Amel mempercepat langkahnya berjalan ke arah jalan raya.
"Tiin...Tiiiiiin." Bunyi klakson motor yang terdengar dari belakang. Amel menoleh dan melihat sosok pria berwajah tampan dan sok cool yang sedang mengendarai motor ninjanya
"Ayook naek, gue anter pulang," ajak Raka. Teman sekelas Amel yang sudah dianggap seperti kakaknya sendiri padahal umur mereka hanya beda 8 bulan.
Amel menggeleng. "Nggak usah bang Raka, Amel pulang sendiri aja," tolak Amel.
"Biar cepet sampai, lagian searah juga. Abang mau ke rumah Nita," jelas Raka. Nita adalah pacar Raka.
Sebenarnya Raka terkenal playboy di sekolah Dia sering gonta-ganti pacar dan memiliki banyak fans. Mereka sering cemburu dengan kedekatan Amel dan Raka. Padahal, mereka hanya dekat sebatas adik dan kakak. Terkadang Amel bersikap masa bodo karena memang Amel tidak menyukai Raka, di hatinya ada seseorang yang sudah lama ia sukai.
"Ogaah aah, entar kalau fans Abang ada yang liat boncengin Amel pada salah paham lagi. Bisa-bisa besok Amel dilabrak di sekolah," tolak Amel dengan wajah acuh tak acuh.
"Biarin aja mereka mau mikir apa. Abang bakal marahin kalau ada yang berani ngelabrak kamu," jelas Raka.
"Terus kalau Nita gimana? Cemburu enggak nanti?" tanya Amel sambil menatap Raka.
"Kalau untuk Nita, abang uda pernah jelasin sama dia tau kok, gak bakal marah dia," jelas Raka.
"Buruan naek jangan kebanyakan mikir," ajak Raka tidak sabar seraya memberikan helm kepada Amel untuk dipakai.
Amel pun menurut, memakai helm dan naik ke atas motor, setelah itu melaju dengan kecepatan sedang. Biasanya Raka memacu motornya dengan kecepatan tinggi, berbeda jika dia sedang bersama Amel. Raka mengurangi laju motornya.
"Sampe Mel," ujar Raka yang sudah menghentikan laju motornya di kos Amel yang berwarna hijau yang tampak bersih.
Amel turun, melepas helm dan memberikan helm tersebut kepada Raka seraya berucap, "Makasih bang, hati-hati di jalan. Jangan ngebut bawa motornya," nasehat Amel.
"Iyaaa, bawel," ucap Raka, "Oyyaa, besok jangan telat lagi, Mel. Emang enggak bosen dimarahin terus sama bu Ratna?" lanjut Raka.
"Tenang bang, enggak bakal telat lagi. Soalnya hari ini Amel bakal pindah kos deket sekolah," ungkap Amel.
"Owh, baguslah kalau gitu. Mau pindahan jam berapa?" tanya Raka.
Amel tampak diam, berpikir sebentar lalu menjawab, "Kayaknya malem deh bang, biar adem," ucap Amel sambil nyengir kuda.
"Ya udah, abang bantuin pindahan. Nanti abang ambil mobil dulu di rumah buat angkut barang-barang kamu," usul Raka.
"Nggak usah bang, Amel bisa sendiri kok. Biar naek taksi aja nanti," tolak Amel cepat.
"Kamu uda sering bantuin abang ngerjain tugas, gantian sekarang abang yang bantuin kamu," ujar Raka memaksa, "lagian, sayang uang taksinya. Mendingan buat keperluan yang lain," ucap Raka lagi.
"Okee deh kalau gitu, nanti kesini jam 7 ya abangku yang ganteng," gurau Amel.
Raka mengacungkan jempol tanda setuju. "Kalau gitu abang ke rumah Nita dulu. Nanti malem abang ke sini lagi," ujar Raka.
Amel mengangguk, Raka kemudian melesat pergi dengan motornya. Setelah kepergian Raka, Amel membuka pintu kosnya, masuk ke dalam dan merapihkan barang-barang yang akan dibawa nanti.
Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Terdengar suara mobil berhenti di depan kos Amel.
