Pertolongan Rendi

Esok harinya, sebelum pulang sekolah, Amel pergi ke toilet sendirian. Ketiga temannya sedang menunggunya di dalam kelas mereka. Setelah keluar dari toilet wanita, Amel berencana untuk kembali ke kelasnya. Langkahnya seketika terhenti ketika melihat Siska menghalangi jalannya.

"Maaf Kak, saya mau lewat," ucap Amel dengan sopan pada Siska yang sedang berdiri di depanya. Sebenarnya dia sudah mencoba berjalan ke sisi lain, tetapi Siska tidak mau memberinya jalan.

Siska bersidekap dengan wajah angkuh dia berkata, "Heh, cewek kampung! Lo jangan kecentilan deh sama Rendi. Gue peringatin sama lo ya, jangan berani-berani deketin Rendi, apalagi sampai godain dia. Rendi itu gebetan gue, nggak ada yang boleh ngedeketin dia selain gue!"

Amel mengerutkan keningnya mendengar perkataan Siksa, dia mengerti kenapa Siska menuduhnya seperti itu. "Maaf Kak, saya nggak pernah deketin kak Rendi apalagi sampai godain dia."

Siska mendorong Amel dengan wajah kesal. "Lo jangan sok polos deh. Lo kira gue nggak tau apa kalau selama ini lo kenganjenan sama Rendi. Gue beberapa kali liat lo sama Rendi berduaan. Kemarin gue nggak sengaja ngeliat lo meluk Rendi waktu pulang sekolah di depan kelas Rendi. Jangan sok cantik deh, Rendi itu punya gue," ucap Siska tatapan marah.

Siska memang beberapa kali pernah melihat Amel berduan dengan Rendi. Waktu makan di kantin, waktu di perpustakaan, terakhir, saat perkumpulan club kemarin ketika semua anggota sudah bubar hanya tinggal Amel dan Rendi yang berada di kelas tersebut.

"Kak Siska salah paham, kemarin itu kak Rendi nangkep Amel waktu mau jatuh, jadi bukan Amel yang meluk kak Rendi. Kakak bisa tanya sendiri sama kak Rendi kalau enggak percaya. Lagian, Amel nggak pernah godain kak Rendi sama sekali," ucap Amel dengan berani.

Amel memang tidak melakukan seperti yang dituduhkan oleh Siska, itulah sebabnya Amel mengatakan hal itu dengan berani.

"Alaaah, jangan banyak alesan deh! Gue tau kalau itu cuma akal-akalan lo aja buat nyari perhatian Rendi, iya, 'kan?" tuduh Siska dengan nada tinggi. Kesabarannya mulai habis ketika melihat Amel tampak berani melawannya.

"Terserah kak Siska mau percaya atau enggak, yang pasti Amel enggak pernah ngelakuin seperti yang Kakak tuduhkan sama Amel," jawab Amel, "maaf Kak, Amel harus pergi." Tanpa menunggu jawaban dari Siska Amel melewati Siska dengan langkah cepat.

Siska yang melihat Amel pergi seketika menjadi semakin marah, dia kemudian menyusul Amel. "Gue belum selesai bicara, berani bange lo ya pergi gitu aja," teriak Siska dengan wajah marah.

Ketika dia sudah berada tepat di belakang Amel, Siska menyeringai lalu berkata, "ini pelajaran buat lo karena sudah berani sama gue. Dasar cewek ngga tau diri!"

Amel sangat terkejut ketika merasa seseorang menyentuh punggungnya dan mendorongnya dengan kuat sehingga membuat tubuhnya terdorong ke depan dan tubuhnya membentur seseorang yang dia bahkan tidak tahu siapa.

Amel tertegun dan belum sepenuhnya sadar kalau dirinya berada dalam pelukan seseorang sampai dia mendengar seseorang bertanya padanya, "Kamu nggak apa-apa?"

Suara itu sangat familiar di telinga Amel. Suara yang sering kali dia terdengar dingin, tetapi tidak kali ini, suara itu justru seperti sedang mengkhawatirkannya.

Amel kemudian mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang sudah menolongnya. Dan saat melihat bahwa Rendi yang menolongnya, Amel kembali tertegun untuk beberapa saat sambil menatap wajah Rendi.

