"Triiiingg." Sendok Amel terjatuh ke lantai saat melihat siapa yang berada di depannya. Dia sangat terkejut dengan kedatangan orang tersebut sehingga tanpa sengaja menjatuhkannya. Orang itu adalah Rendi, cowok yang disukai oleh Amel.
Rendi mengalihkan pandangannya ke bawah, menatap sendok itu jatuh tepat di sebelah sepatu Amel, setelah itu menatap Amel dengan heran. "Kenapa?" tanya Rendi.
Amel yang ditatap Rendi langsung merasa jantungnya berpacu dengan cepat. Setelah mendengar pertanyaan Rendi, Amel kembali tersadar dan segera menjawab, "Tangan Amel keringetan Kak, makanya sendoknya jatuh," jawab Amel asal.
Rendi tidak menanggapi ucapan Amel. Dia memulai makan sarapannya. Suasana hening Amel tidak tahu harus bersikap seperti apa. Dia tidak pernah duduk berdua apalagi mengobrol dengan Rendi.
Sebenarnya tidak berdua juga, di kantin banyak siswa lain. Hanya saja saat ini, mereka duduk di satu meja yang sama dan saling berhadapan dan itu membuat Amel salah tingkah.
Letak meja yang berada di tengah-tengah membuat mereka jadi pusat perhatian. Semua yang ada di kantin diam-diam melirik ke arah mereka. Siapa yang tidak heran saat melihat Rendi duduk satu meja dengan Amel. Padahal, selama ini Rendi selalu duduk sendiri jika di kantin.
Amel mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin. Semua meja sudah terisi kecuali satu tempat duduk di depan Siska yang masih kosong.
Siska adalah kakak kelas Amel, anak 12 IPS 2. Semua orang tahu kalau Siska menyukai Rendi. Tapi beda halnya dengan Rendi, dia bersikap seolah tidak peduli dan acuh tak acuh terhadap Siska.
Tidak ada yang mengerti kenapa Rendi bersikap seperti itu. Padahal, Siska termasuk siswi tercantik di sekolahnya. Dia juga populer dengan wajah mungil, tinggi, putih, bersih, rambut panjang, mata bulat, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir yang tipis. Seperti boneka barbie yang hidup. Siapapun pasti menyukai Siska.
Di tempat yang sama di meja berbeda, nampak Siska sedang menahan kesal saat melihat Rendi lebih memilih duduk dengan Amel dari pada duduk dengannya. Dia terus menatap tajam ke arah meja Amel dan Rendi dengan tangan terkepal.
Amel yang menyadari ditatap tidak suka oleh Siska kemudian mengalihkan pandangannya. "Tapi kenapa dia malah duduk di sini? Bukannya duduk di depan Siska?" gumam Amel dalam hati sambil menatap ke arah Rendi yang sudah makan dari tadi tanpa memperdulikan Amel yang sedang memandanginya dengan heran.
Tiba-tiba Amel bertanya kepada Rendi karena merasa penasaran. "Kenapa Kakak duduk di sini?"
Mendengar pertanyaan Amel, seketika Rendi berhenti makan. Dia menatap Amel dengan alis yang naik sebelah lalu dengan suara dingin, dia berkata, "Emang kenapa kalau gue duduk di sini?"
"Eng-enggak apa-apa, Amel cuma tanya aja, Kak," jawab Amel gugup.
"Lo takut Raka marah kalau ngeliat gue duduk sama lo di sini?" tanya Rendi dengan nada tidak suka dan tatapan dingin.
Amel yang bingung dengan arah pembicaraan Rendi, nampak berpikir sejenak. Sepertinya Rendi salah menduga hubungan antara Amel dan Raka.
Amel ingin menjelaskan, tapi dia berpikir lagi, Rendi juga tidak akan peduli dengan penjelasannya. Tidak penting juga untuk Rendi. Akhirnya, Amel pun memilih untuk diam saja.
Rendi yang melihat tidak ada respon dari Amel, akhirnya berdiri. "Oke, gue pergi kalau lo nggak suka gue duduk sini," ucap Rendi berdiri dan berjalan keluar dari kantin.
Amel yang kaget dengan sikap Rendi hanya bisa diam mematung, memandangi punggung Rendi yang mulai menjauh.
Kenapa kak Rendi marah sama gue? Apa ada yang salah sama gue?
