Sofi datang dengan Mamanya ketika mereka sedang berdebat. Mereka melihat Amel dan Rendi bergantian kemudian mengalihkan pandangan ke tangan Rendi yang sedang menarik Amel.
"Kalian kenapa?" tanya mama Rendi, "kamu ngapain tarik tangan Amel kayak gitu, "lepasin Ren!" perintah Mama Rendi.
"Nggak apa-apa Ma, cuma ngobrol aja," jawab Rendi samb melepaskan tangan Amel dan Amel nampak hanya diam saja.
"Terus kenapa muka Amel begitu?" tanya Lilian lagi. Melihat wajah Amel, seperti sedang marah, sedih, dan kecewa.
"Dia cemburu Ma sama Sofi," jawab Rendi enteng.
Amel yang mendengar itu, langsung menoleh dan menatap tajam Rendi. Rendi pura-pura tidak melihat. Sofi dan Lilian hanya bisa tersenyum. Mereka tidak habis pikir kenapa Amel bisa cemburu dengan adiknya Rendi.
"Kok bisa cemburu, Sofi kan adik kamu?"
"Amel salah paham Ma. Aku memang belum pernah cerita soal Sofi sama Amel. Dia pernah lihat Rendi ngerangkul pundak Sofi, terus tadi Sofi tiba-tiba gandeng lengan aku di depan Amel, sebelum aku sempet ngenalin Sofi ke Amel" jelas Rendi.
Amel hanya bisa menunduk mendengar itu, dia merasa sangat malu.
"Mel, kamu nggak usah cemburu sama Sofi, Sofi ini adiknya Rendi," ucap Lilian sambil tersenyum, "adik kandung," lanjut Lilian lagi.
"Amel nggak cemburu Tante, kak Rendi asal bicara" jelas Amel lirih.
"Kenalan dulu sama adiknya Rendi" ucap Lilian.
Sofi maju ke depan Amel dan memperkenalkan dirinya. "Namaku Sofi, Kak," ucap sambil mengulurkan tangan dan tersenyum.
"Nama kakak, Amel" ucap Amel menjabat tangan Sofi.
"Naaaah, gini kan jadi enak. Biar nggak salah paham lagi," canda Lilian.
"Sebentar lagi acaranya selesai, kita nggak usah pulang ke rumah, Mama capek. Kita nginap di sini aja," jelas Mama Rendi.
"Iyaa Ma," jawab Rendi dan Sofi bersamaan.
"Mel, kamu juga nginap di sini sekalian ya? Ini kan uda malam, nanti tante yang minta ijin sama keluarga kamu," ujar Mama Rendi.
"Nggak perlu ijin Tante, Amel tinggal sendiri di sini, orang tua Amel di kampung," jelas Amel.
"Bagus kalau gitu, enggak baik pulang jam segini," ucap Lilian,
"Ren, kamu anter Amel ke atas ya? tunggu di kamar kamu dulu nanti mama ke sana."
"Mama mau ke mana?" tanya Rendi.
"Mama sama Sofi mau cari papa dulu, sekalian pamit sama tamu yang lain." Mama Rendi kemudan menoleh ke Amel dan berkata, "Mel, kamu ikut Rendi ya? tante nanti nyusul, sekalian kasih kunci kamar buat kamu." Lilian pergi meninggalkan mereka. Setelah berpamitan.
Rendi menarik tangan Amel berjalan ke loby hotel lalu masuk lift dan naik ke lantai 30.
Di dalam lift Rendi tak melepaskan pegangan tangannya. "Kak, lepasin tangan Amel," pinta Amel
"Tapi kamu janji gak bakal pergi kayak tadi?"
Amel mengangguk kemudian Rendi melepaskan tangan Amel.
Sesampainya di lantai 30, Rendi berjalan ke kamarnya, berhenti di kamar yang ujung, setelah itu membukanya. Rendi melangkah masuk ke dalam, tapi Amel tidak ikut masuk. Amel mengira ada Friska di kamarnya sehingga dia tidak mau masuk. Dia tidak mau sakit hati lagi melihat mereka berdua. Kejadian tadi masih terngiang di kepalanya.
Rendi yang menyadari Amel diam saja, berbalik lalu bertanya, "Kenapa nggak masuk?"
"Amel tunggu mama Kakak di sini aja," ucap Amel, "kakak masuk aja," lanjut Amel lagi.
Rendi tak mendengarkan ucapan Amel. Dia langsung menarik Amel berjalan masuk ke dalam lalu menutup pintunya. Saat berada di dalam ternyata Amel tidak menemukan keberadaan Frsiska di sana.
