..."Tidak ada seorang pun dengan Mudah Melupakan sebuah kenangan apalagi kenangan itu memasung hati dan pikirannya"...
...~Dika~...
LIKE FAVORIT YA KAKAK
...~~~~~~~~...
Ardan menepuk pundak Dira bersamaan dengan keluarnya arwah Hapsari dari tubuh Dira.
"Ngapain Lu pegang-pegang?" Dira menoleh ke arah Ardan sambil menatap tajam.
"Sorry! Gue cuman heran kenapa temen Lo Ampel lari tunggang langgang ngelihat Lo." Ardan menjawab sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.
Dira langsung berbalik setengah berlari menyusul Nisa.
"NISAA! TUNGGUU!" teriak Dira tapi Nisa tidak menghiraukannya. Nisa terus berlari menjauh dari Dira menuju kelas mereka.
Nisa tiba-tiba berhenti mendadak tanpa menoleh ke belakang.
"Nisa!" Panggil Dira saat jarak mereka sudah dekat.
"Ada apa Nis? Gue nggak ngerti apa yang baru saja terjadi, ampe bikin Lu ketakutan. Please Nis! Tolong bilang Gue apa yang Lu liat?" Dira berkata dengan suara pelan hampir berbisik.
Nisa memberanikan diri menoleh ke belakang. Saat matanya menatap wajah Dira, Nisa terbelalak melihat mata kiri Dira yang normal tidak seperti tadi waktu di kelas Selena.
"Gak mungkin! Ini mimpi atau halusinasi Gue?" Nisa menggelengkan kepala tak percaya dengan apa yang dia lihat tadi.
"Nis, Lo kenapa? Please tolong cerita ke Gue!" Dira memegang pundak Nisa pelan tapi Nisa menepis nya kasar.
"Apa yang terjadi sebetulnya Nis? Apa Lu tadi melihat wajah Gue yang menyeramkan? Nisa Gue gak ingat karna tadi arwah Hapsari tiba-tiba masuk dalam tubuh Gue." Dira berkata sambil menundukkan kepala.
"Sorry Nis, Gue juga bingung ngadepin ini semua hiks hiks hiks hiks.... " Dira menangis dia tidak mengerti harus menjelaskan dengan cara bagaimana agar Nisa mengerti bahwa ini semua bukan karena keinginannya tapi karena ulah arwah Hapsari.
"Pasti berat buat Lo." ucap Nisa tiba-tiba membuat Dira mengangkat wajahnya.
"Banget." sahut Dira.
Wajah Dira begitu sedih, air mata mengalir di kedua pipinya tapi bukan air mata darah seperti tadi Nisa lihat. Nisa merentangkan tangan melihat hal itu membuat Dira langsung mendekat dan memeluknya.
"Maafin Gue Ra. Tadi Gue bener-bener shock." Nisa berucap sambil ikut menangis melihat nasib sahabat barunya.
"Makasih Nis, Lu emang sahabat Gue. Selama ini nggak ada yang perlakukan Gue kek gini, mereka selalu melihat Gue dengan takut dan jijik tapi Lo beda." ucap Dira terharu dengan sikap tulus sahabat yang baru dua hari di kenalnya.
"Gue janji akan ada di samping Lu Ra." Nisa menepuk punggung Dira.
"Kita masuk kelas sekarang Nis, nanti kena hukum lagi." ajak Dira mengingatkan Nisa.
"Males, Gue mau ke atas aja." Nisa berjalan menuju tangga meninggalkan Dira yang bingung antara masuk kelas atas ikut bolos jam mapel Bu Endang mengikuti Nisa.
"Kenapa jadi gini! Ah bomat lah kalau harus di hukum lagi." gumam Dira akhirnya memutuskan menyusul Nisa ke Rooftop.
"NISA TUNGGUU!" teriak Dira menyusul Nisa.
***
Layar HP Sasha menyala tanda ada notif pesan masuk dari Nisa.
📥 Sha keatas
Sasha melihat ke arah Guru yang sedang sibuk dengan hpnya, sementara semua siswa sibuk menyalin catatan di papan tulis yang sedang ditulis oleh Wulan sekretaris kelas.
"Aaaww!" Sasha tiba-tiba merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.
Pak Johan guru biologi dan dan murid lainnya yang sedang serius mencatat langsung menengok kearah Sasha mendengar teriakan Sasha.
