..."Sesulit apapun aku menemukanmu Kamu tidak akan jadi masalah buat aku"...
...~Dika~...
LIKE VOTE NYA KAKAK🙏🙏
...~~~~~~~...
"Lu bohong! Lu pasti ngarang cerita ini kan?" pertanyaan miris yang keluar dari mulut Dika sambil menggeleng-gelengkan kepala tak percaya jika jasad Hapsari ada di dalam tong berisi cor semen kering.
"Gue gak bohong! nggak ada untungnya bohong! Terserah Lu percaya atau enggak tapi jasad Hapsari ada di dalam Tong itu." ucap Dira Seraya pergi meninggalkan gudang perpustakaan.
"Nggak mungkin Mine! Nggak mungkin lo ada di situ!" bisik Dika tak percaya menatap tong yang ada di depannya.
Perlahan Dika berjalan mendekati tong
yang berisi cor semen yang sudah mengeras. Mata Dika mulai sembab dengan air mata.
"Tega banget orang yang melakukan ini sama Lu Mine." bisik Dika.
Tangannya mulai menyentuh tong di depannya tanpa dia sadari air mata sudah mengalir di kedua pipi Dika di ujung matanya. Tangannya mengusap tong, hatinya berdebar keras dan dadanya terasa sesak.
"Pasti menyakitkan Mine." ucap jika saat dia membayangkan bagaimana Hapsari dimasukkan ke dalam tong dan ditimbun dengan cor semen.
"BIADAD!" Pekik Dika tertahan sambil tertunduk dan jatuh bersimpuh menangis.
"Gue akan cari bajingan itu Mine! Gue janji," ucap Dika dengan suara bergetar.
Dika berdiri lalu dia bergegas berjalan meninggalkan Tong itu, Dia tidak sanggup untuk berlama-lama di tempat itu hatinya benar-benar hancur saat ia berada di dekat tong itu.
Ada sepasang mata dan telinga yang melihat gerak-gerik dan mendengar pembicaraan Dika dan Dira di belakang gudang sekolah, sepasang dengan mata berkilau tajam menakutkan sambil mendengus
"Cepat siapkan mobil mereka menemukan tong itu." perintah nya dengan suara khas bass nya.
Dika berjalan bergegas menuju kelas, dia menyambar tas lalu bergegas berjalan keluar meninggalkan kelas.
"Mau bolos Lu ya?" tanya Robi mengejar.
Dika tak menjawab Langkah kaki dan matanya lurus ke depan.
"Ka! Sebentar lagi ulangan Sastra Inggris! Lu gila mau bolos!?" cegah Robi mencekal tangan Dika.
Dika mendengus kasar dengan wajah penuh kemarahan, saat ini tidak ada yang dia pedulikan kecuali mencari pembunuh Hapsari dan membalaskan dendamnya.
"Lepaskan!" Dika menepis kasar tangan Robi.
Robby kaget melihat wajah Dika yang sangar dan juga penuh kemarahan.
"Gue cuma-," Robi belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Dika sudah meninggalkannya berjalan dengan cepat setengah berlari menuju parkiran sekolah.
"Ahhh! Bomatlah." decak Robi mengacak kepalanya dan berjalan menuju bangkunya.
***
Di gudang belakang Perpus.
Lima orang mengangkat tong yang berisi semen cor yang sudah mengeras untuk diangkat ke dalam sebuah mobil losbak.
"Gila nih orang gak ada kerjaan! ngapain coba tong di kasih adukan semen segala, udah gitu nyuruh kita buang lagi." decak salah seorang di antara mereka.
"Iya mana berat lagi kalau nggak ingat bayarannya gede Ogah Gue ngangkat kayak ginian." sahut temennya.
"Hooh, Gue juga sama ngelihat duitnya makanya Gue mau." timpal yang lain.
"Ayo buruan kita kerja! Angkat drum nya mulai!" teriak sopir yang memberi perintah.
"Satu-dua- ti-gaaa!" aba-aba dari sopir.
Dengan susah payah mereka berlima bisa mengangkat drum yang beratnya nya kurang lebih sekitar 100 ton.
"Ayo cepat kita keluar dari sekolah ini!" perintah sopir.
Mobil losbak keluar dari area sekolahan, mobil itu melaju ke arah luar kota. 2 orang duduk di bangku sopir dan yang berketiga duduk di belakang menjaga dan menahan tong agar tidak goyang
"Biadab mereka! Mau Dibawa Kemana tong ini," dengus arwah Hapsari marah dengan mata darahnya melihat setiap kejadian terhadap jasad dia di dalam drum.
"Aku akan membuat mereka celaka,"dengusnya kembali.