Amel memutuskan untuk kembali ke kelasnya dengan wajah bingung. Dia tidak menghabiskan makanannya karena selera makannya tiba-tiba hilang.
Amel terus memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya. Sudah lama Amel menyukai Rendi, tapi Amel hanya bisa memendam perasaannya dalam-dalam. Dia tidak mau berharap lebih karena Amel cukup tau diri. Rendi tidak mungkin menyukai gadis seperti dirinya. Dia dan Rendi bagai langit dan bumi.
Rendi adalah siswa yang paling Populer. Wakil Ketua Osis sekaligus kakak kelas Amel. Dia siswa paling tampan di sekolahnya.
Tinggi Rendi sekitar 175 cm, kulit putih, wajah blasteran Jepang-Jerman, dan hidung mancung. Rendy adalah siswa terpintar di kelasnya. Selain pintar dipelajaran, Rendi juga jago dalam permainan basket, sepak bola, dan renang.
Rendi pun menguasai beberapa bahasa asing, juga aktif dalam berbagai organisasi. Rendi berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Dengan semua kelebihan yang dimiliki oleh Rendi. Hanya satu kata yang cocok untuk Rendi yaitu SEMPURNA, tapi sikapnya yang cuek dan dingin membuatnya sulit didekati.
Banyak siswi perempuan yang menyukai Rendi. Bahkan banyak yang mengejar dan sampai menyatakan perasaannya langsung kepada Rendi, tapi semua berakhir dengan patah hati. Rendi tidak menggubris mereka sama sekali.
Sesampainya Amel dikelas ternyata sahabatnya sudah datang semua.
"Ameeel!" panggil mereka serempak
Amel mendatangi ketiga sahabatnya lalu duduk di dekat mereka kemudian menyandarkan kepalanya di kursi. Ketiga temannya menatap heran ke arah Amel saat melihat Amel yag tidak bersemangat.
"Lesu amat, kenapa?" tanya Lisa.
"Dimarahin bu Ratna lagi?" timpal Olive.
"Atau uang lo abis?" sahut Bela tidak mau kalah.
Amel membenahi duduknya menghadap ketiga temannya lalu menceritakan kejadian di kantin tadi. Setelah mendengar cerita Amel. Ketiga sahabatnya pun langsung heboh. Mereka juga tahu kalau selama ini Amel menyukai Rendi.
"Masa cuma gara-gara itu dia marah sih, Mel?" tanya Lisa bingung.
"Gue rasa kak Rendi suka sama lo deh, Mel?" Kali ini Olive yang berbicara. Dia menatap Amel dengan wajah serius.
Amel langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Nggak mungkinlah, Liv. Lo kira stok cewek cantik di sekolah ini udah abis apa sampe dia bisa suka sama gue?" Amel diam sejenak, "kecuali dia gila atau gue pelet, baru mungkin dia suka sama gue," kata Amel yang tidak setuju pendapat Olive.
"Bener kata Olive, Mel. Mungkin aja dia sudah tergila-gila sama lo jadi nggak mandang apapun," sambung Bela.
"Hahahhaha, itu mah buta, bukannya tergila-gila, Bel." Amel pun geleng-geleng kepala sambil tertawa.
"Ini anak dikasih tau yang bener malah enggak percaya," gerutu Bela.
"Kenapa nggak coba lo tanya aja langsung sama Rendi, Mel?" saran Olive.
"Ogaah aah, nanti yang ada Rendi malah mikir gue cewek aneh, centil, dan kepedean lagi," tolak Amel cepat.
"Namanya juga usaha, Mel," ucap Lisa.
Amel termenung lalu menjawab, "Gue nggak berani dan nggak bisa juga Lis. Duduk di depannya aja tadi gue deg-deg-an."
***********
Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Amel dan teman-temannya tidak langsung keluar. Mereka seperti sengaja untuk tidak pulang lebih dulu. "Mel, gue denger Kak Rendi ada tanding basket habis ini," info Olive sambil membenarkan rambutnya.
"Tanding sama siapa?" Amel langsung antusias mendengar nama orang yang disukainya disebut.
"Tanding sama kelas kita," jawab Olive.
"Nonton yukk?" ajak Lisa, "kita kan sudah lama nggak liat kak Rendi mau basket. Pasti keren banget," ucap Lisa sambil menatap ke atas membayangkan Rendi aaat bermain basket.
