Sudah beberapa hari Amel mencari keberadaan Rendi yang tidak pernah muncul. Biasanya Amel pasti masih bisa melihatnya meskipun dari kejauhan. Tidak melihatnya selama seminggu lebih membuat Amel menjadi lesu dan tidak bersemangat.
Selesai makan di kantin bersama dengan ketiga temannya. Amel memutuskan untuk ke perpusatakaan. Seperti biasa, suasana perpustakaan nampak sepi dan tenang. Terlihat beberapa siswa memasuki ruang perpustakaan bersama dengan dirinya.
Amel memutuskan untuk duduk di meja yang berada di sudut ruangan. Amel meletakkan buku yang sudah dia ambil tadi di meja lalu membacanya. Lelah membaca, Amel membanamkan wajahnya di atas meja kemudian memejamkan matanya sejenak.
Tidak lama kemudian Amel mendengar suara kursi yang ditarik dan dia pun langsung mengangkat kepalanya menatap laki-laki tampan yang terlihat sudah duduk di depannya. Rendi, orang yang selama beberapa hari ini selalu dia cari keberadaannya saat ini dengan santainya duduk di depannya.
Amel buru-buru duduk tegak, membenarkan rambutnya. Gerakan Amel yang cepat berhasil menarik perhatian Rendi. Amel buru-buru menunduk ketika melihat tatapan dalam Rendi yang seolah bisa menembus langsung ke hatinya. Melihat Amel menunduk dan berpura-pura tidak melihatnya, Rendi kembali melanjutkan kegiatannya.
Jantung Amel tidak hentinya berdebar tidak karuan ketika sedang duduk berhadapan dengan Rendi. Meskipun Rendi terlihat cuek, tetapi tetap saja bisa membuatnya salah tingkah.
Diam-diam, Amel terus memperhatikan Rendi yang terlihat sedang serius menulis. Nampak kalau kehadiran Amel seperti tidak berpengaruh sedikit pun padanya. Amel kemudian meraih ponselnya dari saku lalu mengambil foto Rendi tanpa sepengetahuannya.
Sebenarnya Amel merasa bingung, kenapa Rendi duduk di depannya, padahal banyak kursi yang kosong di meja yang lainnya. Mengingat kejadian saat di kantin itu, Amel tidak berani bertanya lagi pada Rendi karena takut dia akan marah seperti kejadian saat di kantin waktu itu.
"Apa ada yang aneh sama muka gue?" Rendi akhirnya membuka suaranya sambil menatap datar pada Amel. Meskipun Rendi sedang fokus mengerjakan tugas, tapi dia tahu kalau Amel sedari tadi mencuri pandang ke arahnya.
Amel membeku sesaat, beberapa detik kemudian dia tersenyum dengan kaku. "Nggak Kak, Aku cuma... cuma...." Amel bingung mencari alasan yang terdengar masuk akal di telinga Rendi. Dia tidak mau kalau sampai Rendi tahu kalau dia menatapnya sedari tadi.
"Cuma apa?" Rendi memajukan tubuhnya, menatap Amel dari jarak dekat.
Gerakan tiba-tiba Rendi itu membuat Amel terkejut dan membeku dan seketika refleks menahan napasnya. Beberapa detik kemudian, Amel berusaha mengumpulkan keberaniannya dan menatap mata jernih Rendi. "Maaf Kak. Aku nggak bermaksud membuat Kakak risih."
Rendi menatap kedua bola mata Amel bergantian lalu berkata, "Lo suka sama gue?"
Amel merasakan perubahan suhu pada punggungnya dari dingin menjadi panas saat mendengar pertanyaan Rendi. "Aku... sebenarnya aku...."
"Aku apa?" tanya Rendi tidak sabar, "nggak suka sama gue?"
Sebelum Amel menyelesaikan ucapannya, dari arah belakang Rendi terdengar seseorang memanggilnya. "Ren, ternyata lo di sini." Nampak lelaki tampan mendekati meja Amel dan Rendi.
"Kenapa?" Rendi menarik tubuhnya ke belakang menjauhkan dari Amel lalu menoleh ke belakang.
"Dicariin bu Susi," jawab Fadil. Ketika Fadil melihat wanita yang sedang duduk satu meja dengan Rendi, dia sedikit terkejut.
"Looh, Amel di sini juga?" Fadil nampak heran ketika melihat Amel berada di depannya Rendi. Setahu Fadil, Rendi tidak akrab dengan Amel bahkan mereka tidak saling mengenal.
Amel tersenyum lebar ke arah Fadil. "Iyaa, Kak."
"Tumben sendirian, yang lainnya mana?"
Rendi menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan wajahnya malas ketika melihat Fadil justru malah mengobrol sangat akrab dengan Amel. "Ada di kelas, Kak."
Fadil manggut-manggut. "Tadi lo dicariin Raka, Mel." Kebetulan Fadil mendengar ucapan Raka yang sedang menanyakan keberadaan Amel pada teman sekelas mereka saat Fadil akan ke perpustakaan.
