Salah Paham

"Triiiingg." Sendok Amel terjatuh ke lantai saat melihat siapa yang berada di depannya. Dia sangat terkejut dengan kedatangan orang tersebut sehingga tanpa sengaja menjatuhkannya. Orang itu adalah Rendi, cowok yang disukai oleh Amel.

Rendi mengalihkan pandangannya ke bawah, menatap sendok itu jatuh tepat di sebelah sepatu Amel, setelah itu menatap Amel dengan heran. "Kenapa?" tanya Rendi.

Amel yang ditatap Rendi langsung merasa jantungnya berpacu dengan cepat. Setelah mendengar pertanyaan Rendi, Amel kembali tersadar dan segera menjawab, "Tangan Amel keringetan Kak, makanya sendoknya jatuh," jawab Amel asal.

Rendi tidak menanggapi ucapan Amel. Dia memulai makan sarapannya. Suasana hening Amel tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dia tidak pernah duduk berdua apalagi mengobrol dengan Rendi.

Sebenarnya tidak berdua juga, di kantin banyak siswa lain. Hanya saja saat ini, mereka duduk di satu meja yang sama dan saling berhadapan dan itu membuat Amel salah tingkah.

Letak meja yang berada di tengah-tengah membuat mereka jadi pusat perhatian. Semua yang ada di kantin diam-diam melirik ke arah mereka. Siapa yang tidak heran saat melihat Rendi duduk satu meja dengan Amel. Padahal, selama ini Rendi selalu duduk sendiri jika di kantin.

Amel mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin. Semua meja sudah terisi kecuali satu tempat duduk di depan Siska yang masih kosong.

Siska adalah kakak kelas Amel, anak 12 IPS 2. Semua orang tahu kalau Siska menyukai Rendi. Tapi beda halnya dengan Rendi, dia bersikap seolah tidak peduli dan acuh tak acuh terhadap Siska.

Tidak ada yang mengerti kenapa Rendi bersikap seperti itu. Padahal, Siska termasuk siswi tercantik di sekolahnya. Dia juga populer dengan wajah mungil, tinggi, putih, bersih, rambut panjang, mata bulat, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir yang tipis. Seperti boneka barbie yang hidup. Siapapun pasti menyukai Siska.

Di tempat yang sama di meja berbeda, nampak Siska sedang menahan kesal saat melihat Rendi lebih memilih duduk dengan Amel dari pada duduk dengannya. Dia terus menatap tajam ke arah meja Amel dan Rendi dengan tangan terkepal.

Amel yang menyadari ditatap tidak suka oleh Siska kemudian mengalihkan pandangannya. "Tapi kenapa dia malah duduk di sini? Bukannya duduk di depan Siska?" gumam Amel dalam hati sambil menatap ke arah Rendi yang sudah makan dari tadi tanpa memperdulikan Amel yang sedang memandanginya dengan heran.

Tiba-tiba Amel bertanya kepada Rendi karena merasa penasaran. "Kenapa Kakak duduk di sini?"

Mendengar pertanyaan Amel, seketika Rendi berhenti makan. Dia menatap Amel dengan alis yang naik sebelah lalu dengan suara dingin, dia berkata,  "Emang kenapa kalau gue duduk di sini?"

"Eng-enggak apa-apa, Amel cuma tanya aja, Kak," jawab Amel gugup.

"Lo takut Raka marah kalau ngeliat gue duduk sama lo di sini?" tanya Rendi dengan nada tidak suka dan tatapan dingin.

Amel yang bingung dengan arah pembicaraan Rendi, nampak berpikir sejenak. Sepertinya Rendi salah menduga hubungan antara Amel dan Raka.

Amel ingin menjelaskan, tapi dia berpikir lagi, Rendi juga tidak akan peduli dengan penjelasannya. Tidak penting juga untuk Rendi. Akhirnya, Amel pun memilih untuk diam saja.

Rendi yang melihat tidak ada respon dari Amel, akhirnya berdiri. "Oke, gue pergi kalau lo nggak suka gue duduk sini," ucap Rendi berdiri dan berjalan keluar dari kantin.