Mereka pun bertatapan selama beberapa detik. Kesadaran Amel mulai kembali saat Rendi kembali bertanya padanya, "Amelia?" panggil Rendi saat dia tidak merespon ucapannya, "apa kamu terluka?"

Amel buru-buru melepaskan diri dari Rendi ketika menyadari kalau dirinya terpesona demgan ketampanan Rendi. "Saya nggak apa-apa, Kak. Makasih udah menolong saya."

Amel tampak salah tingkah, dia menoleh ke kanan dan ke kiri seperti orang linglung kemudian dia berkata lagi, "Kalau gitu saya pergi dulu, Kak." Amel langsung meninggalkan Rendi dengan langkah cepat. Dia bahkan sampai lupa pada Siska yang sudah mendorongnya.

Setelah kepergian Amel, Rendi melangkah mendekati Siska yang nampak membeku dan wajahnya sudah berubah menjadi pucat.

"Ren, lo salah paham. Tadi itu nggak seperti yang lo lihat," jelas Siska dengan wajah gugup.

Rendi menatap Siska dengan tatapan datar. "Siska, gue nggak peduli lo mau lakuin apapun dan dengan siapapun itu, tapi gue peringatin sama lo. Jangan pernah ganggu Amel lagi, apalagi sampai lo berani nyakitin dia."

Siska nampak marah saat melihat Rendi justru melindungi Amel dan malah memperingatkannya. "Ren, dia itu cuma pura-pura lugu dan polos, jangan sampai lo ketipu sama wajah polosnya."

Rendi nampak malas meladeni Siska. "Siska, sebelum lo nuduh orang lain, lebih baik lo ngaca dulu. Gue ingetin sekali lagi, jauhin dia dan jangan pernah ganggu dia lagi."

Siska mengepalkan tangannya. "Ren, kok lo malah belain dia sih, jangan-jangan lo suka ya sama dia?"

"Itu bukan urusan lo." Selesai berbicara Rendi meninggalkan Siska dengan wajah acuh tak acuh.

*********

Selesai makan di kantin, Amel dan ketiga temannya sedang mengobrol di dalam kelas sambil menunggu bel masuk berbunyi. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Raka menarik tangan Amel keluar dari kelas.

"Rakaaaa...!!" teriak ketiga sahabat bersamaan dengan kesal.

Seketika kelas jadi hening karena kaget mendengar suara teriakan mereka. Sementara Amel dan Raka sudah tidak terlihat.

Raka masih menarik tangan Amel, berjalan dengan cepat diikuti Amel di belakangnya. Amel yang merasakan sakit di tangannya langsung melepaskan tangannya dari genggaman Raka. Mereka berhenti tepat di depan kelas 12 IPA 1 kelasnya Rendi.

Amel memegang tangannya yang sakit karana ulah Raka. "Kenapa sih bang, main tarik-tarik aja? Sakit tahu!" ujar Amel dengan ketus.

Raka yang melihat pergelangan tangan Amel merah, seketika mengambil tangan Amel, meniup dan mengusapnya dengan lembut. Amel nampak diam saja melihat tingkah Raka.

"Kita ke UKS dulu kasih salep untuk tangan lo biar nggak tambah sakit." Raka merasa bersalah. Dia lalu menuntun Amel berjalan ke UKS.

Tanpa mereka sadari, dari dalam kelas ada sepasang mata yang terus menatap tajam  dan dingin ke arah mereka. Ada sedikit guratan kecewa di dalamnya.

Setelah sampai di UKS, mereka pun duduk berhadapan. "Abang kenapa narik tangan Amel buru-buru sih?" tanya Amel penasaran.

Raka yang baru ingat seketika berkata, "Oh itu, pulang sekolah nanti ikut gue ya?" ajak Raka

"Kemana?" tanya Amel sembari merapikan rambutnya.

"Ke mall," jawab Raka singkat.

"Ngapain..?" tanya Amel heran. Tidak biasanya Raka mengajak ke Mall hanya berdua saja. Biasanya mereka pergi bersama teman yang lainnya.

