Cinta Untuk Dia
Seperti hari sebelumnya, pagi ini Amel terlambat lagi datang ke sekolah. Jarak antara sekolah dengan kosnya sangat jauh. Dia berencana pindah kos hari ini supaya tidak terlambat setiap hari.
Amel sudah mendapatkan ultimatum dari wali kelasnya, bahwa jika bulan ini masih terlambat, Amel akan mendapatkan hukum membersihkan seluruh sekolah selama seminggu. Beruntung Amel sudah mendapatkan kos dekat dengan sekolahnya. Cukup berjalan kaki selama sepuluh menit jadi tidak mungkin terlambat lagi.
Amel berjalan dengan cepat masuk melewati lorong sekolah. Suasana sekolah sudah sepi. Semua murid sudah berada di kelas mereka masing-masing. Amel mempercepat langkahnya. Tiba di dekat tangga sekolah, Amel berbelok ke kiri dan.....
"Buuuuugghhh." Amel tidak sengaja menabrak seseorang hingga ia terjatuh.
"Maaf... maaf gue enggak sengaja."
Amel segera meminta maaf dan berdiri sambil menunduk membersihkan pakaiannya tanpa melihat siapa yang dia tabrak.
Tidak ada jawaban apapun dari orang tersebut, Amel pun mengangkat kepala untuk melihat siapa orang yang ditabraknya. Terlihat sosok laki-laki tampan, putih, mata sipit, tinggi 180 CM, mengenakan kemeja putih, celana hitam dan membawa jas di tangannya.
Pria tersebut sedang menatap datar kepada Amel. Tidak ada senyum sama sekali dari laki-laki itu. Dia justru terus memandangi Amel tanpa berkedip dan sempat hening beberapa saat.
"Van ayoook, kok bengong?" teriak seorang wanita yang membuat laki-laki itu menoleh ke wanita cantik yang tadi memanggilnya.
"Hhhmm," gumam laki-laki itu. Sebelum laki-laki itu pergi, dia sempat menatap Amel sebentar lalu berjalan menyusul wanita itu.
Amel yang merasa heran dengan orang itu, seketika bertanya-tanya. "Siapa laki-laki itu? Gue belum pernah ngelihat orang itu sebelumnya."
Amel terus menatap ke arah pria dan wanita itu. Terlihat mereka berdua sudah berjalan menjauh. Amel pun berbalik dan melanjutkan jalan menuju kelasnya.
"Amelia Putriii..! Kamu telat lagi..!" teriak seseorang dari belakang, Amel pun berhenti.
Belum sampai di kelasnya, dia sudah dikagetkan dengan suara nyaring dari belakangnya. Amel segera berbalik. Amel sudah hapal dengan suara nyaring itu, ibu Ratna adalah wali kelas Amel yang memanggilnya tadi. Bu Ratna berjalan menghampiri Amel dan berdiri tepat di depannya.
Amel pun segera menjawab, "Maaf bu, tadi di jalan macet banget jadi saya telat deh." Amel tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.
Bu Ratna menatap Amel dengan marah. "Saya tidak terima alasan apapun! Kamu ingetkan apa yang Ibu bilang kalau kamu telat lagi?"
Amel yang ditatap marah oleh bu Ratna, hanya bisa menunduk dan menjawab dengan lesu, "Iya bu saya ingat. Saya janji besok tidak telat lagi."
"Baik, ini terakhir kali nya kamu telat, sudah masuk kelas sana!" Bu Ratna menunjuk ke arah kelas 11 IPA 1 setelah itu berjalan meninggalkan Amel menuju ruang guru.
Amel berjalan lemas menuju kelasnya. Teman sekelasnya sudah berada di kelas semua. Mereka tidak menggubris kedatangan Amel yang terlambat karena menurut mereka itu sudah biasa. Suasana kelas ramai ada yang baca buku, menulis, ngobrol sambil tertawa ada yang berteriak, bernyanyi, duduk di meja, maen game, dandan, dan banyak lagi.
Amel berjalan menuju mejanya dan langsung ditarik duduk dibangku paling belakang oleh ketiga sahabatnya, yaitu Olive, Bela, dan Lisa.