Amel yang kaget dengan sikap Rendi hanya bisa diam mematung, memandangi punggung Rendi yang mulai menjauh.

Kenapa kak Rendi marah sama gue? Apa ada yang salah sama gue?

Amel memutuskan untuk kembali ke kelasnya dengan wajah bingung. Dia tidak menghabiskan makanannya karena selera makannya tiba-tiba hilang.

Amel terus memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya. Sudah lama Amel menyukai Rendi, tapi Amel hanya bisa memendam perasaannya dalam-dalam. Dia tidak mau berharap lebih karena Amel cukup tau diri. Rendi tidak mungkin menyukai gadis seperti dirinya. Dia dan Rendi bagai langit dan bumi.

Rendi adalah siswa yang paling Populer. Wakil Ketua Osis sekaligus kakak kelas Amel. Dia siswa paling tampan di sekolahnya.

Tinggi Rendi sekitar 175 cm, kulit putih, wajah blasteran Jepang-Jerman, dan hidung mancung. Rendy adalah siswa terpintar di kelasnya. Selain pintar dipelajaran, Rendi juga jago dalam permainan basket, sepak bola, dan renang.

Rendi pun menguasai beberapa bahasa asing, juga aktif dalam berbagai organisasi. Rendi berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Dengan semua kelebihan yang dimiliki oleh Rendi. Hanya satu kata yang cocok untuk Rendi yaitu SEMPURNA, tapi sikapnya yang cuek dan dingin membuatnya sulit didekati.

Banyak siswi perempuan yang menyukai Rendi. Bahkan banyak yang mengejar dan sampai menyatakan perasaannya langsung kepada Rendi, tapi semua berakhir dengan patah hati. Rendi tidak menggubris mereka sama sekali.

Sesampainya Amel dikelas ternyata sahabatnya sudah datang semua.

"Ameeel!" panggil mereka serempak

Amel mendatangi ketiga sahabatnya lalu duduk di dekat mereka kemudian menyandarkan kepalanya di kursi. Ketiga temannya menatap heran ke arah Amel saat melihat Amel yag tidak bersemangat.

"Lesu amat, kenapa?" tanya Lisa.

"Dimarahin bu Ratna lagi?" timpal Olive.

"Atau uang lo abis?" sahut Bela tidak mau kalah.

Amel membenahi duduknya menghadap ketiga temannya lalu menceritakan kejadian di kantin tadi. Setelah mendengar cerita Amel. Ketiga sahabatnya pun langsung heboh. Mereka juga tahu kalau selama ini Amel menyukai Rendi.

"Masa cuma gara-gara itu dia marah sih, Mel?" tanya Lisa bingung.

"Gue rasa kak Rendi suka sama lo deh, Mel?" Kali ini Olive yang berbicara. Dia menatap Amel dengan wajah serius.

Amel langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Nggak mungkinlah, Liv. Lo kira stok cewek cantik di sekolah ini udah abis apa sampe dia bisa suka sama gue?" Amel diam sejenak, "kecuali dia gila atau gue pelet, baru mungkin dia suka sama gue," kata Amel yang tidak setuju pendapat Olive.

"Bener kata Olive, Mel. Mungkin aja dia sudah tergila-gila sama lo jadi nggak mandang apapun," sambung Bela.

"Hahahhaha, itu mah buta, bukannya tergila-gila, Bel." Amel pun geleng-geleng kepala sambil tertawa.

"Ini anak dikasih tau yang bener malah enggak percaya," gerutu Bela.

"Kenapa nggak coba lo tanya aja langsung sama Rendi, Mel?" saran Olive.

"Ogaah aah, nanti yang ada Rendi malah mikir gue cewek aneh, centil, dan kepedean lagi," tolak Amel cepat.

"Namanya juga usaha, Mel," ucap Lisa.

Amel termenung lalu menjawab, "Gue nggak berani dan nggak bisa juga Lis. Duduk di depannya aja tadi gue deg-deg-an."

***********

Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Amel dan teman-temannya tidak langsung keluar. Mereka seperti sengaja untuk tidak pulang lebih dulu. "Mel, gue denger Kak Rendi ada tanding basket habis ini," info Olive sambil membenarkan rambutnya.