"Rahasia," jawab Raka tersenyum jahil. "Pokoknya kamu harus temenin abang," lanjut Raka lagi. Amel yang bermaksud protes terhenti saat mendengar bel masuk berbunyi.

"Udah bel masuk, balik ke kelas yuk," ajak Raka berjalan di samping Amel menuju kelas mereka.

********

Sepulang sekolah Amel berpamitan dengan para sahabatnya. Amel pulang ke kosnya untuk berganti pakaian sambil menunggu Raka menjemputnya. Padahal, Amel sudah berencana berkumpul bersama sahabatnya di kosnya sepulang sekolah, tetapi Raka memaksa Amel. Amel pun mengalah untuk ikut dengannya.

Amel membuka ponselnya saat mendengar bunyi pesan masuk. Itu adalah pesan dari Raka yang mengatakan dia sudah ada di depan kosnya. Amel segera keluar dan melihat Raka sedang duduk di atas motor sport miliknya. Amel tersenyum dan berjalan ke arah Raka.

"Nih pake dulu." Raka memberikan helm kepada Amel.

"Iyaa."

Amel mengambil dan langsung memakainya setelah itu, naek ke atas motor dan berpegangan di baju Raka. Motor pun melaju dengan kecepatan sedang membelah keramaian ibu kota sampai akhirnya motor memasuki parkiran dan berhenti disalah satu mall terbesar di kotanya.

"Kita mau ngapain sih Bang ke sini?" tanya Amel dengan kesal. Dari tadi, dia hanya mengikuti Raka berjalan ke sana-kemari tanpa tujuan yang jelas.

"Mau beli sesuatu," jawab Raka menoleh ke arah Amel.

"Apaan?" tanya Amel lagi.

"Nggak tahu, bingung, hehehe," jawab Raka sambil menggaruk tengkuknya dan tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang putih.

Mendengar itu, seketika Amel merasa kesal. "Kok enggak tau?" tanya Amel dengan wajah cemberut.

Raka yang melihat Amel sudah kesal kemduian merangkul pundak Amel dan memencet hidungnya. "Jangan marah dong, nanti cantiknya hilang."

Amel yang melihat tingkah Raka hanya bisa meliriknya dengan tajam. "Lagian Abang enggak jelas banget."

"Tiga hari lagi Nita ulang tahun. Abang mau cari kado buat dia. Abang bingung mau kasih kado apa," jelas Raka pada akhirnya.

"Bilang dong dari tadi."

"Tapi, inget jangan bilang siapa-siapa." Amel memandang Raka penuh tanya.

"Kenapa?"

"Nanti abang dibilang bucin lagi, apalagi fans abang banyak takutnya pada iri. Nanti pada musuhin Nita lagi kalau tahu. Secara abangkan ganteng banyak yang suka," ucap Raka jemawa.

Amel menaikkan salah satu sudut bibirnya, menatap jijik kepada Raka. "Iihh pede bangeet, sok ganteng lu Bang. Lagian masih gantengan Rendi kali," ucap Amel tidak mau kalah.

Raka yang mendengar itu kemudian memukul kepala Amel dengan pelan. "Dasar adek durhaka malah ngatain abangnya," ujar Raka tidak terima.

"Emang bener, kan?" tanya Amel tidak mau kalah.

"Abang sama Rendi itu, bagai pinang dibelah dua. Mirip banget, sama-sama ganteng," kata Raka bangga.

"Iyaaa, Rendi pinangnya, Abang akarnya," ejek Amel sambil tertawa.

Raka memicingkan matanya ke arah Amel. "Kok lo malah muji Rendi sih? Jangan-jangan lo suka ya sama dia?"

Amel yang ditatap Raka langsung menjawab dengan cepat, "Nggak, Amel cuma ngomongin fakta doang."

Amel menarik tangan Raka seraya berjalan. "Ayoook Bang, kita cari kadonya keburu sore," ucap Amel mengalihkan pembicaraan.

Dia tidak mau Raka sampai tahu kalau Amel memang menyukai Rendi. Bisa-bisa Raka bilang sama Rendi lagi dan yang lebih parahnya lagi satu sekolah bakal tahu semua.

