Tiba-tiba saja langkah Dira terhenti saat wajah seram Hapsari muncul dihadapannya.
"Astagfirullah! Jangan ngagetin kayak hantu aja!" kesal Dira.
"Kan emang gue hantu, lo lupa, ya?" ucap Hapsari sambil memiringkan wajahnya.
"Iya lupa, keseringan liat wajah lo yang hampir tiap hari gue liat," ucap Dira sambil menembus tubuh Hapsari.
"Tunggu!"
"Apalagi sih, gue capek! Lo mah enak hantu jadi gak ngerasain capek," kesal Dira.
"Lo kok sewot mulu sih?" tanya Hapsari yang sudah berada dihadapan Dira lagi.
"Gimana gue gak sewot, lo sesuka hati masuk ke badan gue tanpa permisi... lo kira badan gue apa?" Dira sudah tidak bisa menahan amarahnya.
Karena saat arwah itu masuk dan keluar dari badan Dira, membuat tubuh Dira sangat kelelahan. Bakan rasanya saat ini juga Dira ingin merebahkan dirinya, namun ia tahan karena masih dipinggir jalan.
"Habisnya lo lambat sih," ucap Hapsari santai.
Dira malas menanggapi Hapsari yang sudah sesuka hatinya menggunakan tubuh Dira tanpa permisi.
"Lo marah?" tanya Hapsari sambil mengikuti Dira.
"Pikir aja sendiri!" bentak Dira.
"Lah, emang saya lagi mikir sendiri mbak," ucap mas-mas yang sedang berjalan disebelah Dira.
Dira menoleh sambil tersenyum kikuk, dia sedikit membungkukkan badannya sambil berkata,"maaf ya mas, saya ngomong sendiri soalnya lagi ada tugas buat hapalan."
"Iya mbak, lain kali kalau mau hapalan di rumah aja... biar mbaknya gak dikira gila " saran mas-mas itu lalu pergi meninggalkan Dira.
"Hahahaaa," tawa renyah Hapsari terdengar jelas ditelinga Dira.
"PUAS LO!" teriak Dira, membuat beberapa orang yang berada disekitarnya ikut menoleh kearah Dira.
Dira yang merasa diperhatikan langsung saja mempercepat langkah kakinya, untung jalan ini banyak kendaraan yang lewat. Sehingga tidak butuh menunggu lama Dira langsung mendapatkan sebuah taxi, dengan cepat Dira masuk kedalam taxi sebelum semua orang mengiranya ada kelainan jiwa.
Setelah beberapa saat Dira sampai dirumahnya, ia menghampiri sang mama yang tengah berkutat didapur membuat kue.
"Loh sayang kenapa udah pulang?" tanya sang Mama.
"Emmm... Dira sedikit gak enak badan mah, makanya Dira disuruh pulang istirahat," ucap Dira sambil memainkan tali tasnya.
Dira bukan orang yang pandai berbohong, sehingga agak susah untuk Dira menjawab pertanyaan sang mama. Tapi memang benar jika Dira sedang tidak enak badan, karena anemia yang ia derita membuatnya mudah lelah. Apalagi raganya selalu saja dipinjam oleh Hapsari tanpa permisi.
"Yaudah, istirahat dikamar sana... mama mau lanjutin buat kuenya," ucap sang mama sambil mengusap lengan Dira.
"Oke mama." Dira menyusuri tangga dengan malas, kakinya sudah lemas sekali bahkan sudah tidak ada tenaga untuk menaiki anak tangga.
"Kalau bisa terbang enak kali, ya? gumam Dira.
"Enak kok, nih lihat!" perintah Hapsari yang sedang mempraktekan dirinya melayang diudara.
"Huhh!" Dira hanya bisa mendengus kesal sambil terus memaksakan tubuhnya hingga sampai dikamar.
"Lo ngapain sih ngikutin gue mulu, gak ada kerjaan apa?" tanya Dira dengan nada ketus.
"Ini anak kalo capek jadi bodoh," batin Hapsari.
"Emang gak ada, lo lupa kalo gue ini hantu," jelas Hapsari.
"Terserah!" Dira menekan disetiap kata yang ia ucapkan.
Saat melihat kasur mata Dira langsung berbinar seperti menemukan tumpukan uang, dengan cepat Dira merebahkan tubuhnya diatas kasur bigsizenya.
"Nikmat mana lagi yang kan kau dustakan," gumam Dira.
Hapsari duduk di meja belajar Dira sambil mengamati kelakuan Dira.