Amel seketika melirik pada Rendi. Pria yang ada di depannya itu nampak masih tenang hanya tatapannya saja seperti bergejolak, seperti tidak senang mendengar ucapan Fadil. Itulah yang Amel tangkap ketika dia bertatapan dengan Rendi sebentar. "Iyaa Kak, kalau gitu Amel pergi dulu."
Fadil mengangguk dan Amel pun segera berlalu dari hadapan Rendi dan Fadil. Tanpa dia tahu ada tatapan sedingin es yang sedang mengikuti tubuhnya ketika melangkah keluar perpustakaan.
********
"Mel, kantin yuk?" Raka yang baru saja masuk kelas langsung menghampiri Amel yang sedang duduk sendirian di bangku belakang. Hari ini Raka memang datang lebih pagi dari biasanya. Karena belum sarapan, dia akhirnya mengajak Amel untuk sarapan bersama.
"Tumben Bang sarapan di sekolah?" Raka memang jarang sekali sarapan di kantin. Dia terbiasa sarapan dari rumah sebelum berangkat sekolah.
"Iyaa, lagi pengen makan bareng ayang," goda Raka sambil tersenyum genit ke arah Amel.
"Ayang..ayang, didengar Nita baru tau rasa. Nanti kalau putus aja baru nyalahin Amel," ujar Amel dengan wajah sewot.
Raka terkekeh mendengar gerutuan Amel. "Tambah manis deh kalau lagi sewot gitu." Sudah menjadi kebiasaan Raka menggoda Amel setiap hari.
"Nggak ada uang receh."
Raka memencet hidung Amel saat melihat wajah kesal Amel dan langsung mendapatkan omelan dari Amel. "Udaah yuk buruan, nanti keburu bel masuk." Raka menarik tangan Amel menuju kantin.
Saat tiba di kantin tatapan Amel kembali bertemu dengan tatapan tajam dan dingin milik Rendi. Amel merasa belakangan ini dia sering sekali tidak sengaja bertemu dengan Rendi, entah di perpustakaan, di kantin, di gerbang sekolah saat berangkat sekolah, pulang sekolah dan di tempat lainnya.
Selama 2 minggu ini dia selalu saja bertemu dan berpapasan dengan Rendi, meskipun begitu Amel tetap saja tidak berani untuk menyapa Rendi duluan. Bahkan meskipun mereka tergabung dalam club yang sama, Amel tidak pernah berani mengajak Rendi berbicara lebih dahulu, jika Rendi tidak bertanya duluan padanya.
Amel memang sengaja bergabung dalam Japanese Club yang diketuai oleh Rendi hanya untuk melihatnya lebih sering. Seperti yang diketahui banyak orang kalau Rendi memiliki keturunan darah Jepang, orang tua dari ibunya berasal dari Jepang sehingga Rendi menguasai bahasa Jepang dengan baik.
"Kenapa?" Raka menoleh dengan wajah bingung ketika melihat Amel nampak sempat berhenti sesaat.
Amel menggeleng. "Nggak apa-apa, Bang." Amel memalingkan wajahnya menghindari tatapan tajam dari Rendi.
"Kayaknya kak Rendi benci sama gue. Tiap ngeliat gue matanya tajem banget," batin Amel seraya menghela napas panjang.
Amel dan Raka duduk tidak jauh dari tempat duduk yang di duduki oleh Rendi. "Tunggu di sini, gue pesenin makan dulu."
Raka berdiri setelah melihat anggukan Amel. Selama menunggu Raka, Amel mengecek ponselnya, dia tidak berani lagi menatap ke arah Rendi setelah mendapatkan tatapan dingin darinya. Setelah memesan makanan, Raka kembali ke mejanya.
"Mel, mama nanyain kapan ke rumah. Katanya kangen sama calon mantu soalnya uda lama lo nggak dateng ke rumah."
Raka membuka obrolan sambil menunggu pesanan mereka datang. Mendengar hal itu, seketika Amel menatap ke depan, tepat ke arah Rendi. Entah kenapa dia takut kalau Rendi akan salah paham setelah mendengar perkataan Raka. Ucapan Raka terdengar seperti mereka memang berpacaran.
Ketika tatapan mereka bertemu Amel merasa tubuhnya membeku. Tatapan Rendi terlihat tajam. Entah itu perasaan Amel atau halunasinya saja, Rendi terlihat marah dan seperti tidak suka padanya. Beberapa detik kemudian Amel langsung menunduk tidak berani menatap Rendi lagi.
"Mel, kok malah diem? Ditanyain juga dari tadi." Amel seketika mengangkat kepalanya. "Iyaa, Bang. Hari sabtu aja Amel ke sana."
"Yaa udah, sekalian kita kencan ya?" gurau Raka sambil tersenyum genit padanya.
Amel kembali melirik pada Rendi. Tatapannya masih sama dan terlihat makan dengan wajah tak acuh. Saat Amel akan menimpali ucapan Raka, pegawai kantin datang membawa pesanan mereka sehingga dia kembali menutup mulutnya.
**********
Saat Amel sedang berada di kelasnya. Ada murid perempuan dari kelas lain yang menghampiri Amel. "Mel, nanti pulang sekolah kita kumpul di kelas kak Rendi ya. Kak Rendi mau kasih arahan," ucap siswi perempuan yang bernama Salsa itu.