Mereka kemudian memasuki salah satu toko jam yang terkenal. Mereka melihat koleksi jam tangan yang ada di toko itu.

"Gimana kalau itu Bang?" tunjuk Amel pada jam tangan wanita warna silver yang cantik.

"Bagus juga, kayaknya cocok buat Nita. Mbak bisa lihat jam yang itu?" tunjuk Raka pada jam tangan yang dimaksud Amel.

"Yang ini?" tanya pegawai itu sambil memegang jam tersebut.

"Iya bener," jawab Raka.

Pegawai itu pun langsung mengambil dan memberikannya kepada Raka. Raka mengambil dan memeriksa jamnya.

"Coba pakai dulu Mel di tangan kamu, abang mau lihat. Pergelangan tangan kamu kan nggak jauh beda sama Nita."

Dari kejauhan, ada sosok yang sedang memperhatikan mereka saat Raka sedang memakaikan jam ke tangan Amel. Saat melihat Amel tsedang menatap jam di tangannya dan terseyum senang kepada Raka. Tangan orang itu terkepal, dadanya terasa terbakar melihat pemandangan itu. Dia kemudian menjauh dari tempat itu.

Sementara di dalam toko, Raka yang sudah selesai memasang jam di tangan Amel. "Bagus Bang, pasti Nita suka."

Amel memegang jam di tangannya lalu terseyum senang pada Raka. Setelah itu, Amel melepaskan jam tangannya dan memberikan kepada pegawai itu.

"Ya udah, saya ambil yang ini mbak, tolong di bungkus," ucap Raka.

Sambil menunggu, Amel melihat-lihat jam lainnya. Matanya berhenti pada salah satu jam berbahan kulit warna coklat.

Raka yang menyadari tatapan Amel, langsung berkata, "Mbak, tolong yang itu dibungkus juga," tunjuknya pada jam yang di tatap Amel tadi.

"Baik," jawab pegawai itu.

Amel yang melihat jam itu sudah berpindah ke tangan pegawai itu seketika menoleh pada Raka.

"Abang mau kasih Nita dua kado?" tanya Amel heran.

"Nggak, itu buat kamu," jawab Raka enteng.

Amel yang mendengar itu kaget. "Nggak usah Bang," tolak Amel.

"Kenapa? Bukannya kamu suka jam itu?" tanya Raka.

"Iyaa, tapi...."

"Udaah nggak apa-apa, gak boleh ditolak," paksa Raka memotong omongan Amel.

Amel yang merasa aneh bertanya dengan polosnya. "Apa, abang punya penyakit parah yang nggak bisa disembuhin?"

"Pleetaaaak." Raka menjitak kepala Amel.

"Aaaawww, sakiiit Bang!" rintih Amel sambil mengelus kepalanya lalu menatap kesal pada Raka.

"Lo doain gue cepet mati?" tanya Raka kesal.

"Bukan gitu, soalnya abang aneh banget tiba-tiba beliin Amel jam mahal," jelasnya pada Raka.

"Lo kan udah nemenin nyari kado buat Nita jadi sekalian aja," jelas Raka.

"Jangan-jangan Abang mau jual Amel ya?" tuduh Amel lagi.

Raka hanya geleng-geleng, tidak habis pikir dengan pikiran aneh Amel.

Raka kemudian memegang kepala Amel. "Ini kepala isinya apa sih?"

"Ya otak lah, jangan suka jitak Amel dong, nanti Amel cepat botak," ujar Amel kesal.

"Lagian, pikiran kamu itu nggak masuk akal."

"Habisnya, abang tiba-tiba baik banget, Amel kan jadi ngeri."

"Anggep aja ini sebagai ucapan terima kasih karena uda nemenin abang," ucap Raka.

"Kalau sering-sering, Amel bisa cepet kaya," canda Amel.

"Iya, kamu kaya, abang yang jadi gembel."

"Haahhaha." Amel tertawa lebar.

"Abang bayar dulu," ucap Raka berjalan menuju kasir.

Pegawai tadi sudah selesai membungkus dan memasukkannya ke paper bag lalu menyerahkan kepada Raka. Raka berjalan menuju Amel dan menyerahkan satu paper bag kepada Amel. "Niih ambil."