"Gue kok bisa sih minta tolong sama orang kek dia, tapi cuma dia yang bisa liat gue," batin Hapsari.
"Raa, Diraa!" panggil Hapsari.
"Hmm?" saut Dira sambil memejamkan matanya.
"Lo bisa gak sih, gak usah caper sama Dika!" Hapsari mengingat tatapan Dika tadi.
Mendengar hal itu membuat mata Dira terbuka lebar-lebar, dia tidak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini dari mulut Hapsari.
"Apa lo bilang gue caper sama Dika? Heh, bukannya lo yang asal masuk ketubuh orang dan gunain tubuh gue buat ngbucin sama Dika?" bentak Dira, entah kenapa emosi Dira sejak tadi tidak bisa terkontrol.
"Iya sih, habisnya gimana, Ra... gue kangen sama Dika, gue kangen sama kebersamaan gue sama Dika hiks hiks," jawab Hapsari sambil menangis.
"Gue tahu, tapi gak gini caranya.. Lo main masuk ketubuh gue sesuka hati lo, tanpa permisi dulu." kesal Dira, kini posisi Dira sudah terduduk diatas kasur sambil menatap Hapsari.
"Kalau kek gini, perjanjian kita batal... gue gak mau bantuin lo!" ancam Dira yang sudah kembali membaringkan tubuhnya membelakangi Hapsari.
"Loh gak bisa gitu dong, Ra... cuma lo yang bisa bantuin gue, cuma lo yang bisa buat bantuin gue komunikasi sama Dika!" ucap Hapsari.
"Bodo amat!" Dira menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Jangan ngambek kek anak kecil kenapa sih, Ra!" Hapsari mulai mendekati tubuh Dira.
"Suka-suka gue lah," saut Dira.
"Iya-iya gue janji gak akan masuk ke badan lo sesuka hati gue, gue akan bilang dulu kalo mau masuk badan lo, Ra," ucap Hapsari sedikit memohon.
"Kemaren juga bilang gitu tapi apa?" tanya Dira semakin mengeratkan selimutnya.
"Habisnya gue gak tega lihat Dika kek tadi." jujur Hapsari.
"Jadi lo tega nyiksa badan gue?" tanya Dira ada sedikit penyesalan dari Dira karena menyetujui membantu Hapsari.
"Ya gak tega.. arrghh! Pokoknya gue janji Ra bakalan izin dulu sama lo kalo gue mau masuk dalam tubuh lo," ucap Hapsari.
"....."
"Ra, lo dengerin gue gak sih? Andiraa!" teriak Hapsari namun tidak ada jawaban dari bawah selimut itu.
"Jangan ngambek mulu dong, lo doang yang bisa bantu gue, Ra!" Hapsari ingin sekali membuka selimut itu tapi sayangnya ia tidak bisa.
"Raa... Diraa!" panggil Hapsari namun tetap saja tidak ada jawaban.
Hapsari kini duduk memandang keluar jendela, hatinya terasa sedih saat mengingat ia tidak bisa melakukan banyak hal lagi. Terlebih lagi, waktu bersama Dika sudah tidak ada lagi. Mungkin Hapsari bisa melihat semua gerak gerik Dika, tapi Dika tidak bisa. Dika tidak bisa melihat Hapsari yang sudah menjadi arwah gentayangan karena masih ada masalah yang belum ia selesaikan didunia ini, yaitu mencari tahu siapa pelaku pembunuhan Hapsari waktu itu.
Pukulan benda tajam yang sangat keras membuat Hapsari melupakan bagian penting dari siapa pelaku pembunuhannya.
"Mars, gue kangen habisin waktu kita bareng-bareng," ucap Hapsari sambil menangis meratapi nasibnya.
"Gue gak bisa liat lo jalan sama cewek lain, hati gue sakit Mars... gue udah gak bisa sentuh lo dengan tangan gue sendiri hiks hiks," tangis Hapsari terdengar menyedihkan.
Membuat Dira samar-samar mendengar semua yang dikatakan Hapsari, ia tidak tega melihat Hapsari seperti itu.
...😪😪😪😪😪😪😪😪😪😪...
Apa yang terjadi selanjutnya?
Yuk ikuti Titipan Mata Arwah selanjutnya
Jangan lupa tinggalin jejaknya di mari kakak🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
ko GT sih hantu Hapsari
2024-11-10
0
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
yeeee suka " , dihhh kamu cemburu hapsari, Terima nasib saja ngapa
2024-08-01
0
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
bukan bodoh tapi bgeblenk kalau lagi capek
2024-08-01
0