"Tanding sama siapa?" Amel langsung antusias mendengar nama orang yang disukainya disebut.

"Tanding sama kelas kita," jawab Olive.

"Nonton yukk?" ajak Lisa, "kita kan sudah lama nggak liat kak Rendi mau basket. Pasti keren banget," ucap Lisa sambil menatap ke atas membayangkan Rendi aaat bermain basket.

"Tapi gue malu. Pasti banyak kakak kelas kita juga yang nonton," kata Amel. Setiap Rendi bermain basket, yang utama adalah ada Siska juga di tempat itu. Tidak lupa juga dengan penggemar Rendi yang jumlahnya tidak terhitung.

"Bodolah, kan nggak ada aturan kalau adek kelas nggak boleh nonton," sahut Olive cuek.

Di antara mereka berempat, memang hanya Olive yang memiliki keberanian untuk melawan kakak kelas.

"Iyaa, lagian, kan, Raka tanding wakilin kelas kita. Cuek aja," timpal Bela.

"Iyaaa Mel, lagian kan kak Rendi milik bersama. Selama belum ada kata terucap dari kak Rendi kalau dia sudah punya pacar, berati bebas dong kalau kita mau deketin dia, apalagi kalau cuma ngeliat dong. Gratis kali," sela Bela juga dengan wajah santai.

"Oke deeh, tapi kita makan siang dulu ya? Habis itu kita baru nonton basket."

Mereka mengangguk sambil berjalan menuju kantin. Meskipun sudah waktunya pulang sekolah, tetapi masih banyak siswa yang masih berada di sekolah. Sebagian dari merek mengikuti organisasi di sekolah dan ekstrakulikuler sehingga mereka belum pulang.

Selesai makan, mereka menuju lapangan basket yang sudah dipenuhi oleh murid sekolah mereka. Lebih tepatnya, lapangan basket didomimasi oleh siswi perempuan.

Sebenarnya semua yang ada disitu tidak benar-benar menonton pertandingan itu hanya fokus pada orangnya bukan pada permainannya, tepatnya tatapan mereka terfokus pada Rendi, Raka, dan juga Fadil.

Ketiga pria itu adalah pria tertampan di sekolah mereka. Meskipun begitu, tetap saja Rendi yang memiliki penggemar paling banyak dari mereka bertiga.

Saat tiba di sana, permainan basket sudah di mulai. Sorak sorai terdengar meriah saat Rendi berhasil memasukkan bola dari jarah jauh. Siswi perempuan pun sahut menyahut meneriakkan nama Rendi. "Gilaaa, kak Rendi keren banget, sumpah," ucap Lisa dengan wajah antusias.

"Iyaaa bener, cakep banget calon suami gue," sahut Olive sambil terenyum lebar.

Bela menepuk pundak Olive dengan keras lalu berkata, "Sadar woy, mana mau dia sama lo, Liv."

Olive menatap kesal pada Bela. "Ngerusak khayalan gue aja lo, Bel."

"Udaah, jangan pada ribut," sela Amel sambil terus menatap ke arah Rendi. Tatapannya tidak pernah berpindah sedetikpun dari tubuh Rendi.

Beberapa menit kemudian, Rendi kembali berhasil memasukkan bola, suara teriakan dan sorak-sorai kembali terdengar. Ketika Rendi berbalik, secara tidak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan Amel beberapa detik kemudian Rendi kembali fokus pada bola permainannya.

"Eeh liat nggak, tadi kak Rendi ngeliat ke arah kita. Dia kayak senyum gitu. Gilaa, ganteng banget" ucap Lisa heboh. Karena Lisa berbicara dengan suara keras sehingga membuat Siska yang berada di barisan yang sama dengannya seketika menoleh.

"Heeeh, lo jangan kepedean. Ngaca dong! Mana mungkin Rendi ngelirik cewek kayak kalian. Rendi itu ngeliatin gue," ucap Siska sombong, "dasar kampungan!"

Siska berkata dengan angkuh setelah itu kembali menatap ke arah Rendi. Siska memang duduk tidak jauh dari tempat Amel dan teman-temannya duduk sehingga bisa mendengar ucapan Lisa yang kencang tadi.