"Makasih, Bang," ucap Amel seraya mengambil paper bag itu.

"Iyaa, kita makan dulu, abang laper," ajak Raka keluar dari toko itu yang diikuti Amel.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Kusii Yaati

Kusii Yaati

salah paham melulu rendynya,kapan kelarnya klu gini...yg ada makin benci tu si Rendy SMA amelnya🤦🤦🤦

2023-09-16

0

Fiki Septiadi

Fiki Septiadi

siapa yah yang nolongin pa guru magang apa rendi yah .lanjut aja deh biar ga penasaran 🤭

2021-12-06

0

Hadijah Ijah

Hadijah Ijah

bagus sekali cerita nya aku suka

2021-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 Terlambat
2 Pindahan
3 Salah Paham
4 Terus Bertemu
5 Pertolongan Rendi
6 Pingsan
7 Khawatir
8 Visual
9 Istirahat
10 Kecewa
11 Penjelasan
12 Siapa Dia..??
13 Pacar
14 Sedang apa mereka..?
15 Egois
16 Cemburu
17 Tidur Dimana..??
18 Ciuman Pertama
19 Jangan Pakai itu
20 Jauhi Dia
21 Emosi
22 Terluka
23 Tidak mau diganggu..
24 Membersihkan tubuhnya.
25 Menahan diri
26 Bertingkah Aneh
27 Pulang
28 Sulit dijangkau
29 Tidak boleh
30 Hanya pura-pura
31 Menyukai seseorang
32 Menangis
33 Posesif
34 Lupa
35 Anak Mama
36 Persetujuan Raka
37 Tidak ada kabar
38 Menghindar
39 Tidak mengijinkan pulang
40 Temani aku tidur
41 Panggilan Dari Ellenia
42 Aku tidak marah
43 Tidak Mau Jadi Tameng
44 Apa kau sangat mencintainya?
45 Sebuah Pengakuan
46 Mengobati
47 Berjanji
48 Pacar tampan yang posesif
49 Pemeriksaan
50 Calon istriku
51 Merahasiakan
52 Memperingatkan
53 Wanita di hati Rendi
54 Amel cemburu
55 Waspada
56 Permintaan Rendi
57 Devan
58 Jodoh Gue
59 Putus
60 Ijin dari Rendi
61 Membujuk Raka
62 Pemberian Mama Raka
63 Hidup selamanya bersamaku
64 Cincin tunangan dan pernikahan
65 Kekecewaan Rendi
66 Mempertahankan
67 Permintaan Maaf
68 Perubahan Sikap
69 Rendi Frustasi melihat Amel
70 Ujian berat untuk Rendi
71 Kuliah di luar negri
72 Bersikap Acuh
73 Kehidupan yang sulit
74 Menggunakan Kartu Rendi
75 Ruang ICU
76 Penyesalan Amel
77 Rendi Pingsan
78 Ketakutan Rendi
79 Minta Maaf
80 Kekecewaan Devan
81 Hati yang tersakiti
82 Perdebatan Sofi dan Raka
83 Perasaan Cemas
84 Menagih Janji
85 Permintaan
86 Memilih
87 Maksud Kedatangan Bianca
88 Membuat Masalah
89 Saling Menyakiti
90 Hilang Kendali
91 Keinginan Untuk Tetap Hidup
92 Masa Lalu Rendi
93 Masa Lalu Rendi Part 2
94 Meminta Ijin
95 Permintaan Terakhir Rendi
96 Menunggu Amel
97 Menangis Dalam Diam
98 Penjagaan Ketat
99 Pertemuan Terakhir
100 Meminta Bantuan
101 Kepergian Rendi
102 Perpisahan
103 Perpisahan Yang Menyakitkan (End Session 1)
104 Kehidupan Baru (Sesion 2)
105 Pertemuan Pertama dengan CEO (Sesion 2)
106 Peringatan Kenan (Sesion 2)
107 Pesan Rendi (Sesion 2)
108 Keinginan Devan (Sesion 2)
109 Tamparan Siska (Sesion 2)
110 Kemarahan Kenan (Sesion 2)
111 Perasaan Amel (Sesion 2)
112 Sekertaris Baru (Sesion 2)