Amel beranjak dari duduknya ketika mendengar suara ketukan pintu. Dia berjalan ke arah depan dan membuka pintunya dan terlihat Raka sudah berdiri depan pintu.
"Uda siap semua barangnya, Mel?" tanya Raka.
"Udah Bang, ayook masuk," ajak Amel seraya berjalan masuk ke dalam.
Amel mengangkat satu kotak dan berjalan keluar menuju mobil. Setelah itu, dia membuka bagasi belakang dan meletakkannya dengan hati-hati. Raka pun membantu mengangkat kotak yang lainnya.
Setelah semua barang selesai dimasukkan ke dalam mobil, Amel lalu menemui pemilik kos sambil memberikan kunci kepada pemiliknya seraya berpamitan dan mengucap terima kasih.
Sementara Raka menunggu di dalam mobil sembari menyetel musik. Tidak lama kemudian, muncul sosok Amel yang sedang berjalan ke arah mobilnya, membuka pintu depan dan duduk di samping Raka. Mobil pun melaju ke jalan yang sudah ramai dengan kendaraan lainnya.
Setelah perjalanan sekitar satu jam, mereka tiba di depan bangunan yang berlantai 2, yang bertuliskan "KOS PUTRI KIRANA"
"Di sini Mel kosnya?" tanya Raka celingak-celinguk.
"Iya Bang, bener," jawab Amel.
"Deket dong dari sekolah," ujar Raka lagi.
"Iya Bang, biar enggak telat terus."
Amel membuka pintu mobil lalu berjalan ke arah ruangan yamg berada di pojok, tempat pengurus kosnya untuk mengambil kunci, sekaligus minta ijin supaya Raka bisa masuk untuk mengangkat barang-barang yang dibawa Amel.
"Ayook Bang masuk tadi Amel uda ijin sama pengurus kosnya."
Amel berjalan ke arah mobil, membuka bagasi belakang dan mengajak Raka masuk sambil mengangkat barangnya menuju lorong kecil. Terdapat 5 kamar di bawah dan 5 kamar di atas. Suasana kos sepi, mungkin karena sudah malam jadi penghuninya sudah masuk ke kamar masing-masing.
"Dimana kamarnya ,Mel?" tanya Raka penasaran.
"Di atas bang, kamar yang paling ujung," jawab Amel seraya menunjuk kamar yang dia maksud.
Raka mengangguk mengerti lalu berjalan mengikuti Amel menaiki tangga. Tibalah mereka di depan kamar bertuliskan angka 10. Amel membuka pintu dan meletakkan barangnya, diikuti Raka. Mereka bolak-balik mengangkat barang yang tersisa hingga akhirnya selesai.
"Aduuh, capek banget," ucap Amel memegangi pinggangnya. "Bang, Amel haus dan laper. Kita cari tempat makan yuuk," ajak Amel.
"Oke deh, abang juga laper," ucap Raka berjalan mengikuti Amel keluar dari kosnya.
Amel sengaja mengajak makan Raka sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantunya pindahan hari ini. Padahal, tanpa diminta pun Raka pasti membantu Amel dengan ikhlas.
Mereka berhenti di sebuah tempat makan dekat kampus Dirgantara. Kos Amel memang berada di lingkungan Sekolah Dirgantara. Di lingkungan tersebut ada SMP, SMA, SMK, dan Universitas dalam satu lingkungan, termasuk SMA Dirgantara, tempat Amel menuntut ilmu.
Raka berjalan masuk diikuti Amel. Mereka duduk tidak jauh dari pintu masuk yang berdekatan dengan kasir. Raka membuka menu makanannya setelah mereka duduk.
"Mau makan apa, Mel?" tanya Raka.
"Nasi goreng aja Bang sama es jeruk," jawab Amel.
"Okee." Raka berdiri lalu berjalan ke arah meja kasir untuk memesan makanan.
Sambil menunggu Raka memesan makanan, Amel mengedarkan pandangannya untuk melihat suasana tempat makan itu. Tidak sengaja dia menangkap sosok laki-laki sedang menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sosok yang tidak asing baginya. Mereka bertatapan cukup lama sampai akhirnya Amel mengalihkan pandangannya.