Wajah Amel dan ketiganya hanya diam dengan wajah masam dan kesal. "Dia pikir, dia cantik apa?" ucap Olive dengan suara pelan agar Siska tidak mendengarnya.

"Udaah Liv, jangan diladenin. Biarin aja," timpal Amel. Sebenarnya mereka semua bukannya takut dengan Siska, hanya saja mereka menghargai Siska karena dia kakak kelas mereka.

Sorak-sorai kembali terdengar ketika Rendi memasukkan bola ke dalam ring lawan. teriakan-demi teriakkan terdengar menyebutkan nama Rendi. Setelah memasukkan bola, Rendi berbalik, dia melirik sekilas ke arah Amel dan teman-temannya, tatapannya pun tertuju pada Amel beberapa detik kemudian melanjutkan permainnan.

Pada akhirnya pertandingan selesai dan dimenangkan oleh tim Rendi. Meskipun tim lawan kawan, namun nampak siswinya tidak kecewa, mereka justru berteriak histeris ketika tim Rendi memenangkan pertandingan.

"Liat deh, nempel mulu kayak prangko tuh Siska," ucap Olive ketika melihat Siska yang sudah menghampiri Rendi setelah pertandingan selesai. Siska memang langsung menghampiri Rendi dan memberikan air minum padanya, tetapi di tolak oleh Rendi.

"Iyaa, padahal uda berkali-kali ditolak sama kak Rendi, masih aja usaha," cibir Lisa.

"Namanya juga muka tembok," timpal Olive dengan wajah kesal.

Amel hanya diam tidak menanggapi ucapan temannya. Tatapan matanya terus tertuju pada Rendi tanpa berkedip. "Mel, minum untuk gue mana?" Raka dengan entengnya duduk di samping Amel sambil merangkul bahunya yang langsung membuat Amel menoleh.

"Bang, tangannya dong! Main rangkul-rangkul aja, ntar kalau diliat Nita, dia marah looh," gerutu Amel dengan wajah kesal.

Raka terkekeh dengan wajah tak acuh. "Nggak bakal marah dia," ucap Raka dengan enteng, "Mana minum untuk Abang." Raka menyodorkan tangannya pada Amel.

Dengan wajah sewot, Amel mengambil botol minum yang dia beli tadi dan diberikan pada Raka. "Niih minumnya."

"Makasih Beb," ucap Raka sambil memencet gemas hidung Amel. Selalu saja dia bersikap seenaknya, tanpa merasakan perasaan kekasihnya sendiri, padahal Amel sudah berkali-kali memperingatkan pada Raka untuk tidak terlalu dekat dengannya di depan banyak orang. Dia hanya tidak mau jika orang lain salah paham pada mereka.

"Sakiiit, Bang."

Amel menatap kesal pada Raka lalu beralih menatap ke arah Rendi lagi. Saat matanya jatuh pada wajah Rendi, Amel merasa tubuhnya kaku ketika melihat Rendi sedang menatap ke arahnya, entah hanya perasaannya saja atau dia salah lihat, dia merasa kalau Rendi melemparkan tatapan tidak suka ke arah mereka berdua. Setelah berpikir selama beberapa saat, Amel pun menyimpulkan kalau Rendi mungkin menyadari kalau dirinya menatapnya sejak pertandingan dimulai jadi Rendi merasa risih. Itulah yang ada di benak Amel. Karena merasa gugup ditatap oleh Rendi, Amel langsung mengalihkan pandangnnya kepada teman-temannnya.

"Mel, Abang ganti baju dulu ya? Nanti kita pulang bareng," ucap Raka sambil berdiri.

"Iyaa Bang."

Setelah kepergian Raka, Amel dan ketiga temannya berjalan menuju gerbang sekolah. Ketiga temannya langsung pulang, sementara Amel berdiri sambil menunggu Raka di depan sekolah.

Dari kejauhan Amel melihat Rendi sedang berjalan menuju gerbang sekolah bersama dengan Siska. Meskipun berjalan bersama, tetapi Rendi terlihat hanya diam dengan wajah acuh tak acuh dan tidak menanggapi celotehan Siska.

