Amel terkejut lalu menoleh ke Rendi dan menatap tajam kepadanya seolah berkata, "Jangan bicara macem-macem."
Rendi yang ditatap seperti itu, hanya tersenyum jail pada Amel.
Sementara, Sofi terlihat kaget melihat tingkah Kakaknya yang tidak biasa.
"Nanti Sofi aduin ke mama loh, Kak," ancam Sofi.
"Bilang aja sana, mama juga bakal setuju nanti."
"Kepedean banget, yang ada Kakak dijewer sama mama nanti," ujar Sofi sewot.
Kemudian Sofi beralih ke Amel. "Maaf ya kak, Sofi nggak bisa nemenin, soalnya di kamar Sofi lagi ada kak Friska," jelas Sofi.
Rendi beralih pada Sofi. "Dia belom pulang juga?"
"Kak Friska mau nginep disini. Kakinya masih sakit katanya."
Alis Rendi terangkat sebelah. "Bukannya tadi dokter udah dateng ke sini?"
"Iyaa, tapi kak Friska nggak boleh banyak gerak. Kata dokter harus banyak istirahat."
Sofi melirik Amel sekilas lalu beralih menatap kakaknya. "Kata kak Friska, dia mau ngmong sama Kakak."
"Kakak nggak mau," tolak Rendi cepat dan membuat Amel melirik ke arahnya dengan tatapan heran
Kenapa Rendi nggak mau nemuin Friska..? ada masalah antara mereka?
Sofi menatap malas pada kakaknya. Ini bukan masalahnya, tetapi kenapa dia malah diseret oleh kakaknya, padahal mereka bisa berkomunikasi lewat ponsel tanpa melibatkannya. "Kata kak Friska, dia nggak bakal pulang sebelum Kakak nemuin dia."
Rendi tetap pada pendiriannya. "Bilang aja, kakak lagi sibuk."
Sofi akhirnya mengalah. "Iyaaa, nanti Sofi bilang sama kak Friska." Kemudian Sofi beralih menatap Amel. "Kak Amel mau mandi nggak?"
Amel menatap ragu Sofi sejenak lalu berkata, "Mau, tapi kakak nggak bawa baju ganti."
"Pake baju Sofi aja. Kebetulan di lemari kamar Sofi ada banyak baju yang masih baru dan belom pernah dipakai jadi Kakak tinggal pilih aja," tawar Sofi.
Amel kemudian menyetujuinya. "Iyaa, kak Amel mau."
"Ya uda, ayoook ke kamar Sofi," ajak Sofi sambil berdiri menunggu Amel.
Sebelum Amel sempat menjawab, Rendi lebih dulu berbicara, "Nggak usah, Amel pake baju kakak aja."
Amel melotot ke arah Rendi yang terlihat tersenyum tanpa beban.
"Kakak kan cowok, masa kak Amel pake baju cowok." Sofi lalu beralih pada Amel, "jangan mau kak Amel, pake punya Sofi aja."
Rendi menatap adiknya dengan wajah datar. "Kakak nggak ijinin Amel ke sana."
Sofi menatap kesal pada kakaknya. "Kakak nih posesif banget sih. Baru jadi pacar aja, uda ngelarang-larang. Gimana kalau jadi suami nanti?" ujar Sofi cemberut.
"Terserah kakak dong. Amel kan pacar kakak," ujar Rendi tak mau kalah.
"Kak Amel cuma mau pilih baju sama mandi, Kak. Masa gitu aja nggak dibolehin, nggak lama kok."
"Kamu aja yang pilihin, terus bawa ke sini. Biar Amel mandi di sini," usul Rendi.
Sofi sudah tidak bisa menahan kekesalannya pada kakaknya lalu berkata dengan nada kesal, "Dasaar bucin!"
"Kakak nggak mau Amel ketemu sama Friska," jelas Rendi.
"Kan ada Sofi Kak atau Kakak bisa ikut sekalian."
"Kakak kan uda bilang, kakak nggak mau ketemu sama dia," ujar Rendi kesal.
"Terserah Kakak aja deeh. Sofi mau ke kamar dulu." Sofi beralih menatap Amel sebelum keluar dari kamar Rendi. "Kak Amel hati-hati sama Kak Rendi, dia itu kucing garong," ucap Sofi tertawa sambil berlari.
"Enak aja, dasar adek nggak tahu diri!" Rendi melempar bantal ke arah Sofi, tapi tidak kena karena Sofi sudah berlari dan menutup pintu.
Amel hanya tersenyum melihat interaksi Rendi dan Sofi. Rendi ternyata bisa tersenyum dan becanda juga. Ini pertama kalinya Amel melihat sisi lain dari Rendi.
