Rendi berjalan ke depan Amel saat melihatnya menunduk. Dia kemudian mengangkat tangan kanannya dan menyentuh kepala Amel, mengacak rambut Amel dengan lembut.
"Yaa uda, sekarang kamu tidur, uda malem. Aku juga mau ke kamar sebelah, mau istirahat."
Amel hanya mengangguk dan setelah itu, Rendi berjalan keluar dan menutup pintunya. Dia akhirnya bisa bernapas lega setelah Rendi. Dia dibuat salah tingkah gara-gara insiden ciuman dan insiden baju tadi. Ketika teringat insiden ciuman tadi, tanpa sadar Amel megang bibirnya dengan wajah memerah.
Masih terasa jelas saat Amel tak sengaja mencium bibir Rendi. Ada sensasi aneh yang dirasakan saat bibir mereka bersentuhan. Kejadian itu terus berputar dipikiran Amel dan seperti enggan menghilang dari kepalanya. Amel bangkit dari duduknya kemudian naek ke tempat tidur, untuk membaringkan tubuhnya.
Saat Amel tidur menghadap ke samping, tercium jelas wangi parfum Rendi yang menempel di bantal dan selimut. Wangi segar yang berasal dari aroma citrus. Amel mengendus parfum yang menempel di selimut dan memeluk selimutnya seperti memeluk pemilik parfum itu. Parfum Rendi sangat menenangkan dan membuat Amel menjadi nyaman. Tidak butuh waktu lama Amel pun tidur.
Saat Rendi akan masuk ke kamar sebelahnya, dia melihat Friska baru saja keluar dari kamar Sofi. "Ren, aku mau bicara."
Friska melangkah dengan tertatih menghampiri Rendi. "Sudah malam. Lebih baik kau tidur."
Rendi berbalik dan meraih pintu kamar untuk membuka pintunya. "Ren, apa kau sungguh berpacaran dengannya?" Friska menahan tangan Rendi agar dia tidak pergi.
Rendi melepaskan tangan Friska setelah itu berbalik. "Iyaaa, aku harap kau bisa menjaga jarak denganku. Aku tidak mau dia salah paham kepadamu."
Mata Friska berkaca-kaca mendengar penuturan Rendi. "Apa kau masih marah padaku? Aku janji tidak akan membuatmu kesal. Ren, aku akan menuruti semua perkataanmu asalkan kau tidak memintaku untuk menjauhimu."
Bulu mata Rendi bergetar melihat Friska menahan air matanya. "Friska, seharusnya kau tahu kalau kita tidak mungkin seperti dulu lagi. Ini yang terbaik untuk kita. Aku harap kau mengerti."
Air mata Friska mengalir begitu saja. "Jadi, sekarang kau membuangku setelah merasa aku tidak berguna lagi untukmu? Semudah itukah kau melupakan kenangan kita berdua?"
Rendi berusaha keras untuk menampilkan wajah acuh tak acuhnya pada Friska. "Maaf Friska. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Tidurlah. Sudah malam." Tanpa menoleh lagi, Rendi segera masuk ke kamar dan menutup pintunya.
Rendi menyandarkan tubuhnya di belakang pintu sambil memejamkan matanya sejenak. Beberapa detik kemudian, terdengar suara ketuka pintu dari luar yang dia yakini kalau Friska yang melakukannya. Dia tidak membuka pintunya dan membiarkan pintu kamar itu diketuk terus-menerus hingga bunyi ketukan pintu itu akhirnya menghilang.
Dia kemudian melangkah ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya. Ketika dia berbaring, ingatannya justru tertuju pada Amel, bukannya Friska yang baru saja menemuinya. Rendi kembali teringat kejadian tadi saatndi kamarnya. Bagaimana bisa dengan mudahnya Amel memancing hasrat laki-lakinya. Dia tidak tahu, apa yang akan terjadi jika dia lebih lama lagi disana.
Rendi tidak bisa melupakan kejadian saat Amel tidak sengaja menciumnya tadi. Bayangan itu terus berputar di kepalanya seolah ingin merasakannya lagi. Rendi tak hentinya tersenyum bahagia mengingat hal itu. Setelah Rendi mengetahui Amel tidak mempunyai pacar. Dia berniat mengejar Amel dan membuat dia jatuh cinta padanya. Tekadnya semakin kuat setelah tahu bahwa dia yang mendapatkan ciuman pertama Amel.