Ketika Rendi akan melewati Amel, terdengar seseorang memanggil Amel dari arah belakang. Rendi berhenti tepat di depan Amel lalu ikut menoleh bersamaan dengan Amel.

Setelah melihat Raka yang memanggil Amel, Rendi mengalihkan pandagannya pada Amel sebentar lalu berlalu dari sana tanpa mengatakan apapun.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Devi Erisanti

Devi Erisanti

bagus ceritanya nii..Rendi suka Ama Amel..tapi karena gosip dia dekat dg Raka..jadi cinta terpendam dehh

2022-02-07

0

Fiki Septiadi

Fiki Septiadi

waduuuh .Abang Raka nya suka tuh sama Amel 🤭👍👍

2021-12-06

0

Edah J

Edah J

Alur nya baguss Thor😊
suka bacanya 👍👍👍

2021-10-01

0

lihat semua
Episodes
1 Terlambat
2 Pindahan
3 Salah Paham
4 Terus Bertemu
5 Pertolongan Rendi
6 Pingsan
7 Khawatir
8 Visual
9 Istirahat
10 Kecewa
11 Penjelasan
12 Siapa Dia..??
13 Pacar
14 Sedang apa mereka..?
15 Egois
16 Cemburu
17 Tidur Dimana..??
18 Ciuman Pertama
19 Jangan Pakai itu
20 Jauhi Dia
21 Emosi
22 Terluka
23 Tidak mau diganggu..
24 Membersihkan tubuhnya.
25 Menahan diri
26 Bertingkah Aneh
27 Pulang
28 Sulit dijangkau
29 Tidak boleh
30 Hanya pura-pura
31 Menyukai seseorang
32 Menangis
33 Posesif
34 Lupa
35 Anak Mama
36 Persetujuan Raka
37 Tidak ada kabar
38 Menghindar
39 Tidak mengijinkan pulang
40 Temani aku tidur
41 Panggilan Dari Ellenia
42 Aku tidak marah
43 Tidak Mau Jadi Tameng
44 Apa kau sangat mencintainya?
45 Sebuah Pengakuan
46 Mengobati
47 Berjanji
48 Pacar tampan yang posesif
49 Pemeriksaan
50 Calon istriku
51 Merahasiakan
52 Memperingatkan
53 Wanita di hati Rendi
54 Amel cemburu
55 Waspada
56 Permintaan Rendi
57 Devan
58 Jodoh Gue
59 Putus
60 Ijin dari Rendi
61 Membujuk Raka
62 Pemberian Mama Raka
63 Hidup selamanya bersamaku
64 Cincin tunangan dan pernikahan
65 Kekecewaan Rendi
66 Mempertahankan
67 Permintaan Maaf
68 Perubahan Sikap
69 Rendi Frustasi melihat Amel
70 Ujian berat untuk Rendi
71 Kuliah di luar negri
72 Bersikap Acuh
73 Kehidupan yang sulit
74 Menggunakan Kartu Rendi
75 Ruang ICU
76 Penyesalan Amel
77 Rendi Pingsan
78 Ketakutan Rendi
79 Minta Maaf
80 Kekecewaan Devan
81 Hati yang tersakiti
82 Perdebatan Sofi dan Raka
83 Perasaan Cemas
84 Menagih Janji
85 Permintaan
86 Memilih
87 Maksud Kedatangan Bianca
88 Membuat Masalah
89 Saling Menyakiti
90 Hilang Kendali
91 Keinginan Untuk Tetap Hidup
92 Masa Lalu Rendi
93 Masa Lalu Rendi Part 2
94 Meminta Ijin
95 Permintaan Terakhir Rendi
96 Menunggu Amel
97 Menangis Dalam Diam
98 Penjagaan Ketat
99 Pertemuan Terakhir
100 Meminta Bantuan
101 Kepergian Rendi
102 Perpisahan
103 Perpisahan Yang Menyakitkan (End Session 1)
104 Kehidupan Baru (Sesion 2)
105 Pertemuan Pertama dengan CEO (Sesion 2)
106 Peringatan Kenan (Sesion 2)
107 Pesan Rendi (Sesion 2)
108 Keinginan Devan (Sesion 2)
109 Tamparan Siska (Sesion 2)
110 Kemarahan Kenan (Sesion 2)
