..."Jangan terlalu benci padaku karena aku yakin kamu belum kenal siapa aku"...
...~Dira~...
LIKE LIKE FAVORIT KAKAK
...~~~~~~~~...
Arwah Hapsari yang berada di tubuh Dira berjalan menuju gedung perpustakaan tua. Saat berada di pojok salah satu gudang perpustakaan Hapsari berhenti tepat disebuah drum kaleng yang sangat besar dan saat itulah arwah Hapsari keluar dari tubuh Dira.
"Aaa! Gue ada di mana?" pekik Dira terpental hampir jatuh saat arwah Hapsari keluar dari tubuhnya.
"Liat tong itu, jasadku disembunyikan oleh mereka di dalamnya," ucap arwah Hapsari sambil memandang ke arah tong yang diisi adukan semen yang sudah mengering.
Dira berjalan mendekat kearah tong tanpa berani menyentuhnya, tanpa dia sadari hatinya ikut merasa sedih. Betapa biadabnya orang yang sudah melakukan tindakan seperti ini kepada Hapsari.
"DIRA! Eh... eh.... " Nisa memanggil Dira dengan napas terengah-engah.
"Nisa!" Dira terkejut saat Nisa sudah berdiri di belakang mengikutinya.
"Lu lagi ngapain disini? Bel udah bunyi buruan kita harus masuk kelas! sekarang jam nya bahasa Inggris Bu Endang. Kalau terlambat bisa habis kita ama dia!" ajak Nisa sambil menarik tangan Dira untuk kembali ke kelas cepatnya.
"Tapi itu-," kalimat Dira tak selesai Nisa sudah menyeret Dira meninggalkan belakang gudang perpustakaan.
"Gimana caranya Gue ngasih tau ke orang kalo di tong itu ada jasad Hapsari." batin Dira sepanjang jalan menuju kelas sambil kepalanya menggeleng.
Ruang kelas Xll IPS 2.
"Kemana teman kalian? Kenapa masih ada bangku kosong? Dika! kamu sebagai ketua kelas seharusnya kamu sudah tahu kalau Ibu tidak suka ada siswa yang terlambat saat jam mata pelajaran ibu! Semua murid sudah harus ada di dalam kelas tidak ada yang terlambat satupun! Kalau ada yang terlambat, Ibu tidak akan memulai pelajaran bahasa Inggris. Mengerti kalian? Ini hukuman untuk kalian semua!" hardik Bu Endang dengan mata melotot menyapu seluruh ruangan membuat semua yang ada di kelas itu tertunduk.
20 menit berlalu Bu Endang yang duduk di depan masih menampakan wajah galaknya sambil memainkan hp-nya, sementara siswa-siswi 12 IPS 2 saling berpandangan dan terlihat wajah-wajah jenuh, gabut dan boring akut.
Dika berdiri dari duduknya berjalan ke depan.
"Saya akan mencari mereka Bu." ucap Dika berjalan ke luar, belum sampai pintu Nisa dan Dira sudah berdiri terengah di pintu masuk kelas.
"DARI MANA KALIAN!" teriakan Bu Endang membuyarkan lamunan Dira dan juga menghentikan langkah Nisa dan Dira yang tepat berdiri di pintu masuk kelas.
"Maaf Bu, kami tadi kebelet jadi ke toilet dulu." Nisa beralasan.
"Jangan ngeles kalian! Gara-gara kalian jam pelajaran Ibu jadi belum di mulai. Sekarang kalian berdua berdiri di depan kelas!" bentak Bu Endang sambil matanya menatap tajam ke arah Dira dan Nisa bergantian.
Dika dengan wajahnya yang kesal menatap tajam ke arah Nisa dan Dira. Saat tatapannya jatuh pada Dira, sorot kebencian terlihat jelas membuat Dira merasa tidak nyaman dan menundukkan kepala.
"Kamu anak baru ya? Siapa nama kamu?" tanya Bu Endang dengan juteknya.
"Andira Bu." jawab Dira grogi.
"Masih baru sudah berani terlambat! ujar Bu Endang sinis.
"Kalian semua Lihat! Mereka berdua adalah orang yang menyebabkan jam pelajaran kita terganggu. Hukuman apa yang pantas untuk mereka agar mereka jera?" tanya Bu Endang dengan suara barito nya dan mata melotot.
"Huuuu...!" teriak murid Xll IPS 2 kompak sambil melemparkan bulatan kertas yang di remas ke arah Nisa dan Dira.
