liv?" tanya Lisa cepat dengan wajah penasaran.

"Dasar tukang gosip," timpal Amel dengan wajah malas ketika melihat ketiga sahabatnya yang nampak antusias.

Olive menarik Amel agar mendekat. "Dengerin dulu Mel, ini berita hot banget."

"Makanan kali hot," cibir Amel lagi. Cuek dan masa bodo itu lah Amel. Dia cenderung tidak peduli dengan hal-hal yang tidak penting.

"Awas aja nanti kalau lo kepo juga," ucap Olive dengan wajah sebal.

Bela yang sudah tidak sabar bertanya lagi pada Olive. "Emang ada berita heboh apaan, Liv?" Menatap penuh tanya.

"Kalian tahu kan kalau kita baru masuk tahun ajaran baru?"

"Terus..?" tanya Lisa.

"Gue baru dapet info, katanya bakal ada tiga orang guru magang yang bakal ngajar di kelas kita," papar Olive sambil tersenyum.

"Hubungannya sama kita apa?" tanya Lisa dan diangguki oleh ketiga sahabatnya.

Olive menghembuskan nafas panjang, seakan lelah dengan pertanyaan sahabatnya. "Aduuh, kalian enggak tau apa  guru yang bakal magang di sini itu ganteng bangeeet," ucap Olive dengan mata berbinar.

Seketika Lisa dan Bela berwajah cerah. "Yang bener, Liv? Tahu darimana lo kalau salah satu guru magangnya ganteng?" tanya Bela penasaran.

Olive langsung menatap Bela. "Taulaah, gue kan udah lihat sendiri," ujar Olive dengan bangga.

"Kok lo gak ngajak kita-kita kalau mau ketemu guru ganteng?" tanya Lisa dengan muka cemberut.

"Gue juga nggak sengaja ngeliha waktu gue mau ke ruangan bu Ratna. Gue nggak sengaja papasan sama mereka. Karena penasaran, gue tanya sama bu Ratna itu siapa, bu Ratna cerita deh," jelas Olive.

Dengan wajah sumringah Lisa bertanya, "Kapan guru magangnya mulai ngajar, Liv?"

Olive mengangkat kedua bahunya secara bersamaan. "Enggak tau gue."

"Giliran cowok ganteng aja, semangat 45 lo Lis. Kalau belajar aja, bawaannya ngantuk," cibir Amel sambil mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.

Lisa memutar bola matanya. "Siapa sih yang gak suka cowok ganteng, Mel? Olive aja kalau ngeliat kambing dibedakin mau," timpal Lisa cekikikan.

"Enak aja! itu mah elo Lis," sanggah Olive dengan mata melotot. "Awas aja nanti lo pada naksir sama guru ganteng itu," lanjut Olive lagi.

"Ambil buat lo Liv, kita ngalah buat lo," seru Bela dan diangguki Lisa.

Sementara Amel yang tidak tertarik dengan berita itu memilih berdiri dan berjalan menuju kelas. "Balik kelas yuuk."

"Mel tungguuu," seru ketiga sahabatnya.

Mereka menyusul Amel karena sebentar jam istirahat akan habis dan pelajaran pun akan segera dimulai.

****

"Kriiiingg...."

Bunyi bel pulang sekolah pun terdengar nyaring. Seketika suasana ramai dengan siswa yang berhambur keluar dari kelas, menuju gerbang luar sekolah.

Tidak terkecuali Amel, Olive, Bela, dan Lisa ikut berjalan keluar kelas. Mereka tiba-tiba berhenti saat seseorang keluar dari salah satu ruangan dan langsung menatap wajah keempat gadis cantik itu.

"Belom pada pulang?" sapa Fadil ramah. Fadil adalah kakak kelas mereka yang menjabat sebagai ketua Osis yang berwajah tampan, berdarah timur.

"Ini baru mau pulang, Kak," jawab Amel kemudian diangguki yang lainnya.

Bela hanya bisa menunduk malu saat bertemu Fadil. Bela memang menaruh hati kepada Fadil sejak pertemuan pertamanya saat menjalani masa orientasi siswa.

"Okee, hati-hati dijalan," ucap Fadil tersenyum dan melanjutkan jalannya menuju ruangan osis untuk rapat bulanan dengan anggota osis lainnya.