Sebenarnya, Rendi sudah lama menyukai Amel, tapi sayangnya saat itu dia pikir Amel sudah memiliki kekasih, yaitu Raka. Itulah sebabnya Rendi memilih memendam perasaannya dan tidak mengungkapkan pada Amel, apalagi Amel terlihat selalu menghindar saat bertemu denganya dan nampak tidak suka padanya sehingga membuat Rendi akhirnya menjaga jarak dengannya.
Rendi berusaha bersikap tidak peduli jika bertemu dengan Amel, berharap bisa melupakan perasaannya, tetapi nyata dia salah. Justru rasa cintanya terus bertambah. Setiap melihat Amel bersama dengan Raka, dadanya terasa terbakar.
Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain memendam perasaannya dan mencoba menahan rasa cemburunya ketika melihat Amel dan Raka berduaan. Tanpa Rendi tahu kalau sebenarnya Amel juga menyukainya diam-diam, bahkan Amel yang lebih dulu menyukainya.
Alasan kenapa selama ini Rendi tidak pernah punya pacar karena dia mencintai Amel. Rendi memang bukan tipe orang yang gampang untuk jatuh cinta. Dia memilih bersikap cuek dan dingin dengan gadis lain dan diam-diam memperhatikan Amel dari kejauhan.
Setelah cukup lama berbaring di tempat tidur. Rendi mulai mengantuk dan memutuskan untuk tidur. Sebelum tidur dia ingin menyetel alarm terlebih dahulu karena takut kesiangan. Dia mencari keberadaan ponselnya diatas nakas dan di saku celananya, tetapi tidak menemukannya. Dia berpikir sebentar dan baru teringat kalau ponselnya tertinggal di kamar yang ditempati Amel.
Rendi kemudian keluar, berjalan menuju kamar Amel untuk mengambil ponselnya. Dia mencoba membuka kamarnya dengan kartu akses yang satu lagi. Rendi memang mempunyai kartu akses cadangan yang selalu dia bawa. Beruntung Amel tidak mengunci kamarnya dari dalam sehingga Rendi bisa masuk hanya menggunakan kartu saja.
Rendi berjalan pelan memasuki kamarnya, terlihat Amel sudah terlelap. Rendi mendekati ranjang lalu mendapati ponselnya tergeletak di atas nakas yang berada di samping tempat tidur. Dia meletakkan di situ saat dia berbaring menunggu Amel selesai mandi.
Rendi membungkuk mengambil ponselnya. Setelah itu menatap Amel yang sedang tertidur. Wajahnya terlihat seperti anak kecil, terlihat imut dan menggemaskan. Tanpa sadar Rendi tersenyum sendiri.
Rendi kemudian membenahi selimut Amel, mencium keningnya, setelah itu mengecup lembut bibir Amel dan berkata, "Selamat tidur, Sayaang," ucapnya lembut.
Rendi tersenyum kemudian berjalan keluar dari kamar Amel dan kembali ke kamarnya untuk tidur. Amel yang sudah terlelap dari tadi, tidak mengetahui kedatangan Rendi.
*******
Rendi terbangun ketika mendengar bunyi alarm. Dilihatnya jam menunjukkan pukul lima pagi. Dia kemudian berjalan ke kamar mandi membasuh wajah dan menggosok giginya. Setelah itu, dia berjalan keluar dan menuju ke kamar yang ditempati Amel.
Rendi memasukkan kartu akses, pintu terbuka, kemudian dia masuk. Rendi melihat Amel yang masih tertidur pulas. Dia akhirnya berjalan ke arah tempat tidur Amel duduk di tepi tempat tidur. Dipandangi wajah polos Amel sambil tersenyum.
Ddrrrttttt..Drrrrttttt
Ponsel Amel yang diletakkan di nakas samping tempat tidur bergetar. Terlihat tulisan, "Abang Raka memangggil" Rendi hanya memandang ponsel Amel yang terus bergetar. Setelah layar mati, ponselnya bergetar lagi.