"Tapi gue malu. Pasti banyak kakak kelas kita juga yang nonton," kata Amel. Setiap Rendi bermain basket, yang utama adalah ada Siska juga di tempat itu. Tidak lupa juga dengan penggemar Rendi yang jumlahnya tidak terhitung.
"Bodolah, kan nggak ada aturan kalau adek kelas nggak boleh nonton," sahut Olive cuek.
Di antara mereka berempat, memang hanya Olive yang memiliki keberanian untuk melawan kakak kelas.
"Iyaa, lagian, kan, Raka tanding wakilin kelas kita. Cuek aja," timpal Bela.
"Iyaaa Mel, lagian kan kak Rendi milik bersama. Selama belum ada kata terucap dari kak Rendi kalau dia sudah punya pacar, berati bebas dong kalau kita mau deketin dia, apalagi kalau cuma ngeliat dong. Gratis kali," sela Bela juga dengan wajah santai.
"Oke deeh, tapi kita makan siang dulu ya? Habis itu kita baru nonton basket."
Mereka mengangguk sambil berjalan menuju kantin. Meskipun sudah waktunya pulang sekolah, tetapi masih banyak siswa yang masih berada di sekolah. Sebagian dari merek mengikuti organisasi di sekolah dan ekstrakulikuler sehingga mereka belum pulang.
Selesai makan, mereka menuju lapangan basket yang sudah dipenuhi oleh murid sekolah mereka. Lebih tepatnya, lapangan basket didomimasi oleh siswi perempuan.
Sebenarnya semua yang ada disitu tidak benar-benar menonton pertandingan itu hanya fokus pada orangnya bukan pada permainannya, tepatnya tatapan mereka terfokus pada Rendi, Raka, dan juga Fadil.
Ketiga pria itu adalah pria tertampan di sekolah mereka. Meskipun begitu, tetap saja Rendi yang memiliki penggemar paling banyak dari mereka bertiga.
Saat tiba di sana, permainan basket sudah di mulai. Sorak sorai terdengar meriah saat Rendi berhasil memasukkan bola dari jarah jauh. Siswi perempuan pun sahut menyahut meneriakkan nama Rendi. "Gilaaa, kak Rendi keren banget, sumpah," ucap Lisa dengan wajah antusias.
"Iyaaa bener, cakep banget calon suami gue," sahut Olive sambil terenyum lebar.
Bela menepuk pundak Olive dengan keras lalu berkata, "Sadar woy, mana mau dia sama lo, Liv."
Olive menatap kesal pada Bela. "Ngerusak khayalan gue aja lo, Bel."
"Udaah, jangan pada ribut," sela Amel sambil terus menatap ke arah Rendi. Tatapannya tidak pernah berpindah sedetikpun dari tubuh Rendi.
Beberapa menit kemudian, Rendi kembali berhasil memasukkan bola, suara teriakan dan sorak-sorai kembali terdengar. Ketika Rendi berbalik, secara tidak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan Amel beberapa detik kemudian Rendi kembali fokus pada bola permainannya.
"Eeh liat nggak, tadi kak Rendi ngeliat ke arah kita. Dia kayak senyum gitu. Gilaa, ganteng banget" ucap Lisa heboh. Karena Lisa berbicara dengan suara keras sehingga membuat Siska yang berada di barisan yang sama dengannya seketika menoleh.
"Heeeh, lo jangan kepedean. Ngaca dong! Mana mungkin Rendi ngelirik cewek kayak kalian. Rendi itu ngeliatin gue," ucap Siska sombong, "dasar kampungan!"
Siska berkata dengan angkuh setelah itu kembali menatap ke arah Rendi. Siska memang duduk tidak jauh dari tempat Amel dan teman-temannya duduk sehingga bisa mendengar ucapan Lisa yang kencang tadi.
Wajah Amel dan ketiganya hanya diam dengan wajah masam dan kesal. "Dia pikir, dia cantik apa?" ucap Olive dengan suara pelan agar Siska tidak mendengarnya.
"Udaah Liv, jangan diladenin. Biarin aja," timpal Amel. Sebenarnya mereka semua bukannya takut dengan Siska, hanya saja mereka menghargai Siska karena dia kakak kelas mereka.