Amel mencoba mengingat dimana dia pernah melihat orang itu. Setelah lama berpikir, akhirnya Amel ingat. Orang itu adalah orang yang sama yang ditabrak Amel tadi pagi di sekolahnya. "Tapi ngapain orang itu disini?" gumam Amel dalam hati.
Diliriknya lagi orang tersebut yang sedang menikmati makanannya.
"Pakaiannya masih sama dengan yang dikenakan tadi pagi. Apa dia tinggal sekitar sini?" monolog Amel.
Melihat Amel sedang diam, Raka kemudian duduk di samping Amel dan merangkul pundaknya. Amel yang kaget karena ada tangan di pundaknya langsung menoleh ke samping. Ternyata Raka yang sedang tersenyum tanpa beban padanya.
"Bang Raka, lepas..! Malu diliatin orang," ucap Amel dengan wajah kesal seraya menghempaskan tangan Raka.
"Malu sama siapa?" Biasanya juga enggak apa-apa," celetuk Raka.
Sebenernya Amel sudah terbiasa dengan tingkah Raka yang suka menjahilinya seperti itu. Tapi entah kenapa, kali ini Amel merasa risih apalagi ada laki-laki tampan itu disana.
Eh tunggu dulu, kenapa malah bilang dia tampan sih
Amel seketika tersadar dari pikiran anehnya yang membuatnya malu sendiri. Buru-buru Amel menghilangkan orang itu dari pikirannya.
Amel hanya diam dan tidak sengaja lagi melihat ke arah laki-laki tadi. Tatapan orang itu lebih tajam dan dingin dari sebelumnya. Amel pun menunduk dan memainkan ponselnya untuk menghindari tatapan laki-laki itu.
"Mel, mikirin apa sih dari tadi diem aja? Mikir jorok ya?" goda Raka.
Amel memasang muka cemberut lalu menjawab, "Enak aja, Amel ini masih polos Bang, jangan Abang racunin pikiran Amel sama hal-hal kayak gitu."
"Trreeeerrrrtt." Bunyi suara kursi yang bergesekan dengan lantai dan tidak lama terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah kasir.
"Meja no.11, berapa..?" Terdengar suara berat dan dingin.
Amel menoleh ke arah suara tersebut, ternyata itu suara pria yang menatapnya tadi.
"Rp.100.000 mas," jawab kasir itu.
Setelah selesai membayar, pria itu melirik sekilas ke arah Amel sebelum berjalan ke arah pintu keluar tanpa disadari oleh Raka.
Amel langsung pura-pura memainkan ponselnya saat tatapan mereka tanpa sengaja bertemu kembali.
Orang itu berjalan menuju mobil berwarna hitam, membuka pintunya lalu menutup kembali. Pria itu duduk termenung memandangi Amel dan Raka dengan tatapan penuh tanya. Tidak lama kemudian orang itu melajukan mobil menjauh dari tempat itu.
Amel yang menyadari orang itu sudah pergi langsung bernapas lega.
"Huufhh.. tatapannya ngeri banget, berasa mau ngulitin gue hidup-hidup tuh orang," batin Amel sambil menoleh ke luar sebentar.
Raka yang melihat keanehan Amel langsung bertanya, "Kenapa Mel?"
"Amel enggak apa-apa Bang," jawab Amel.
"Yang bener, kok muka lo pucet?" tanya Raka dengan tatapan menyelidik.
"Amel enggak apa-apa Bang, cuma capek aja gara-gara pindahan. Belum makan juga dari tadi siang," ucap Amel berbohong.
Tatapan laki-laki tadi terus membayangi pikiran Amel. Tatapan yang tajam dan dingin membuat perasaannya sedikit tidak nyaman. Amel kemudiam menggelengkan kepalanya mengusir pikiran bodohnya itu.
Tidak lama kemudian, makanannya datang. Mereka makan dengan lahap tanpa mengeluarkan suara. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Raka dan Amel memutuskan untuk segera pulang.