Ketika memasuki kamar itu, terlihat kamarnya sangat luas, dengan paduan warna abu-abu, silver dan putih, baik dari cat dinding dan dekorasi di kamar. Untuk furnitur, pemilihan material kaca berwarna silver memberikan efek mewah pada kamar itu.
Sebelah kanan terlihat tempat tidur king size berwarna abu-abu dengan badcover berwarna putih. Di samping tempat tidur terdapat meja nakas minimalis berwarna hitam dan putih.
Di depan tempat tidur terdapat Sofa yang berwarna Abu-abu dan TV LED yang sangat besar. Tidak jauh dari sofa, ada meja dan tempat duduk yang menghadap ke dinding kaca yang bisa melihat pemandangan kota. Kamar itu sangat mewah dan terlihat sangat besar untuk ukuran satu orang.
Rendi berjalan ke arah dinding kaca yang ada tempat duduknya kemudian berkata, "Duduk."
Amel duduk, dilihatnya tirai dinding kaca yang terbuka dan memperlihatkan pemandangan kota dimalam hari yang sangat indah.
"Kamu uda percaya kan soal Sofi adik aku?" tanya Rendi memecah keheningan.
"Tetep aja Kakak tadi memeluk Friska terus membawanya ke sini dan berduan di kamar ini."
Rendi berjalan ke depan Amel dan setengah membungkuk, kemudian mengacak rambut Amel dan berkata, "Kamu cemburu?" tanya Rendi tersenyum.
Amel menggelengkan kepala dengan cepat. "Amel nggak cemburu" sambil mengalihkan pandangannya.
"Terus kenapa di bawah tadi sikap kamu begitu?" tanya Rendi lagi. Sebenarnya Rendi senang jika benar, Amel cemburu padanya, itu berarti Amel menyukainya.
"Itu karna Kakak enggak bolehin Amel dekat dengan siapapun. Sementara Kakak bisa seenaknya dekat sama cewek lain," jelas Amel.
"Tadi itu Friska jatuh dan kakinya terkilir. Dia susah untuk jalan, makanya aku bantu dia berdiri, terus aku bawa ke kamar biar istirahat," jelas Rendi.
"Lagian, aku nggak bawa dia ke kamar ini, aku bawa dia ke kamar Sofi dan di sana juga ada Sofi jadi aku enggak berduaan sama Friska di kamar itu," ungkap Rendi.
Mendengar itu Amel jadi malu, ternyata sudah salah paham terhadap Rendi. Dia hanya bisa menunduk malu dan merasa bersalah. "Maaf Kak," ucap Amel lirih.
"Harusnya kamu tanya dulu, jangan kayak tadi," ujar Rendi, "aku itu enggak ijinin siapapun masuk ke sini, termasuk Friska. Kamu orang pertama yang masuk ke kamar aku, selain keluarga aku," jelas Rendi.
Setelah mendengar penjelasan Rendi, tiba-tiba jantungnya berdetak cepat. Dia sangat senang mendengarnya, ada perasaan bahagia di hatinya.
Melihat Amel diam saja, Rendi pun berkata, "Jadi kita masih pacaran pura-pura, 'kan?" tanya Rendi sambil menatap dalam mata Amel.
Sementara, Amel yang ditatap Rendi seperti itu menjadi gugup. "Amel enggak enak sama keluarga Kakak kalau harus bohong terus," ucap Amel.
"Ya sudah kalau gitu kita pacaran beneran, biar nggak bohong lagi," ucap Rendi.
"Haaaaah!" Amel nampak kaget. Dai belum sempat Amel menjawab, terdengar suara bel kamar berbunyi.
Mereka berdua menoleh ke arah pintu, kemudian Rendi berjalan untuk membuka pintunya. Ternyata Sofi yang datang.
"Mama mana?" tanya Rendi seraya berjalan ke tempat tidur kemudian duduk.
Sofi masuk dan duduk di sebelah Amel. "Masih di bawah, bentar lagi naik."
"Kak Amel berani kan tidur di kamar sendiri?" tanya Sofi
"Iyaa, berani kok," jawab Amel tersenyum.
"Tenang aja, nanti Amel tidur sama kakak di sini, iyaa kan sayang?" canda Rendi seraya tersenyum menggodanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Edah J
dari part satu sampai sekarang suka
enjoy baca nya jg semangat author 💪
2021-10-01
0
Adreena
bagus bgt thor...hny penasaran siapa Friska???
2021-09-15
0