111 Perasaan Amel (Sesion 2)
112 Sekertaris Baru (Sesion 2)
113 Pertemuan Tidak Terduga (Sesion 2)
114 Gelisah (Sesion 2)
115 Meminta Penjelasan (Sesion 2)
116 Mencari Tahu (Sesion 2)
117 Pengorbanan Rendi (Sesion 2)
118 Kebenaran Sesungguhnya (Sesion 2)
119 Sikap Aneh Rendi (Sesion 2)
120 Pertemuan Devan dan Rendi (Sesion 2)
121 Dikerjai Rendi (Sesion 2)
122 Informasi dari Kenan (Sesion 2)
123 Harus Memilih (Sesion 2)
124 Kecemburuan Rendi (Sesion 2)
125 Aturan Rendi (Sesion 2)
126 Bimbang (Sesion 2)
127 Pesta Tuan Marco (Sesion 2)
128 Frustasi (Sesion 2)
129 Perasaan Rendi (Sesion 2)
130 Perasaan Rendi Part 2 (Sesion 2)
131 Lepas Kendali (Sesion 2)
132 Permintaan (Sesion 2)
133 Sofi (Sesion 2)
134 Rumah Raka (Sesion 2)
135 Kekesalan Raka. (Sesion 2)
136 Melindungi (Sesion 2)
137 Rencana Rendi (Sesion 2)
138 Keinginan Amel (Sesion 2)
139 Memberikan pengertian (Sesion 2)
140 Rencana Pernikahan (Sesion 2)
141 Pencarian Amel (Sesion 2)
142 Merebut Amel Kembali (Sesion 2)
143 Syarat Dari Devan (Sesion 2)
144 Membawa Amel Pergi (Sesion 2)
145 Kemarahan Ibu Rendi (Sesion 2)
146 Kebenaran Yang Terungkap (Sesion 2)
147 Persiapan Pernikahan (Sesion 2)
148 Meminta Ijin Raka (Sesion 2)
149 Gaun Pengantin
150 Apartemen Rendi
151 Lamaran
152 Membujuk Rendi
153 Nasehat Ibu
154 Tidak Ada Kabar
155 Keiginan Friska
156 Perpisahan
157 Pernikahan
158 Ucapan Selamat
159 Kamar Pengantin
160 Kebahagiaan Amel dan Rendi
161 Pagi Yang Indah
162 Suami Tampanku
163 Rencana Bulan Madu
164 Aku mencintaimu
165 Mencintaimu Juga
166 Menjadi Milliku
167 Aku Akan Menjagamu
168 Hubungan Baru
169 Pengganggu
170 Merajuk
171 Jatuh Cinta
172 Sosok Rendi
173 Suami Idaman
174 Persiapan Bulan Madu
175 Vila Private
176 Bibit Unggul
177 Berakhir
178 Bulan Madu Part 1
179 Bulan Madu Part 2
180 Bulan Madu Part 3
181 Memberi Hukuman
182 Menolong Ellen
183 Dia adalah Istriku..
184 Pesan Devan
185 Berakhir Sudah
186 Tidur Lagi
187 Mengkhawatirkannya
188 Lagi dan Lagi
189 Rencana Devan.
190 Kisah Devan
191 Belajar Merelakan
192 Salah Tingkah
193 Menemuinya
194 Saling Melepaskan
195 Saling Melepaskan Part 2
196 Sangat Mencintaimu
197 Lembaran Baru
198 Tamu Tak Diundang
199 Perubahan Raka
200 Perasaan Yang Sesungguhnya
201 Calon Istri Raka
202 Kepanikan Raka
203 Ijin Dari Rendi
204 Menjaga dan Merawatnya
205 Hanya Asumsimu
206 Menggodanya
207 Mengerjai Sofi
208 Pembicaraan Rahasia
209 Bertemu Mantan
210 Bukti
211 Keputusan Sofi
212 Pertemuan Tidak sengaja
213 Belum Ditakdirkan
214 Jawaban Sofi
215 Calon Istri Raka
216 Permintaan Amel
217 Melepas Rindu
218 Mantan Raka
219 Kehamilan Amel
220 Jawaban Orang Tua Sofi
221 Tentang Melepaskan dan Merelakan
222 Kecemburuan Sofi
223 Gerakan di Perut Amel
224 Antara Devan dan Kenan
225 Menawarkan Bantuan
226 Pengantin Baru
227 Akhir Bahagia (END)
228 Devan dan Friska (Bonus Chapter )
Episodes