Saat jalanan curam dan menanjak tiba-tiba drum bergetar hebat, tiga orang yang duduk di belakang cepat-cepat menahan agar drum tidak rubuh dan menggelinding. Tapi drum terus semakin kuat bergetar hingga membuat ketiga orang yang ada di belakang mobil losbak heran, takut sekaligus panik.
"Kenapa drum ini bergerak sendiri?" ucap salah seorang diantara ketiganya sambil memegang drum
"Kuat banget getarannya gue nggak sanggup nahan lagi!" sahut temannya yang sudah tak kuat memegang drum.
"Jangan di tahan lepasin aja!" saran teman nya lalu dia melepaskan tangannya pada drum dan menyingkir agak jauh.
Buk Buk
"BERHENTI!!" teriak suara dari belakang mobil sambil memukul kap mobil.
Sopir berusaha mengerem mobil tapi tiba-tiba rem mobil blong dan sopir panik seketika.
"REM BLONG GAWAT INI!" teriak sopir membuat semua penumpang terutama yang ada di belakang panik berpegangan kuat.
Mobil semakin melaju kencang tak terkendali.
Untuk menghindari tabrakan dengan mobil yang datang dari arah depan, sopir membanting stir ke arah kiri tapi Naas mobil masuk ke dalam Sungai yang besar dan dalam. Semua penumpang yang ada ada belakang loncat untuk menyelamatkan diri jatuh ke sungai. .
Sementara sopir dan penumpang yang ada di bagian depan tidak bisa menyelamatkan diri dan ikut jatuh masuk ke dalam sungai yang cukup dalam lalu tenggelam. Begitu juga dengan tong di mana arwah Hapsari berada ikut tenggelam di dasar sungai.
***
Dika mendatangi kantor polisi, Dimana tempat Omnya bertugas. Lalu dia mengungkapkan Semua yang dia lihat hari ini dan Dika meminta tolong kepada Om nya yang bernama Putra untuk membantunya meneliti drum yang berisi jasad Hapsari.
"Dika apa ucapanmu bisa dipertanggungjawabkan? Karena kalau kamu salah bisa dituntut melakukan membuat laporan palsu," ucap Putra mengingatkan Dika untuk tidak main-main dengan setiap laporan yang disampaikan kepada pihak Kepolisian
"Dika serius Om! Om sendiri waktu itu yang menangani kasus hilangnya Hapsari. Tapi sampai hari ini Hapsari belum ditemukan keberadaannya." Dika menjelaskan dan juga mengingatkan tentang kasus Hapsari yang hilang begitu saja belum ditemukan.
Putra terlihat menyimak perkataan Dika ada benarnya, bisa saja ada orang yang membunuh Hapsari dan menghilangkan jejaknya.
"Baiklah kalau begitu sekarang juga kita ke sekolahan kamu untuk mengecek laporan kamu." ajak Putra.
Mereka berdua lalu pergi menuju ke sekolah Dika. Begitu Putra dan Dika sampai di sekolah, Putra ke kantor kepala sekolah, tapi tidak bertemu dengan kepala sekolah karena sedang tidak ada di tempat.
"Maaf Pak Putra, Pak Bani sedang keluar dia tidak ada ditempat. Kalau boleh tahu ada keperluan apa sampai bapak datang ke sekolah kami?" tanya Pak Yogi wakil kepala sekolah dengan sangat sopan.
"Ini berkaitan dengan kasus hilangnya Hapsari 6 bulan yang lalu saya akan memeriksa lokasi di ini." Ucap Putra.
"Silahkan Pak, mari saya antar." Yogi menawarkan diri.
Mereka bertiga berjalan menuju gudang belakang perpustakaan, sesekali Yogi melirik Putra dan Dika bergantian. Begitu sampai tempat yang di tuju, Dika terkejut berbalik menatap Putra.
"Om tong nya hilang!" pekik Dika terkejut sekaligus bingung.
Mata Dika menyapu berkelilingPutra mendekat.
"Tadi posisi nya di mana Ka?" tanya Putra meneliti setiap sudut dengan mata awalnya.
"Di sini Om." Dika menunjuk menatap tempat itu tak percaya siapa yang sudah memindahkan drum itu
...🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔...
Penasaran siapa dalang semua kejadian episode ini?
Stay terus ya di Titipan Mata Arwah.
Terimakasih untuk like vote gift dan komentar nya kakak 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
siapa yang bunuh
2024-11-10
0
FiaNasa
jangan2 kepala.sekolah biang keladinya & Selena,dugaan sih
2024-08-06
2
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
100 ton? sebesar apa drum nya, salah gak ini merekayasa nya🤭
2024-07-31
0