Bela tidak hentinya terus memandangi pujaan hatinya tanpa bekedip dan tanpa sadar senyum-senyum sendiri. Olive yang menyadari tingkah aneh Bela seketika mengusap wajah Bela dengan tangannya.

Bela yang terkejut ketika ada yang menyentuh wajahnya dengan kasar langsung menoleh ke samping. "Apaan sih Liv, tangan lo bau terasi!" ujar Bela kesal.

"Lo ngeliatnya biasa aja makanya. Awas mata lo copot," balas Olive.

"Giliran tadi orangnya disini, lo diem aja," ucap Amel.

"Gue kan malu. Tiap ketemu kak Fadil pikiran gue jadi kosong. Bingung mau ngomong apa," ungkap Bela.

"Kalau lo kayak gitu terus bisa-bisa kak Fadil keburu di embat yang lain, Bel," ucap Lisa.

Bela yang mendengar kata-kata Lisa langsung terlihat murung. "Terus gue harus gimana dong?" tanya dengan nada lemah.

"Setidaknya lu deketin kak Fadil pelan-pelan ajak ngobrol minimal," saran Amel.

Bela pun tampak berpikir lalu berkata, "Oke nanti gue coba."

"Yaa udah, balik yuuk," ajak Lisa, diangguki ketiga sahabatnya dan berjalan keluar gerbang.

Sampe di depan gerbang, mereka pun berpisah dan pulang kerumah masing-masing. Begitu pun Amel yang sedang berjalan ke jalan raya untuk mencari angkutan umum..