Updated 228 Episodes

1
Terlambat
2
Pindahan
3
Salah Paham
4
Terus Bertemu
5
Pertolongan Rendi
6
Pingsan
7
Khawatir
8
Visual
9
Istirahat
10
Kecewa
11
Penjelasan
12
Siapa Dia..??
13
Pacar
14
Sedang apa mereka..?
15
Egois
16
Cemburu
17
Tidur Dimana..??
18
Ciuman Pertama
19
Jangan Pakai itu
20
Jauhi Dia
21
Emosi
22
Terluka
23
Tidak mau diganggu..
24
Membersihkan tubuhnya.
25
Menahan diri
26
Bertingkah Aneh
27
Pulang
28
Sulit dijangkau
29
Tidak boleh
30
Hanya pura-pura
31
Menyukai seseorang
32
Menangis
33
Posesif
34
Lupa
35
Anak Mama
36
Persetujuan Raka
37
Tidak ada kabar
38
Menghindar
39
Tidak mengijinkan pulang
40
Temani aku tidur
41
Panggilan Dari Ellenia
42
Aku tidak marah
43
Tidak Mau Jadi Tameng
44
Apa kau sangat mencintainya?
45
Sebuah Pengakuan
46
Mengobati
47
Berjanji
48
Pacar tampan yang posesif
49
Pemeriksaan
50
Calon istriku
51
Merahasiakan
52
Memperingatkan
53
Wanita di hati Rendi
54
Amel cemburu
55
Waspada
56
Permintaan Rendi
57
Devan
58
Jodoh Gue
59
Putus
60
Ijin dari Rendi
61
Membujuk Raka
62
Pemberian Mama Raka
63
Hidup selamanya bersamaku
64
Cincin tunangan dan pernikahan
65
Kekecewaan Rendi
66
Mempertahankan
67
Permintaan Maaf
68
Perubahan Sikap
69
Rendi Frustasi melihat Amel
70
Ujian berat untuk Rendi
71
Kuliah di luar negri
72
Bersikap Acuh
73
Kehidupan yang sulit
74
Menggunakan Kartu Rendi
75
Ruang ICU
76
Penyesalan Amel
77
Rendi Pingsan
78
Ketakutan Rendi
79
Minta Maaf
80
Kekecewaan Devan
81
Hati yang tersakiti
82
Perdebatan Sofi dan Raka
83
Perasaan Cemas
84
Menagih Janji
85
Permintaan
86
Memilih
87
Maksud Kedatangan Bianca
88
Membuat Masalah
89
Saling Menyakiti
90
Hilang Kendali
91
Keinginan Untuk Tetap Hidup
92
Masa Lalu Rendi
93
Masa Lalu Rendi Part 2
94
Meminta Ijin
95
Permintaan Terakhir Rendi
96
Menunggu Amel
97
Menangis Dalam Diam
98
Penjagaan Ketat
99
Pertemuan Terakhir
100
Meminta Bantuan
101
Kepergian Rendi
102
Perpisahan
103
Perpisahan Yang Menyakitkan (End Session 1)
104
Kehidupan Baru (Sesion 2)
105
Pertemuan Pertama dengan CEO (Sesion 2)
106
Peringatan Kenan (Sesion 2)
107
Pesan Rendi (Sesion 2)
108
Keinginan Devan (Sesion 2)
109
Tamparan Siska (Sesion 2)
110
Kemarahan Kenan (Sesion 2)
111
Perasaan Amel (Sesion 2)
112
Sekertaris Baru (Sesion 2)
113
Pertemuan Tidak Terduga (Sesion 2)
114
Gelisah (Sesion 2)
115
Meminta Penjelasan (Sesion 2)
116
Mencari Tahu (Sesion 2)
117
Pengorbanan Rendi (Sesion 2)
118
Kebenaran Sesungguhnya (Sesion 2)
119
Sikap Aneh Rendi (Sesion 2)
120
Pertemuan Devan dan Rendi (Sesion 2)
121
Dikerjai Rendi (Sesion 2)