Mereka berjalan beriringan menuju kosan Amel untuk mengambil mobil Raka yang terparkir di sana. Jarak tempat makan tadi hanya berjalan 50 meter dari kosan Amel sehingga mereka lebih memilih jalan kaki dari pada membawa kendaraan.
Sesampainya di kos Amel, Raka pamit pulang karena besok mereka harus bersekolah pagi-pagi.
*********
Pagi ini Amel bangun seperti biasa. Membereskan tempat tidur lalu berjalan masuk ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Amel berjalan menuju lemari mengambil seragam sekolah, menyisir rambut, mengambil tas lalu memakai sepatu dan bersiap untuk berangkat sekolah.
Amel melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi sementara jam masuk pukul 7 pagi. Amel memutuskan untuk berangkat lebih awal untuk sarapan di kantin sekolah.
Amel berjalan ke meja belajar yang dekat lemari untuk mengambil ponselnya lalu memasukkan ke dalam tasnya. Setelah itu, diq membuka pintu. Terlihat semua pintu masih tertutup. Penghuni di sini rata-rata mahasiswi kampus Dirgantara, hanya Amel yang masih SMA.
Amel melangkah dengan hati-hati menuruni tangga dan berjalan keluar. Jarak kos dengan sekolah Amel tidak jauh. Amel memutuskan untuk berjalan santai.
Ternyata hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk sampai di sekolah. Amel memasuki gerbang sekolah. Terlihat siswa-siswi lain sudah mulai berdatangan. Amel berjalan melewati lorong sekolah menuju kelasnya.
Amel memasuki ruangan kelasnya. Sudah ada yang datang lebih dulu yaitu Rina, teman sekelasnya. Murid yang pendiam dan jarang sekali bergaul dengan yang lain. Terkadang waktunya dihabiskan untuk membaca buku dan belajar.
Tapi menurut Amel, Rina cukup asik untuk diajak ngobrol. Dia tidak pernah mencampuri urusan orang lain. Rina juga termasuk salah satu murid yang cerdas.
"Tumben dateng pagi, Mel?" tanya Rina.
"Iyaaa, sekarang gue kos deket sekolah jadi bisa datang pagi," jawab Amel tersenyum seraya berjalan ke tempat duduknya yang berada di belakang. Rina hanya mengangguk sebagai tanggapan.
Amel duduk di mejanya, meletakkan tas kemudian mengambil ponsel di dalam tasnya. Tidak lupa dia mengambil uang lalu memasukkan ke saku bajunya.
"Uda sarapan belom, Rin?" tanya Amel.
Rina menoleh ke arah Amel. "Udah tadi dirumah, lo belom sarapan?" tanya Rina balik.
"Belom, ini baru mau sarapan di kantin." Amel kemudian berdiri.
"Mau gue temenin?" tanya Rina lagi.
Amel menggeleng. "Nggak usah deh, gue sarapan sendiri aja." Amel berjalan keluar kelas menuju kantin.
Sesampainya di kantin, Amel langsung memesan nasi uduk dan mencari tempat duduk yang kosong. Pandangannya tertuju pada meja di tengah yang tampak kosong. Amel memutuskan untuk duduk disitu. Saat Amel sedang menikmati makanannya, tiba-tiba terdengar suara kursi yang ditarik seseorang. Suara itu berasal dari kursi di depannya.
Amel mengangkat kepala, terlihat seseorang yang baru saja meletakkan makanan dan minuman di mejanya, lalu dengan santainya duduk di depan Amel tanpa berbicara apapun, seolah tidak ada orang di depannya.
"Triiiingg." Sendok Amel terjatuh ke lantai saat melihat siapa yang berada di depannya. Dia sangat terkejut dengan kedatangan orang tersebut sehingga tanpa sengaja menjatuhkannya. Orang itu adalah Rendi, cowok yang disukai oleh Amel.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Fiki Septiadi
lanjuuut 💪💪👍👍❤️❤️
2021-12-06
0
Ryosa
lanjut thor
2021-10-23
1
Edah J
menarik nih ceritanya &setiap kalimat sdh tersusun sangat rapih
bagus Thor👍👍👍
tetap semangat author 💪💪💪
2021-10-01
0