Mereka dipertemukan saat pertama kali masuk sekolah di kelas 10, di kelas yang sama dengan Amel. Sejak saat itu, mereka dekat dan jadi sahabat. Sekarang pun mereka masih sekelas yaitu 11 IPA 1 yang dikenal dengan murid nya yang cerdas. Kelas 11 dibagi menjadi 6 kelas, yaitu 2 kelas jurusan IPA dan 4 kelas jurusan IPS.
Amel berasal dari kampung dan sedang menuntut ilmu di kota. Tanpa sanak saudara mengharuskannya tinggal sendirian jauh dari keluarganya. Amel anak pertama dari dua bersaudara Adiknya tinggal bersama ibunya di kampung.
Orang tua Amel sudah berpisah sejak dia kecil, Amel pun tidak tahu alasan kenapa orang tuanya berpisah. Yang dia tahu, ibunya yg selama ini menghidupi dia dan adiknya sampai saat ini sebagai orang tua tunggal.
Beruntung ibunya memiliki warisan dari nenek dan kakeknya sehingga bisa untuk menghidupi kedua anaknya. Ibunya berharap kelak kedua anaknya bisa sukses. Amel sebenarnya anak yang ceria, ramah, tapi jika belum kenal terkesan cuek dan jutek tapi hatinya baik.
"Hhhuuufff." Amel yang lelah seketika menghela napas panjang.
Gadis rambut panjang, hidung mancung, alis tebal, kulit putih, mata kecil, dengan wajah yang memerah dan sedikit keringat membuatnya makin cantik. Walaupun tidak secantik Bela dan Olive, tapi entah kenapa Amel mempunyai aura yang berbeda. Lebih menarik dibandingkan ketiga temannya. Wajahnya tidak membuat bosan.
Ketiga sahabanya menatap iba Amel saat melihat wajah lesunya. "Lo kenapa, Mel?" tanya Bela. Gadis cantik, badan langsing, putih, dan rambut hitam panjang.
"Lo dimarahin bu Ratna lagi, Mel?" Kali ini Olive yang bertanya. Gadis cantik, rambut sebahu, tinggi, dan sedikit berisi.
Sebenernya di antara mereka, Belalah yang paling cantik. Hanya saja, Bela tidak suka berdandan, tidak seperti Olive. Penampilan Olive lebih modis dan lebih percaya diri sehingga membuat Olive lebih menonjol dibandingkan dengan yang lainnya.
Amel menatap Olive dan mengangguk lemah. "Makanya hari ini gue mau pindah kos, biar gue nggak telat lagi."
"Uda dapet kosnya?" tanya Bela lagi.
"Udaah Bel, pulang sekolah gue mau pindahan," jawab Amel lesu
"Ya udah nanti kita bantuin buat pindahan," timpal Lisa, diangguki ketiga sahabatnya.
Amel menatap semua sahabatnya. "Nggak usah deh, gue sendirian aja, barang gue juga cuma dikit."
"Beneran nggak mau dibantuin?" tanya Lisa. Gadis imut yang cenderung pendiem, polos, dan baik. Di antara semua temannya, Lisa yang paling peduli terhadap teman walaupun terkadang lemot.
"Beneran Lis, besok aja pada dateng ke kos gue, bantuin rapi-rapi kos baru gue," jawab Amel lagi.
"Siiap bos," ucap para sahabatnya serempak.
Tidak lama berselang, guru masuk dan pelajaran pun dimulai.
"Kriiiiiing." Bunyi bel, tanda waktunya istirahat.
"Kantin yuk gaes," ajak Olive.
"Yuuuuk, gue juga uda laper banget, belum sempet sarapan tadi pagi," ucap Amel seraya berjalan keluar kelas menuju kantin bersama dengan ketiga sahabatnya.
Mereka berjalan di koridor sekolah menuju kantin sekolah. Suasana kantin yang ramai membuat mereka pun celingak-celinguk untuk mencari bangku yang kosong.
"Gaes disini aja!" panggil Olive seraya melambaikan tangan mengajak sahabatnya duduk.
Ketiga sahabat menoleh ke arah suara Olive yang terdengar dari arah belakang paling pojok yang ada di kantin. Mereka berjalan melewati beberapa siswa lain yang sedang makan.