113 Pertemuan Tidak Terduga (Sesion 2)
114 Gelisah (Sesion 2)
115 Meminta Penjelasan (Sesion 2)
116 Mencari Tahu (Sesion 2)
117 Pengorbanan Rendi (Sesion 2)
118 Kebenaran Sesungguhnya (Sesion 2)
119 Sikap Aneh Rendi (Sesion 2)
120 Pertemuan Devan dan Rendi (Sesion 2)
121 Dikerjai Rendi (Sesion 2)
122 Informasi dari Kenan (Sesion 2)
123 Harus Memilih (Sesion 2)
124 Kecemburuan Rendi (Sesion 2)
125 Aturan Rendi (Sesion 2)
126 Bimbang (Sesion 2)
127 Pesta Tuan Marco (Sesion 2)
128 Frustasi (Sesion 2)
129 Perasaan Rendi (Sesion 2)
130 Perasaan Rendi Part 2 (Sesion 2)
131 Lepas Kendali (Sesion 2)
132 Permintaan (Sesion 2)
133 Sofi (Sesion 2)
134 Rumah Raka (Sesion 2)
135 Kekesalan Raka. (Sesion 2)
136 Melindungi (Sesion 2)
137 Rencana Rendi (Sesion 2)
138 Keinginan Amel (Sesion 2)
139 Memberikan pengertian (Sesion 2)
140 Rencana Pernikahan (Sesion 2)
141 Pencarian Amel (Sesion 2)
142 Merebut Amel Kembali (Sesion 2)
143 Syarat Dari Devan (Sesion 2)
144 Membawa Amel Pergi (Sesion 2)
145 Kemarahan Ibu Rendi (Sesion 2)
146 Kebenaran Yang Terungkap (Sesion 2)
147 Persiapan Pernikahan (Sesion 2)
148 Meminta Ijin Raka (Sesion 2)
149 Gaun Pengantin
150 Apartemen Rendi
151 Lamaran
152 Membujuk Rendi
153 Nasehat Ibu
154 Tidak Ada Kabar
155 Keiginan Friska
156 Perpisahan
157 Pernikahan
158 Ucapan Selamat
159 Kamar Pengantin
160 Kebahagiaan Amel dan Rendi
161 Pagi Yang Indah
162 Suami Tampanku
163 Rencana Bulan Madu
164 Aku mencintaimu
165 Mencintaimu Juga
166 Menjadi Milliku
167 Aku Akan Menjagamu
168 Hubungan Baru
169 Pengganggu
170 Merajuk
171 Jatuh Cinta
172 Sosok Rendi
173 Suami Idaman
174 Persiapan Bulan Madu
175 Vila Private
176 Bibit Unggul
177 Berakhir
178 Bulan Madu Part 1
179 Bulan Madu Part 2
180 Bulan Madu Part 3
181 Memberi Hukuman
182 Menolong Ellen
183 Dia adalah Istriku..
184 Pesan Devan
185 Berakhir Sudah
186 Tidur Lagi
187 Mengkhawatirkannya
188 Lagi dan Lagi
189 Rencana Devan.
190 Kisah Devan
191 Belajar Merelakan
192 Salah Tingkah
193 Menemuinya
194 Saling Melepaskan
195 Saling Melepaskan Part 2
196 Sangat Mencintaimu
197 Lembaran Baru
198 Tamu Tak Diundang
199 Perubahan Raka
200 Perasaan Yang Sesungguhnya
201 Calon Istri Raka
202 Kepanikan Raka
203 Ijin Dari Rendi
204 Menjaga dan Merawatnya
205 Hanya Asumsimu
206 Menggodanya
207 Mengerjai Sofi
208 Pembicaraan Rahasia
209 Bertemu Mantan
210 Bukti
211 Keputusan Sofi
212 Pertemuan Tidak sengaja
213 Belum Ditakdirkan
214 Jawaban Sofi
215 Calon Istri Raka
216 Permintaan Amel
217 Melepas Rindu
218 Mantan Raka
219 Kehamilan Amel
220 Jawaban Orang Tua Sofi
221 Tentang Melepaskan dan Merelakan
222 Kecemburuan Sofi
223 Gerakan di Perut Amel
224 Antara Devan dan Kenan
225 Menawarkan Bantuan
226 Pengantin Baru
227 Akhir Bahagia (END)
228 Devan dan Friska (Bonus Chapter )
Episodes