Melihat Amel tersenyum, Rendi pun berkata, "Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?"
"Emang nggak boleh Amel senyum?"
"Senyum kamu aneh."
Amel mengecurutkan bibirnya lalu berkata, "Kenapa Kakak nggak mau nemuin Friska?"
"Kamu nggak cemburu kalau aku ketemu dia?" goda Rendi.
"Ngapain Amel cemburu, itu kan hak Kakak."
Padahal di hatinya, dia cemburu melihat kedekatan Friska dan Rendi. Dia justru senang ketika mendengar Rendi tidak mau menemui Friska. Amel sengaja berbohong karena tidak nggak mau kalau sampai Rendi tau perasaannya.
Tatapan Rendi berubah menjadi dingin. "Yaa udah kalau gitu nanti kakak temuin dia di kamar Sofi."
Amel yang mendengar perkataan Rendi seketika cemas. Dia takut kalau Rendi benar-benar ke sana. Memikirkannya aja sudah membuat Amel tak nyaman.
"Kakak mau ke mana?" tanya Amel cepat saat melihat Rendi berdiri.
"Mandi." Rendi berjalan ke hadapan Amel sedikit membungkuk lalu menatap Amel lekat, "kenapa, kamu mau ikut?" tanya Rendi sambil tersenyum menggoda kepada Amel.
Wajah Amel memerah karena malu dan seketika itu juga jantungnya berdetak lebih kencang. Amel kemudian mengalihkan pandangannya dari Rendi.
Amel mendorong Rendi supaya tidak terlalu dekat dengannya. "Yaa udaah, mandi sana!" Amel terlihat salah tingkah jika berdekatan lama-lama dengan Rendi. Hal itu selalu membuatnya gugup.
Badan Rendi mundur berapa langkah karena dorongan Amel. Melihat Amel yang malu, Rendi tersenyum tipis setelah berhasil menjahili Amel.
"Yaa udah, kakak mandi dulu. Kamu nggak boleh kemana-mana. Kalau kamu capek, rebahan aja di kasur."
Amel hanya mengangguk setelah itu Rendi masuk ke kamar mandi. Dia sebenarnya sangat lelah, apalagi dia juga belum makan, badannya terasa lemas. Dia ingin merebahkan diri ke kasur, tapi dia takut ketiduran. Amel memutuskan untuk duduk di dekat jendela sambil memainkan ponselnya.
Pintu terbuka setelah Rendi selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililit di pinggang, sementara atasnya polos. Rendi lupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi karena dia sudah kebiasaan.
Melihat Rendi keluar dari kamar mandi, Amel menoleh Amel pun langsung menjerit. "Kakak kok nggak pake baju?"
Amel menutup kedua matanya setelah melihat otot-otot perut Rendi yang sudah terbentuk, serta badan putihnya. Dia merasa malu ketika ketahuan melihat badan Rendi yang cuma menggunakan handuk.
"Maaf Mel, aku lupa bawa baju ganti tadi." Rendi berjalan cepat ke lemari, mengambil baju lalu masuk lagi ke kamar mandi dan menutup pintunya.
Astaga, pemandangan indah macam apa ini? badan Rendi bagus banget, dilihat dosa, nggak dilihat sayang.
Amel yang menyadari pikiran konyolnya segera menggelengkan kepalanya.
Amel, semenjak kapan kamu jadi cewek mesum.
Amel mengutuk dirinya sendiri, bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu.
Beberapa saat kemudian bel kamar Rendi berbunyi. Melihat Rendi belum keluar dari kamar mandi, akhirnya Amel berjalan untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, ternyata Lilian dan Sofi yang datang.
"Rendi kemana, Mel? tanya ibu Rendi sambil berjalan masuk ke dalam bersama Sofi.
"Lagi di kamar mandi, Tante." Amel mengikuti langkah Lilian dan Sofi.
"Niih Kak bajunya." Sofi menyerahkan baju miliknya pada Amel.
Amel mengambil bajunya lalu berkata, "Makasih, Sofi." Dan di jawab anggukan oleh Sofi.
"Kamu mau tidur di kamar mana, Mel? Di kamar ini atau kamar yang sebelah?" tanya Lilian.
"Amel tidur sama Rendi di kamar ini, Ma," canda Rendi.
Mereka bertiga seketika menoleh pada Rendi yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Edah J
Rendi jail jg ya
sdh ada aroma"bucin nihh😁😁😁
2021-10-01
1
Adreena
bagus Thor ..sampai dsni q suka
2021-09-15
0