"Mau makan apa gaes?" tanya Bela sembari menatap para sahabatnya yang baru saja duduk, "tenang gue traktir hari ini," lanjut Bela seraya tersenyum lebar.
Di antara ketiga sahabatnya, Bela memang berasal dari keluarga yang berkecukupan dan bisa dibilang anak orang kaya. Ayahnya bekerja di salah satu bank terbesar di Indonesia sebagai Direktur membuat Bela sering mentraktir teman-temannya.
"Banyak uang nih kayaknya, habis ngerampok di mana, Bel?" canda Amel.
Bela memajukan bibirnya seraya berkata, "Enak aja ngerampok, habis ngepet gue tadi malem. Hasilnya banyak, jadi gue bagi-bagi rejeki sama kalian."
"Emang lo nggak dikasih uang jajan sama ortu lo Bel sampai harus ngepet?" tanya Lisa dengan polosnya.
"Dikasihlah Lis, banyak malah," jawab Bela cuek.
"Terus ngapain lo ngepet kalau udah di kasih uang jajan banyak?" tanya Lisa lagi.
"LISAAA...!!" teriak ketiga sahabatnya.
"Kenapa? Gue cantik ya?" tanya Lisa tanpa dosa sambil tersenyum.
Olive geleng-geleng dengan tingkah Lisa. "Ternyata lemot sama bodoh itu beda tipis gaes."
Bela kemudian berdiri. "Udaah, nggak usah ngeladenin Lisa. Keburu bel masuk. Pada mau pesen apa?"
"Gue mie ayam," ucap Amel cepat.
"Gue soto aja deh, Bel," pinta Olive.
Bela beralih pada Lisa. "Lo mau apa Lis..?" tatap Bela menunggu jawaban Lisa.
"Samain aja deh sama Olive," jawab Lisa tersenyum.
"Okeee." Bela berjalan meninggalkan mereka.
Setelah memesan makanan, Lisa kembali ke tempat duduk. Tidak lama kemudian makanan datang. Mereka makan tanpa bersuara. Setelah selesai makan mereka baru mengobrol.
"Gaeess, gue ada berita baru nih," ucap Olive dengan terseyum.
Lisa yang kepo langsung mendekat ke arah Olive. "Berita apaan, Liv?" tanya Lisa cepat dengan wajah penasaran.
"Dasar tukang gosip," timpal Amel dengan wajah malas ketika melihat ketiga sahabatnya yang nampak antusias.
Olive menarik Amel agar mendekat. "Dengerin dulu Mel, ini berita hot banget."
"Makanan kali hot," cibir Amel lagi. Cuek dan masa bodo itu lah Amel. Dia cenderung tidak peduli dengan hal-hal yang tidak penting.
"Awas aja nanti kalau lo kepo juga," ucap Olive dengan wajah sebal.
Bela yang sudah tidak sabar bertanya lagi pada Olive. "Emang ada berita heboh apaan, Liv?" Menatap penuh tanya.
"Kalian tahu kan kalau kita baru masuk tahun ajaran baru?"
"Terus..?" tanya Lisa.
"Gue baru dapet info, katanya bakal ada tiga orang guru magang yang bakal ngajar di kelas kita," papar Olive sambil tersenyum.
"Hubungannya sama kita apa?" tanya Lisa dan diangguki oleh ketiga sahabatnya.
Olive menghembuskan nafas panjang, seakan lelah dengan pertanyaan sahabatnya. "Aduuh, kalian enggak tau apa guru yang bakal magang di sini itu ganteng bangeeet," ucap Olive dengan mata berbinar.
Seketika Lisa dan Bela berwajah cerah. "Yang bener, Liv? Tahu darimana lo kalau salah satu guru magangnya ganteng?" tanya Bela penasaran.
Olive langsung menatap Bela. "Taulaah, gue kan udah lihat sendiri," ujar Olive dengan bangga.
"Kok lo gak ngajak kita-kita kalau mau ketemu guru ganteng?" tanya Lisa dengan muka cemberut.