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Devi Erisanti

Devi Erisanti

seru nii

2022-02-07

0

Fiki Septiadi

Fiki Septiadi

baru baca langsung suka bagus banget ceritanya 🥰🥰🥰 💪💪

2021-12-06

0

Ryosa

Ryosa

aku mampir thor

2021-10-23

0

lihat semua
Episodes
1 Terlambat
2 Pindahan
3 Salah Paham
4 Terus Bertemu
5 Pertolongan Rendi
6 Pingsan
7 Khawatir
8 Visual
9 Istirahat
10 Kecewa
11 Penjelasan
12 Siapa Dia..??
13 Pacar
14 Sedang apa mereka..?
15 Egois
16 Cemburu
17 Tidur Dimana..??
18 Ciuman Pertama
19 Jangan Pakai itu
20 Jauhi Dia
21 Emosi
22 Terluka
23 Tidak mau diganggu..
24 Membersihkan tubuhnya.
25 Menahan diri
26 Bertingkah Aneh
27 Pulang
28 Sulit dijangkau
29 Tidak boleh
30 Hanya pura-pura
31 Menyukai seseorang
32 Menangis
33 Posesif
34 Lupa
35 Anak Mama
36 Persetujuan Raka
37 Tidak ada kabar
38 Menghindar
39 Tidak mengijinkan pulang
40 Temani aku tidur
41 Panggilan Dari Ellenia
42 Aku tidak marah
43 Tidak Mau Jadi Tameng
44 Apa kau sangat mencintainya?
45 Sebuah Pengakuan
46 Mengobati
47 Berjanji
48 Pacar tampan yang posesif
49 Pemeriksaan
50 Calon istriku
51 Merahasiakan
52 Memperingatkan
53 Wanita di hati Rendi
54 Amel cemburu
55 Waspada
56 Permintaan Rendi
57 Devan
58 Jodoh Gue
59 Putus
60 Ijin dari Rendi
61 Membujuk Raka
62 Pemberian Mama Raka
63 Hidup selamanya bersamaku
64 Cincin tunangan dan pernikahan
65 Kekecewaan Rendi
66 Mempertahankan
67 Permintaan Maaf
68 Perubahan Sikap
69 Rendi Frustasi melihat Amel
70 Ujian berat untuk Rendi
71 Kuliah di luar negri
72 Bersikap Acuh
73 Kehidupan yang sulit
74 Menggunakan Kartu Rendi
75 Ruang ICU
76 Penyesalan Amel
77 Rendi Pingsan
78 Ketakutan Rendi
79 Minta Maaf
80 Kekecewaan Devan
81 Hati yang tersakiti
82 Perdebatan Sofi dan Raka
83 Perasaan Cemas
84 Menagih Janji
85 Permintaan
86 Memilih
87 Maksud Kedatangan Bianca
88 Membuat Masalah
89 Saling Menyakiti
90 Hilang Kendali
91 Keinginan Untuk Tetap Hidup
92 Masa Lalu Rendi
93 Masa Lalu Rendi Part 2
94 Meminta Ijin
95 Permintaan Terakhir Rendi
96 Menunggu Amel
97 Menangis Dalam Diam
98 Penjagaan Ketat
99 Pertemuan Terakhir
100 Meminta Bantuan
101 Kepergian Rendi
102 Perpisahan
103 Perpisahan Yang Menyakitkan (End Session 1)
104 Kehidupan Baru (Sesion 2)
105 Pertemuan Pertama dengan CEO (Sesion 2)
106 Peringatan Kenan (Sesion 2)
107 Pesan Rendi (Sesion 2)
108 Keinginan Devan (Sesion 2)
109 Tamparan Siska (Sesion 2)
110 Kemarahan Kenan (Sesion 2)
111 Perasaan Amel (Sesion 2)
112 Sekertaris Baru (Sesion 2)
113 Pertemuan Tidak Terduga (Sesion 2)
114 Gelisah (Sesion 2)
115 Meminta Penjelasan (Sesion 2)
116 Mencari Tahu (Sesion 2)
117 Pengorbanan Rendi (Sesion 2)