Entah siapa yang mulai lebih dulu, kelas tiba-tiba ricuh dan semua murid melempari Nisa dan Dira dengan gumpalan kertas kecuali Dika yang menatap mereka berdua dengan tatapan yang puas.
DOK... DOK?
"BERHENTI SEMUA!! 'teriak Bu Endang sambil memukul papan tulis dengan penghapus.
Teriakan itu seketika menghentikan kegaduhan dalam kelas.
"Selama seminggu kalian dihukum mengerjakan piket kelas dan selama jam pelajaran Ibu kalian berdua harus tetap berdiri di depan kelas mengerti!" hardik Bu Endang menatap sinis.
"Baiklah murid-murid, sekarang kita mulai pelajarannya. Buka buku bahasa Inggris paket halaman 31!" perintah Endang kepada murid muridnya.
Sementara Dira dan Nisa berdiri dengan wajah cemberut di depan kelas seperti dua orang pesakitan.
"Hukuman itu belum cukup Bu!" protes Dika berdiri.
"Kalau hanya dihukum seperti itu tidak setimpal dengan setengah jam pelajaran yang sudah berlalu. Saya usul hukuman mereka harus ditambah agar bisa jadi peringatan buat kita semua untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang mereka lakukan!" usul Dika membuat Nisa mendengus kesal dan Dira membulatkan matanya ke arah Dika.
"Dasar carmuk!" dengus Nisa kesal dengan mulut mengerucut.
"Menurut kamu hukuman tambahan apa untuk mereka Dika?" tanya Bu Endang.
"Mereka harus meminta maaf ke seluruh kelas 12." jawab Dika mendongakkan wajahnya dengan angkuh.
"Hah?" Dira dan Nisa serempak berseru dengan mulut menganga.
"SETUJUUU!" teriak seisi kelas serentak di iringi tawa kepuasan.
"Bu, tolong jangan di tambah hukuman saya." Nisa memohon dengan wajah memelas kepada Bu Endang sementara Dira hanya diam saja.
"Sial bener Gue hari ini!" batin Dira menatap tajam Dika.
"Lakukan tambahan hukuman untuk kalian sekarang juga!" perintah Bu Endang tanpa rasa iba sedikitpun.
Dengan perasaan malu grogi dan juga Canggung Dira dan Nisa mendatangi satu per satu kelas IPS dan MIPA. Kelas terakhir yang mereka datangi adalah kelas Selena.
"Permisi maaf mengganggu, kami berdua di hukum karena terlambat mengikuti jam pelajaran Bahasa Inggris dan mohon jangan di tiru karena kami contoh yang salah." ucap Dira dan Nisa serempak.
"Wow! Sadis hukuman Bu Endang!" celetuk Ardan sinis.
Arwah Hapsari tiba-tiba memasuki tubuh Dira kembali membuat tubuh Dira Menggeliat sekejap. Mata Dira tajam menatap Ardan dan mendekati Ardan sambil berjalan mengendus.
"Citrus... citrus." desah Hapsari yang merasuki tubuh Dira.
Seisi kelas 12 MIPA 3 menatap heran dan aneh dengan sikap Dira begitu juga dengan Nisa.
"Dira! Apa yang Lu lakuin?" tanya Nisa menarik tangan Dira.
begitu tubuh Dira berbalik ke arah Nisa betapa terkejutnya Nisa karena mata Dira berwarna merah dengan tatapan tajam dan menakutkan ada darah yang mengalir dari mata kirinya hingga membuat Nisa menjerit dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Aaaaa!!" teriak Nisa berlari sekuat tenaga keluar Kelas Selena.
Murid yang lain mendekati Dira yang berdiri membelakangi mereka. Ardan yang paling berani maju paling depan mendekati Dira dengan penasaran.
"Apa yang bikin tuh cewek ampe shock liat temannya sendiri." batin Ardan.
Jarak Ardan makin dekat hingga napas Dira bisa terdengar jelas. Semua murid tampak tegang.
👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻
Apa yang terjadi selanjutnya
Yuk ikuti next episode
Titipan Mata Arwah.
Terimakasih untuk Like vote gift dan komentar nya 🙏
Mohon dukung terus ya kakak 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
nah kan Dira kena hukum
2024-11-10
0
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
bacanya tegang sendiri, wkwkwk sampai lupa bernafas 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2024-07-26
1
〈⎳ Life of Muzu
👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻👻
2023-01-04
0