Karena ponsel Amel terus saja bergetar, Rendi akhinya menjawab telpom tersebut karena Amel belum juga bangun. Dia menempelkan benda pipih itu ke telinganya sambil berjalan ke arah balkon kamarnya dan menutup pintu supaya Amel tidak terbangun.
"Mel, lo kemana aja sih, lama banget ngangkatnya?" Terdengar suara kesal dari ujung telpon lainnya.
"Ini bukan Amel," jawab Rendi datar.
"Ini siapa?" Tedengar suara Raka yang nampak terkejut.
Rendi menjawabnya dengan nada malas. "Rendi."
Disebrang sana, Raka nampak mengerutkan keningnya. "Rendi siapa?"
Rendi memasukkan tangan kirinya ke saku celananya dan menjawab dengan tenang. "Rendi Sapta Wijaya."
Setelah mendengar namanya, Raka kembali mengerutkan kening, tetapi dengan cepat dia berkata, "Amel mana? Kenapa bisa handphone dia bisa sama lo?" tanya Raka penasaran.
"Amel masih tidur, belom bangun,” jawab Rendi santai. Dia yakin kalau Raka saat ini pasti sedang kesal padanya.
Dan benar saja setelah mendengar jawaban dari Rendi, Raka mengepalkan tangannya. "Kenapa lo bisa ada di kamar Amel?"
Rendi sebenarnya malas berbicara dengan Raka, hanya saja, dia ingin tahu, sebenarnya bagaimana perasaan Raka terhadap Amel. "Amel yang ada di kamar gue," jawab Rendi santai.
Di sebrang sana Raka terlihat sedang menahan amarahnya. “Maksudnya, Amel lagi di rumah lo?”
“Nggak, gue lagi di De Glace Hotel sama Amel.”
Seketika amarah Raka, tidak terbendung lagi. Darahnya mendidih setelah mendengar penuturan Rendi. Dia langsung mengumpat Rendi. “Brengsek, apa yang uda lo lakuin sama Amel? Haaaah?"
Rendi menarik senyum sinisnya. Tebakannya benar, Raka menyukai Amel. "Gue nggak ngapa-ngapain Amel," ucap Rendi seadanya. Dia tidak berniat untuk menjelaskan lebih lanjut pada Raka. Dia membiarkab Raka berpikir sesukanya.
"Terus ngapain lo berduaan sama Amel di hotel, haaah!!" teriak Raka dari ujung telpon.
Rendi masih terlihat santai, meskipun dia tau kalau Raka terlihat sangat marah. "Gue cuma ngejagain dia," jawab Rendi datar.
"Bang-sat! Kalau lo bawa dia ke hotel, lo ngerusak dia, bukan jagain dia namanya!" maki Raka.
Senyum Rendi makin terlihat jelas saat mendengar makian Raka. "Gue nggak pernah maksa Amel buat tidur di sini."
Raka kembali mengumpat. "Nggak mungkin kalau Amel nawarin diri. Dia itu gadis polos, nggak tahu apa-apa. Pasti lo yang uda ngerayu dia, 'kan?" Raka berbicara dengan nada tinggi.
"Amel cuma numpang tidur di sini."
Napas Raka naik turun karena amarahnya. "Awas aja kalau sampe gue tau kalau lo uda nyentuh dia, gue habisin lo."
Rendi mencibir dan tersenyum tipis mendengar ancam dari Raka. "Gue sayang sama dia, jadi nggak mungkin gue ngerusak dia." Rendi masih terlihat santai tidak ada emsosi sedikit pun di wajahnya.
"Gue nggak mau tahu, mulai sekarang jauhin Amel. Jangan pernah lo deketin dia lagi," perintah Raka.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
buk e irul
sehat sehat terus ya Thor 😘😘😘
2021-10-05
0
Lisa Aulia
aku ngerasa kayak nya Raka ada rasa juga sama Amel...cuma dia nggak mau mengakui...takut nya Amel menjauh...mungkin.....
2021-10-05
3
Edah J
tetap sehat dan semangat 💪💕
2021-10-01
0