118 Kebenaran Sesungguhnya (Sesion 2)
119 Sikap Aneh Rendi (Sesion 2)
120 Pertemuan Devan dan Rendi (Sesion 2)
121 Dikerjai Rendi (Sesion 2)
122 Informasi dari Kenan (Sesion 2)
123 Harus Memilih (Sesion 2)
124 Kecemburuan Rendi (Sesion 2)
125 Aturan Rendi (Sesion 2)
126 Bimbang (Sesion 2)
127 Pesta Tuan Marco (Sesion 2)
128 Frustasi (Sesion 2)
129 Perasaan Rendi (Sesion 2)
130 Perasaan Rendi Part 2 (Sesion 2)
131 Lepas Kendali (Sesion 2)
132 Permintaan (Sesion 2)
133 Sofi (Sesion 2)
134 Rumah Raka (Sesion 2)
135 Kekesalan Raka. (Sesion 2)
136 Melindungi (Sesion 2)
137 Rencana Rendi (Sesion 2)
138 Keinginan Amel (Sesion 2)
139 Memberikan pengertian (Sesion 2)
140 Rencana Pernikahan (Sesion 2)
141 Pencarian Amel (Sesion 2)
142 Merebut Amel Kembali (Sesion 2)
143 Syarat Dari Devan (Sesion 2)
144 Membawa Amel Pergi (Sesion 2)
145 Kemarahan Ibu Rendi (Sesion 2)
146 Kebenaran Yang Terungkap (Sesion 2)
147 Persiapan Pernikahan (Sesion 2)
148 Meminta Ijin Raka (Sesion 2)
149 Gaun Pengantin
150 Apartemen Rendi
151 Lamaran
152 Membujuk Rendi
153 Nasehat Ibu
154 Tidak Ada Kabar
155 Keiginan Friska
156 Perpisahan
157 Pernikahan
158 Ucapan Selamat
159 Kamar Pengantin
160 Kebahagiaan Amel dan Rendi
161 Pagi Yang Indah
162 Suami Tampanku
163 Rencana Bulan Madu
164 Aku mencintaimu
165 Mencintaimu Juga
166 Menjadi Milliku
167 Aku Akan Menjagamu
168 Hubungan Baru
169 Pengganggu
170 Merajuk
171 Jatuh Cinta
172 Sosok Rendi
173 Suami Idaman
174 Persiapan Bulan Madu
175 Vila Private
176 Bibit Unggul
177 Berakhir
178 Bulan Madu Part 1
179 Bulan Madu Part 2
180 Bulan Madu Part 3
181 Memberi Hukuman
182 Menolong Ellen
183 Dia adalah Istriku..
184 Pesan Devan
185 Berakhir Sudah
186 Tidur Lagi
187 Mengkhawatirkannya
188 Lagi dan Lagi
189 Rencana Devan.
190 Kisah Devan
191 Belajar Merelakan
192 Salah Tingkah
193 Menemuinya
194 Saling Melepaskan
195 Saling Melepaskan Part 2
196 Sangat Mencintaimu
197 Lembaran Baru
198 Tamu Tak Diundang
199 Perubahan Raka
200 Perasaan Yang Sesungguhnya
201 Calon Istri Raka
202 Kepanikan Raka
203 Ijin Dari Rendi
204 Menjaga dan Merawatnya
205 Hanya Asumsimu
206 Menggodanya
207 Mengerjai Sofi
208 Pembicaraan Rahasia
209 Bertemu Mantan
210 Bukti
211 Keputusan Sofi
212 Pertemuan Tidak sengaja
213 Belum Ditakdirkan
214 Jawaban Sofi
215 Calon Istri Raka
216 Permintaan Amel
217 Melepas Rindu
218 Mantan Raka
219 Kehamilan Amel
220 Jawaban Orang Tua Sofi
221 Tentang Melepaskan dan Merelakan
222 Kecemburuan Sofi
223 Gerakan di Perut Amel
224 Antara Devan dan Kenan
225 Menawarkan Bantuan
226 Pengantin Baru
227 Akhir Bahagia (END)
228 Devan dan Friska (Bonus Chapter )
Episodes