Updated 228 Episodes

1
Terlambat
2
Pindahan
3
Salah Paham
4
Terus Bertemu
5
Pertolongan Rendi
6
Pingsan
7
Khawatir
8
Visual
9
Istirahat
10
Kecewa
11
Penjelasan
12
Siapa Dia..??
13
Pacar
14
Sedang apa mereka..?
15
Egois
16
Cemburu
17
Tidur Dimana..??
18
Ciuman Pertama
19
Jangan Pakai itu
20
Jauhi Dia
21
Emosi
22
Terluka
23
Tidak mau diganggu..
24
Membersihkan tubuhnya.
25
Menahan diri
26
Bertingkah Aneh
27
Pulang
28
Sulit dijangkau
29
Tidak boleh
30
Hanya pura-pura
31
Menyukai seseorang
32
Menangis
33
Posesif
34
Lupa
35
Anak Mama
36
Persetujuan Raka
37
Tidak ada kabar
38
Menghindar
39
Tidak mengijinkan pulang
40
Temani aku tidur
41
Panggilan Dari Ellenia
42
Aku tidak marah
43
Tidak Mau Jadi Tameng
44
Apa kau sangat mencintainya?
45
Sebuah Pengakuan
46
Mengobati
47
Berjanji
48
Pacar tampan yang posesif
49
Pemeriksaan
50
Calon istriku
51
Merahasiakan
52
Memperingatkan
53
Wanita di hati Rendi
54
Amel cemburu
55
Waspada
56
Permintaan Rendi
57
Devan
58
Jodoh Gue
59
Putus
60
Ijin dari Rendi
61
Membujuk Raka
62
Pemberian Mama Raka
63
Hidup selamanya bersamaku
64
Cincin tunangan dan pernikahan
65
Kekecewaan Rendi
66
Mempertahankan
67
Permintaan Maaf
68
Perubahan Sikap
69
Rendi Frustasi melihat Amel
70
Ujian berat untuk Rendi
71
Kuliah di luar negri
72
Bersikap Acuh
73
Kehidupan yang sulit
74
Menggunakan Kartu Rendi
75
Ruang ICU
76
Penyesalan Amel
77
Rendi Pingsan
78
Ketakutan Rendi
79
Minta Maaf
80
Kekecewaan Devan
81
Hati yang tersakiti
82
Perdebatan Sofi dan Raka
83
Perasaan Cemas
84
Menagih Janji
85
Permintaan
86
Memilih
87
Maksud Kedatangan Bianca
88
Membuat Masalah
89
Saling Menyakiti
90
Hilang Kendali
91
Keinginan Untuk Tetap Hidup
92
Masa Lalu Rendi
93
Masa Lalu Rendi Part 2
94
Meminta Ijin
95
Permintaan Terakhir Rendi
96
Menunggu Amel
97
Menangis Dalam Diam
98
Penjagaan Ketat
99
Pertemuan Terakhir
100
Meminta Bantuan
101
Kepergian Rendi
102
Perpisahan
103
Perpisahan Yang Menyakitkan (End Session 1)
104
Kehidupan Baru (Sesion 2)
105
Pertemuan Pertama dengan CEO (Sesion 2)
106
Peringatan Kenan (Sesion 2)
107
Pesan Rendi (Sesion 2)
108
Keinginan Devan (Sesion 2)
109
Tamparan Siska (Sesion 2)
110
Kemarahan Kenan (Sesion 2)
111
Perasaan Amel (Sesion 2)
112
Sekertaris Baru (Sesion 2)
113
Pertemuan Tidak Terduga (Sesion 2)
114
Gelisah (Sesion 2)
115
Meminta Penjelasan (Sesion 2)
116
Mencari Tahu (Sesion 2)
117
Pengorbanan Rendi (Sesion 2)
118
Kebenaran Sesungguhnya (Sesion 2)
119
Sikap Aneh Rendi (Sesion 2)
120
Pertemuan Devan dan Rendi (Sesion 2)
121
Dikerjai Rendi (Sesion 2)