122
Informasi dari Kenan (Sesion 2)
123
Harus Memilih (Sesion 2)
124
Kecemburuan Rendi (Sesion 2)
125
Aturan Rendi (Sesion 2)
126
Bimbang (Sesion 2)
127
Pesta Tuan Marco (Sesion 2)
128
Frustasi (Sesion 2)
129
Perasaan Rendi (Sesion 2)
130
Perasaan Rendi Part 2 (Sesion 2)
131
Lepas Kendali (Sesion 2)
132
Permintaan (Sesion 2)
133
Sofi (Sesion 2)
134
Rumah Raka (Sesion 2)
135
Kekesalan Raka. (Sesion 2)
136
Melindungi (Sesion 2)
137
Rencana Rendi (Sesion 2)
138
Keinginan Amel (Sesion 2)
139
Memberikan pengertian (Sesion 2)
140
Rencana Pernikahan (Sesion 2)
141
Pencarian Amel (Sesion 2)
142
Merebut Amel Kembali (Sesion 2)
143
Syarat Dari Devan (Sesion 2)
144
Membawa Amel Pergi (Sesion 2)
145
Kemarahan Ibu Rendi (Sesion 2)
146
Kebenaran Yang Terungkap (Sesion 2)
147
Persiapan Pernikahan (Sesion 2)
148
Meminta Ijin Raka (Sesion 2)
149
Gaun Pengantin
150
Apartemen Rendi
151
Lamaran
152
Membujuk Rendi
153
Nasehat Ibu
154
Tidak Ada Kabar
155
Keiginan Friska
156
Perpisahan
157
Pernikahan
158
Ucapan Selamat
159
Kamar Pengantin
160
Kebahagiaan Amel dan Rendi
161
Pagi Yang Indah
162
Suami Tampanku
163
Rencana Bulan Madu
164
Aku mencintaimu
165
Mencintaimu Juga
166
Menjadi Milliku
167
Aku Akan Menjagamu
168
Hubungan Baru
169
Pengganggu
170
Merajuk
171
Jatuh Cinta
172
Sosok Rendi
173
Suami Idaman
174
Persiapan Bulan Madu
175
Vila Private
176
Bibit Unggul
177
Berakhir
178
Bulan Madu Part 1
179
Bulan Madu Part 2
180
Bulan Madu Part 3
181
Memberi Hukuman
182
Menolong Ellen
183
Dia adalah Istriku..
184
Pesan Devan
185
Berakhir Sudah
186
Tidur Lagi
187
Mengkhawatirkannya
188
Lagi dan Lagi
189
Rencana Devan.
190
Kisah Devan
191
Belajar Merelakan
192
Salah Tingkah
193
Menemuinya
194
Saling Melepaskan
195
Saling Melepaskan Part 2
196
Sangat Mencintaimu
197
Lembaran Baru
198
Tamu Tak Diundang
199
Perubahan Raka
200
Perasaan Yang Sesungguhnya
201
Calon Istri Raka
202
Kepanikan Raka
203
Ijin Dari Rendi
204
Menjaga dan Merawatnya
205
Hanya Asumsimu
206
Menggodanya
207
Mengerjai Sofi
208
Pembicaraan Rahasia
209
Bertemu Mantan
210
Bukti
211
Keputusan Sofi
212
Pertemuan Tidak sengaja
213
Belum Ditakdirkan
214
Jawaban Sofi
215
Calon Istri Raka
216
Permintaan Amel
217
Melepas Rindu
218
Mantan Raka
219
Kehamilan Amel
220
Jawaban Orang Tua Sofi
221
Tentang Melepaskan dan Merelakan
222
Kecemburuan Sofi
223
Gerakan di Perut Amel
224
Antara Devan dan Kenan
225
Menawarkan Bantuan
226
Pengantin Baru
227
Akhir Bahagia (END)
228
Devan dan Friska (Bonus Chapter )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!