"Oke, makasih ya." Salsa mengangguk lalu keluar dari kelas Amel.
Sebenarnya Amel tidak mau datang karena masih takut untuk bertemu dengan Rendi. Dia merasa akhir-akhir ini Rendi sering menatap tidak suka padanya. Itu membuat Amel tidak berani menampakkan wajahnya di depan Rendi, tapi mau tidak mau dia tetap harus datang karena tidak ingin kalau kak Rendi menilai buruk dirinya.
Sepulang sekolah, teman-teman Amel pulang lebih dulu. Mereka memang tidak ikut club yang sama dengan Amel karena mereka bilang tidak sanggup mempelajari bahasa Jepang yang terkenal sulit itu. Akhirnya, Amel pun masuk ke club itu sendirian ketika pendaftaran dibuka.
Sebelum memasuki ruangan, Amel berdiri cukup lama di depan pintu kelas Rendi yang tertutup. Beberapa kali dia menarik napas dalam-dalam dan menghela napasnya panjang hanya untuk memberikan keberanian pada dirinya.
Semua teman satu clubnya sudah berada di dalam dan hanya Amel dan Rendi yang belum datang. Ketika Amel sedang menarik napas panjang, dari arah belakang datang seseorang dan berbisik padanya, "Kenapa lo dari tadi cuma berdiri di sini, bukannya masuk? Apa lo udah nggak mau menjadi anggota club ini?"
Mendengar hal itu, Amel seketika menoleh. Karena terkejut melihat wajah Rendi yang bergitu dekat dengannya, Amel refleks mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh jika tidak ditangkap oleh Rendi.
"Apa muka gue nakutin sampe bikin lo kaget?" tanya Rendi dengan wajah datar sambil mendekatkan wajahnya pada Amel. Jarak mereka cukup dekat. Jika dilihat dari sudut lain seperti Rendi nampak sedang memeluknya.
Amel tertegun sesaat dan baru menyadari kalau saat ini Rendi sedang memegang pinggangnya dengan tangan kiri untuk menahan tubuhnya agar dia tidak terjatuh. Buru-buru Amel melepaskan diri dari Rendi karena takut Rendi akan marah padanya.
"Maaf Kak, Amel cuma kaget, Amel kira tadi...."
"Lo kira gue Raka?" Rendi langsung memotong ucapan Amel dengan wajah dingin.
"Bukan Kak, bukan itu maksud Amel."
"Masuk, yang lain udah pada nunggu dari tadi." Rendi terlihat tidak peduli dengan alasan Amel. Dia mendorong pintu kelasnya lalu masuk ke dalam lebih dulu kemudian disusul oleh Amel.
Selama di dalam, Amel lebih banyak diam. Dia hanya mendengarkan Rendi berbicara. Dia tidak berbicara jika tidak ditanya. Amel terus menatap Amel tanpa berkedip. Meskipun Rendi sedari tadi sibuk menjelaskan, tapi dia menyadari kalau Amel sedang melamun sambil menatapnya.
"Amelia Putri, sebenarnya apa yang lo pikirin sampai lo nggak fokus dari tadi? Apa lo pikir gue robot yang lagi bicara." Amel kembali terkejut ketika melihat Rendi sudah berada di depan mejanya sambil membungkuk menatapnya dari jarak dekat.
Amel menoleh kanan kiri dan melihat kelas sudah kosong. Semua temannya sudah keluar dari kelas dan hanya meninggalkan dia dan Rendi saja. "Maaf, Kak." Hanya kata itu yang mampu Amel ucapkan saat melihat tatapan datar dari Rendi.
"Kalau lo udah enggak mau gabung di club ini, lo bisa keluar. Percuma lo dateng ke sini, tapi pikiran lo ada di tempat lain," ucap Rendi ketus.
"Bukan gitu, Kak. Aku masih mau gabung ke club ini," ujar Amel dengan kepala tertunduk, "yang aku pikiran tadi bukan Raka, tapi Kakak," terang Amel lirih.
"Lo bilang apa tadi?" Rendi semakin memajukan tubuhnya ke depan, untuk memperjelas pendengarannya.
"Bukan apa-apa, Kak," jawab Amel sambil menggeleng. Beruntung Rendi tidak mendengar ucapan terakhirnya, kalau tidak, mau di taruh di mana mukanya? Dia nggak akan berani muncul lagi di depan Rendi kalau sampai dia mendengar ucapannya tadi.
"Gue nggak suka lo mikirin orang lain disaat gue lagi bicara." Tatapan dalam Rendi membuat Amel menjadi salah tingkah.
"Iyaa, Kak. Aku ngerti."
Siapa juga yang mikirin orang lain, aku akan mikirkan Kakak, batin Amel
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
buk e irul
belum di ungkapin dah cembokur 🤣🤣🤣
2021-10-05
0
Juniarty Sigalingging
kata2 yg bagus n mudah dipahami
lanjut thot😁😁
2021-10-02
0
Edah J
komen nya,,,,,like like like 😘😘😘
2021-10-01
0