Sorak-sorai kembali terdengar ketika Rendi memasukkan bola ke dalam ring lawan. teriakan-demi teriakkan terdengar menyebutkan nama Rendi. Setelah memasukkan bola, Rendi berbalik, dia melirik sekilas ke arah Amel dan teman-temannya, tatapannya pun tertuju pada Amel beberapa detik kemudian melanjutkan permainnan.
Pada akhirnya pertandingan selesai dan dimenangkan oleh tim Rendi. Meskipun tim lawan kawan, namun nampak siswinya tidak kecewa, mereka justru berteriak histeris ketika tim Rendi memenangkan pertandingan.
"Liat deh, nempel mulu kayak prangko tuh Siska," ucap Olive ketika melihat Siska yang sudah menghampiri Rendi setelah pertandingan selesai. Siska memang langsung menghampiri Rendi dan memberikan air minum padanya, tetapi di tolak oleh Rendi.
"Iyaa, padahal uda berkali-kali ditolak sama kak Rendi, masih aja usaha," cibir Lisa.
"Namanya juga muka tembok," timpal Olive dengan wajah kesal.
Amel hanya diam tidak menanggapi ucapan temannya. Tatapan matanya terus tertuju pada Rendi tanpa berkedip. "Mel, minum untuk gue mana?" Raka dengan entengnya duduk di samping Amel sambil merangkul bahunya yang langsung membuat Amel menoleh.
"Bang, tangannya dong! Main rangkul-rangkul aja, ntar kalau diliat Nita, dia marah looh," gerutu Amel dengan wajah kesal.
Raka terkekeh dengan wajah tak acuh. "Nggak bakal marah dia," ucap Raka dengan enteng, "Mana minum untuk Abang." Raka menyodorkan tangannya pada Amel.
Dengan wajah sewot, Amel mengambil botol minum yang dia beli tadi dan diberikan pada Raka. "Niih minumnya."
"Makasih Beb," ucap Raka sambil memencet gemas hidung Amel. Selalu saja dia bersikap seenaknya, tanpa merasakan perasaan kekasihnya sendiri, padahal Amel sudah berkali-kali memperingatkan pada Raka untuk tidak terlalu dekat dengannya di depan banyak orang. Dia hanya tidak mau jika orang lain salah paham pada mereka.
"Sakiiit, Bang."
Amel menatap kesal pada Raka lalu beralih menatap ke arah Rendi lagi. Saat matanya jatuh pada wajah Rendi, Amel merasa tubuhnya kaku ketika melihat Rendi sedang menatap ke arahnya, entah hanya perasaannya saja atau dia salah lihat, dia merasa kalau Rendi melemparkan tatapan tidak suka ke arah mereka berdua. Setelah berpikir selama beberapa saat, Amel pun menyimpulkan kalau Rendi mungkin menyadari kalau dirinya menatapnya sejak pertandingan dimulai jadi Rendi merasa risih. Itulah yang ada di benak Amel. Karena merasa gugup ditatap oleh Rendi, Amel langsung mengalihkan pandangnnya kepada teman-temannnya.
"Mel, Abang ganti baju dulu ya? Nanti kita pulang bareng," ucap Raka sambil berdiri.
"Iyaa Bang."
Setelah kepergian Raka, Amel dan ketiga temannya berjalan menuju gerbang sekolah. Ketiga temannya langsung pulang, sementara Amel berdiri sambil menunggu Raka di depan sekolah.
Dari kejauhan Amel melihat Rendi sedang berjalan menuju gerbang sekolah bersama dengan Siska. Meskipun berjalan bersama, tetapi Rendi terlihat hanya diam dengan wajah acuh tak acuh dan tidak menanggapi celotehan Siska.
Ketika Rendi akan melewati Amel, terdengar seseorang memanggil Amel dari arah belakang. Rendi berhenti tepat di depan Amel lalu ikut menoleh bersamaan dengan Amel.
Setelah melihat Raka yang memanggil Amel, Rendi mengalihkan pandagannya pada Amel sebentar lalu berlalu dari sana tanpa mengatakan apapun.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Devi Erisanti
bagus ceritanya nii..Rendi suka Ama Amel..tapi karena gosip dia dekat dg Raka..jadi cinta terpendam dehh
2022-02-07
0
Fiki Septiadi
waduuuh .Abang Raka nya suka tuh sama Amel 🤭👍👍
2021-12-06
0
Edah J
Alur nya baguss Thor😊
suka bacanya 👍👍👍
2021-10-01
0