"Gue juga nggak sengaja ngeliha waktu gue mau ke ruangan bu Ratna. Gue nggak sengaja papasan sama mereka. Karena penasaran, gue tanya sama bu Ratna itu siapa, bu Ratna cerita deh," jelas Olive.
Dengan wajah sumringah Lisa bertanya, "Kapan guru magangnya mulai ngajar, Liv?"
Olive mengangkat kedua bahunya secara bersamaan. "Enggak tau gue."
"Giliran cowok ganteng aja, semangat 45 lo Lis. Kalau belajar aja, bawaannya ngantuk," cibir Amel sambil mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.
Lisa memutar bola matanya. "Siapa sih yang gak suka cowok ganteng, Mel? Olive aja kalau ngeliat kambing dibedakin mau," timpal Lisa cekikikan.
"Enak aja! itu mah elo Lis," sanggah Olive dengan mata melotot. "Awas aja nanti lo pada naksir sama guru ganteng itu," lanjut Olive lagi.
"Ambil buat lo Liv, kita ngalah buat lo," seru Bela dan diangguki Lisa.
Sementara Amel yang tidak tertarik dengan berita itu memilih berdiri dan berjalan menuju kelas. "Balik kelas yuuk."
"Mel tungguuu," seru ketiga sahabatnya.
Mereka menyusul Amel karena sebentar jam istirahat akan habis dan pelajaran pun akan segera dimulai.
****
"Kriiiingg...."
Bunyi bel pulang sekolah pun terdengar nyaring. Seketika suasana ramai dengan siswa yang berhambur keluar dari kelas, menuju gerbang luar sekolah.
Tidak terkecuali Amel, Olive, Bela, dan Lisa ikut berjalan keluar kelas. Mereka tiba-tiba berhenti saat seseorang keluar dari salah satu ruangan dan langsung menatap wajah keempat gadis cantik itu.
"Belom pada pulang?" sapa Fadil ramah. Fadil adalah kakak kelas mereka yang menjabat sebagai ketua Osis yang berwajah tampan, berdarah timur.
"Ini baru mau pulang, Kak," jawab Amel kemudian diangguki yang lainnya.
Bela hanya bisa menunduk malu saat bertemu Fadil. Bela memang menaruh hati kepada Fadil sejak pertemuan pertamanya saat menjalani masa orientasi siswa.
"Okee, hati-hati dijalan," ucap Fadil tersenyum dan melanjutkan jalannya menuju ruangan osis untuk rapat bulanan dengan anggota osis lainnya.
Bela tidak hentinya terus memandangi pujaan hatinya tanpa bekedip dan tanpa sadar senyum-senyum sendiri. Olive yang menyadari tingkah aneh Bela seketika mengusap wajah Bela dengan tangannya.
Bela yang terkejut ketika ada yang menyentuh wajahnya dengan kasar langsung menoleh ke samping. "Apaan sih Liv, tangan lo bau terasi!" ujar Bela kesal.
"Lo ngeliatnya biasa aja makanya. Awas mata lo copot," balas Olive.
"Giliran tadi orangnya disini, lo diem aja," ucap Amel.
"Gue kan malu. Tiap ketemu kak Fadil pikiran gue jadi kosong. Bingung mau ngomong apa," ungkap Bela.
"Kalau lo kayak gitu terus bisa-bisa kak Fadil keburu di embat yang lain, Bel," ucap Lisa.
Bela yang mendengar kata-kata Lisa langsung terlihat murung. "Terus gue harus gimana dong?" tanya dengan nada lemah.
"Setidaknya lu deketin kak Fadil pelan-pelan ajak ngobrol minimal," saran Amel.
Bela pun tampak berpikir lalu berkata, "Oke nanti gue coba."
"Yaa udah, balik yuuk," ajak Lisa, diangguki ketiga sahabatnya dan berjalan keluar gerbang.
Sampe di depan gerbang, mereka pun berpisah dan pulang kerumah masing-masing. Begitu pun Amel yang sedang berjalan ke jalan raya untuk mencari angkutan umum..
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Devi Erisanti
seru nii
2022-02-07
0
Fiki Septiadi
baru baca langsung suka bagus banget ceritanya 🥰🥰🥰 💪💪
2021-12-06
0
Ryosa
aku mampir thor
2021-10-23
0