122
Informasi dari Kenan (Sesion 2)
123
Harus Memilih (Sesion 2)
124
Kecemburuan Rendi (Sesion 2)
125
Aturan Rendi (Sesion 2)
126
Bimbang (Sesion 2)
127
Pesta Tuan Marco (Sesion 2)
128
Frustasi (Sesion 2)
129
Perasaan Rendi (Sesion 2)
130
Perasaan Rendi Part 2 (Sesion 2)
131
Lepas Kendali (Sesion 2)
132
Permintaan (Sesion 2)
133
Sofi (Sesion 2)
134
Rumah Raka (Sesion 2)
135
Kekesalan Raka. (Sesion 2)
136
Melindungi (Sesion 2)
137
Rencana Rendi (Sesion 2)
138
Keinginan Amel (Sesion 2)
139
Memberikan pengertian (Sesion 2)
140
Rencana Pernikahan (Sesion 2)
141
Pencarian Amel (Sesion 2)
142
Merebut Amel Kembali (Sesion 2)
143
Syarat Dari Devan (Sesion 2)
144
Membawa Amel Pergi (Sesion 2)
145
Kemarahan Ibu Rendi (Sesion 2)
146
Kebenaran Yang Terungkap (Sesion 2)
147
Persiapan Pernikahan (Sesion 2)
148
Meminta Ijin Raka (Sesion 2)
149
Gaun Pengantin
150
Apartemen Rendi
151
Lamaran
152
Membujuk Rendi
153
Nasehat Ibu
154
Tidak Ada Kabar
155
Keiginan Friska
156
Perpisahan
157
Pernikahan
158
Ucapan Selamat
159
Kamar Pengantin
160
Kebahagiaan Amel dan Rendi
161
Pagi Yang Indah
162
Suami Tampanku
163
Rencana Bulan Madu
164
Aku mencintaimu
165
Mencintaimu Juga
166
Menjadi Milliku
167
Aku Akan Menjagamu
168
Hubungan Baru
169
Pengganggu
170
Merajuk
171
Jatuh Cinta
172
Sosok Rendi
173
Suami Idaman
174
Persiapan Bulan Madu
175
Vila Private
176
Bibit Unggul
177
Berakhir
178
Bulan Madu Part 1
179
Bulan Madu Part 2
180
Bulan Madu Part 3
181
Memberi Hukuman
182
Menolong Ellen
183
Dia adalah Istriku..
184
Pesan Devan
185
Berakhir Sudah
186
Tidur Lagi
187
Mengkhawatirkannya
188
Lagi dan Lagi
189
Rencana Devan.
190
Kisah Devan
191
Belajar Merelakan
192
Salah Tingkah
193
Menemuinya
194
Saling Melepaskan
195
Saling Melepaskan Part 2
196
Sangat Mencintaimu
197
Lembaran Baru
198
Tamu Tak Diundang
199
Perubahan Raka
200
Perasaan Yang Sesungguhnya
201
Calon Istri Raka
202
Kepanikan Raka
203
Ijin Dari Rendi
204
Menjaga dan Merawatnya
205
Hanya Asumsimu
206
Menggodanya
207
Mengerjai Sofi
208
Pembicaraan Rahasia
209
Bertemu Mantan
210
Bukti
211
Keputusan Sofi
212
Pertemuan Tidak sengaja
213
Belum Ditakdirkan
214
Jawaban Sofi
215
Calon Istri Raka
216
Permintaan Amel
217
Melepas Rindu
218
Mantan Raka
219
Kehamilan Amel
220
Jawaban Orang Tua Sofi
221
Tentang Melepaskan dan Merelakan
222
Kecemburuan Sofi
223
Gerakan di Perut Amel
224
Antara Devan dan Kenan
225
Menawarkan Bantuan
226
Pengantin Baru
227
Akhir Bahagia (END)
228
Devan dan Friska (Bonus Chapter )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!