Updated 228 Episodes

1
Terlambat
2
Pindahan
3
Salah Paham
4
Terus Bertemu
5
Pertolongan Rendi
6
Pingsan
7
Khawatir
8
Visual
9
Istirahat
10
Kecewa
11
Penjelasan
12
Siapa Dia..??
13
Pacar
14
Sedang apa mereka..?
15
Egois
16
Cemburu
17
Tidur Dimana..??
18
Ciuman Pertama
19
Jangan Pakai itu
20
Jauhi Dia
21
Emosi
22
Terluka
23
Tidak mau diganggu..
24
Membersihkan tubuhnya.
25
Menahan diri
26
Bertingkah Aneh
27
Pulang
28
Sulit dijangkau
29
Tidak boleh
30
Hanya pura-pura
31
Menyukai seseorang
32
Menangis
33
Posesif
34
Lupa
35
Anak Mama
36
Persetujuan Raka
37
Tidak ada kabar
38
Menghindar
39
Tidak mengijinkan pulang
40
Temani aku tidur
41
Panggilan Dari Ellenia
42
Aku tidak marah
43
Tidak Mau Jadi Tameng
44
Apa kau sangat mencintainya?
45
Sebuah Pengakuan
46
Mengobati
47
Berjanji
48
Pacar tampan yang posesif
49
Pemeriksaan
50
Calon istriku
51
Merahasiakan
52
Memperingatkan
53
Wanita di hati Rendi
54
Amel cemburu
55
Waspada
56
Permintaan Rendi
57
Devan
58
Jodoh Gue
59
Putus
60
Ijin dari Rendi
61
Membujuk Raka
62
Pemberian Mama Raka
63
Hidup selamanya bersamaku
64
Cincin tunangan dan pernikahan
65
Kekecewaan Rendi
66
Mempertahankan
67
Permintaan Maaf
68
Perubahan Sikap
69
Rendi Frustasi melihat Amel
70
Ujian berat untuk Rendi
71
Kuliah di luar negri
72
Bersikap Acuh
73
Kehidupan yang sulit
74
Menggunakan Kartu Rendi
75
Ruang ICU
76
Penyesalan Amel
77
Rendi Pingsan
78
Ketakutan Rendi
79
Minta Maaf
80
Kekecewaan Devan
81
Hati yang tersakiti
82
Perdebatan Sofi dan Raka
83
Perasaan Cemas
84
Menagih Janji
85
Permintaan
86
Memilih
87
Maksud Kedatangan Bianca
88
Membuat Masalah
89
Saling Menyakiti
90
Hilang Kendali
91
Keinginan Untuk Tetap Hidup
92
Masa Lalu Rendi
93
Masa Lalu Rendi Part 2
94
Meminta Ijin
95
Permintaan Terakhir Rendi
96
Menunggu Amel
97
Menangis Dalam Diam
98
Penjagaan Ketat
99
Pertemuan Terakhir
100
Meminta Bantuan
101
Kepergian Rendi
102
Perpisahan
103
Perpisahan Yang Menyakitkan (End Session 1)
104
Kehidupan Baru (Sesion 2)
105
Pertemuan Pertama dengan CEO (Sesion 2)
106
Peringatan Kenan (Sesion 2)
107
Pesan Rendi (Sesion 2)
108
Keinginan Devan (Sesion 2)
109
Tamparan Siska (Sesion 2)
110
Kemarahan Kenan (Sesion 2)
111
Perasaan Amel (Sesion 2)
112
Sekertaris Baru (Sesion 2)
113
Pertemuan Tidak Terduga (Sesion 2)
114
Gelisah (Sesion 2)
115
Meminta Penjelasan (Sesion 2)
116
Mencari Tahu (Sesion 2)
117
Pengorbanan Rendi (Sesion 2)
118
Kebenaran Sesungguhnya (Sesion 2)
119
Sikap Aneh Rendi (Sesion 2)
120
Pertemuan Devan dan Rendi (Sesion 2)
121
Dikerjai Rendi (Sesion 2)
122
Informasi dari Kenan (Sesion 2)
123
Harus Memilih (Sesion 2)
124
Kecemburuan Rendi (Sesion 2)
125
Aturan Rendi (Sesion 2)
126
Bimbang (Sesion 2)
127
Pesta Tuan Marco (Sesion 2)
128
Frustasi (Sesion 2)
129
Perasaan Rendi (Sesion 2)
130
Perasaan Rendi Part 2 (Sesion 2)
131
Lepas Kendali (Sesion 2)
132
Permintaan (Sesion 2)
133
Sofi (Sesion 2)
134
Rumah Raka (Sesion 2)
135
Kekesalan Raka. (Sesion 2)
136
Melindungi (Sesion 2)
137
Rencana Rendi (Sesion 2)
138
Keinginan Amel (Sesion 2)
139
Memberikan pengertian (Sesion 2)
140
Rencana Pernikahan (Sesion 2)
141
Pencarian Amel (Sesion 2)
142
Merebut Amel Kembali (Sesion 2)
143
Syarat Dari Devan (Sesion 2)
144
Membawa Amel Pergi (Sesion 2)
145
Kemarahan Ibu Rendi (Sesion 2)
146
Kebenaran Yang Terungkap (Sesion 2)
147
Persiapan Pernikahan (Sesion 2)
148
Meminta Ijin Raka (Sesion 2)
149
Gaun Pengantin
150
Apartemen Rendi
151
Lamaran
152
Membujuk Rendi
153
Nasehat Ibu
154
Tidak Ada Kabar
155
Keiginan Friska
156
Perpisahan
157
Pernikahan
158
Ucapan Selamat
159
Kamar Pengantin
160
Kebahagiaan Amel dan Rendi
161
Pagi Yang Indah
162
Suami Tampanku
163
Rencana Bulan Madu
164
Aku mencintaimu
165
Mencintaimu Juga
166
Menjadi Milliku
167
Aku Akan Menjagamu
168
Hubungan Baru
169
Pengganggu
170
Merajuk
171
Jatuh Cinta
172
Sosok Rendi
173
Suami Idaman
174
Persiapan Bulan Madu
175
Vila Private
176
Bibit Unggul
177
Berakhir
178
Bulan Madu Part 1
179
Bulan Madu Part 2
180
Bulan Madu Part 3
181
Memberi Hukuman
182
Menolong Ellen
183
Dia adalah Istriku..
184
Pesan Devan
185
Berakhir Sudah
186
Tidur Lagi
187
Mengkhawatirkannya
188
Lagi dan Lagi
189
Rencana Devan.
190
Kisah Devan
191
Belajar Merelakan
192
Salah Tingkah
193
Menemuinya
194
Saling Melepaskan
195
Saling Melepaskan Part 2
196
Sangat Mencintaimu
197
Lembaran Baru
198
Tamu Tak Diundang
199
Perubahan Raka
200
Perasaan Yang Sesungguhnya
201
Calon Istri Raka
202
Kepanikan Raka
203
Ijin Dari Rendi
204
Menjaga dan Merawatnya
205
Hanya Asumsimu
206
Menggodanya
207
Mengerjai Sofi
208
Pembicaraan Rahasia
209
Bertemu Mantan
210
Bukti
211
Keputusan Sofi
212
Pertemuan Tidak sengaja
213
Belum Ditakdirkan
214
Jawaban Sofi
215
Calon Istri Raka
216
Permintaan Amel
217
Melepas Rindu
218
Mantan Raka
219
Kehamilan Amel
220
Jawaban Orang Tua Sofi
221
Tentang Melepaskan dan Merelakan
222
Kecemburuan Sofi
223
Gerakan di Perut Amel
224
Antara Devan dan Kenan
225
Menawarkan Bantuan
226
Pengantin Baru
227
Akhir Bahagia (END)
228
Devan dan Friska (Bonus Chapter )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!