"Kenapa kamu Sha?" tanya Pak Johan melihat kearah Sasha.
"Maaf Pak perut saya sakit sekali tiba-tiba. Aduh aauu!" jawab Sasha sambil merintih kesakitan.
" Pak Johan izin ke UKS minta obat dan istirahat sebentar rasanya sakit banget pak. Sasha takut nggak kuat dan pingsan di kelas." kata Sasha dengan wajah menampakan kesakitan yang luar biasa.
"Ya sudah kalau gitu buruan kamu cepat ke UKS. Dita kamu antar kan Sasha ke UKS!" perintah Pak Johan.
"Tidak usah Pak, saya bisa sendiri. Saya masih kuat untuk berjalan saya enggak mau merepotkan teman. Lagian mereka sedang mencatat pelajaran yang sangat penting." Sasha beralasan.
"Ya sudah kalau begitu kamu cepat ke UKS biar sakitnya tidak bertambah parah," pesan Pak Johan.
Sasha langsung berdiri dan berjalan keluar kelas.
"Yes!" pekiknya tertahan dengan senyum keberhasilan sambil mengepalkan jari-jari tangannya dan mengangkatnya.
Sasha langsung menuju ke Rooftop menyusul Nisa dan Dira yang sudah duduk di pinggiran Rooftop memandang sekeliling sekolah mereka yang terhampar pemandangan makam kuburan Pecinan dan Vihara dengan cat merah menyala.
"Hai! cantik-cantikku!" sapa Sasha begitu melihat kedua sahabatnya sedang duduk santai sambil mengayun-ayunkan kaki.
"Tumben bolos?" tanya Sasha kepada dua sahabatnya sambil mengangkat kedua alisnya.
"Habis kena hukum kita Sha." jawab Nisa terlihat masih bete jika mengingat hukuman dari Bu Endang.
"Bu Endang Ya?" tebak Sasha melihat ke arah Dira dan Nisa bergantian.
"Hooh." Dira dan Nisa menjawab serempak kemudian saling pandang dan tertawa.
"Hahaha Jodoh!" ucap keduanya kembali bersamaan.
Sasha cemberut melihat kekompakan mereka berdua.
"Napa cantik kok wajahnya di tekuk kek tiker mushola?" goda Nisa sambil mengusap dagu Sasha.
"Gue ngiri napa cuma kalian yang dihukum coba kita bertiga di hukum kan tambah seru." ungkap Sasha.
"Hahaha, gimana ceritanya kita kan beda kelas Sha." Nisa terkekeh mendengar ucapan Sasha.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI!!" teriakan suara tenor yang membuat ketiganya menoleh ke arah asal suara.
"DIKA?" teriak ketiga gadis dengan mata membulat dan mulut terbuka bersamaan.
"Belum cukup hukuman dari Bu Endang buat Lu berdua?" cecar Dika dengan sinisnya.
"Apa perlu Gue aduin Lu bertiga ke BP?"
"Heh Lu napa kek orang punya dendam ama kita! Lo ada masalah ya ama kita?" Nisa bertanya sewot pada Dika sambil berkacak pinggang.
"Iya Gue ada masalah ama kalian berdua karena Gue ketua kelas kalian!" Dika tidak kalah meninggikan suaranya menatap tajam Nisa dan Dira bergantian.
"Sudah! Kenapa malah gelut mulut kalian berdua. Gue mau masuk kelas aja lah ga asik disini." celetuk Sasha pergi duluan.
"Nis, Gue balik ke kelas ya bye," pamit Dira dengan suara pelan.
"Cuih! Dasar carmuk!" ejek Nisa sebelum pergi meninggalkan Dika.
"Kalau cowok udah Gue-." Dika tidak meneruskan kata-katanya tapi hanya giginya gemeretak menahan marah.
Mereka meninggalkan atap gedung sekolah dengan perasaan kesal.
"Murid baru itu bikin Gue badmood mulu!" batin Dika sambil memandang punggung Dira yang berjalan menuruni tangga di depan nya.
"Nis, Perasaan Gue gak enak." bisik Dira sambil memegang tengkuknya.
"Jangan bilang arwah itu mau masuk lagi!" pekik Nisa mulai di jalari perasaan takut dan tegang.
Dira tiba-tiba berbalik ke belakang saat berada di ujung anak tangga. Tatapan matanya melihat ke arah Dika.
"Dira!" panggil Nisa sambil memegang lengan Dira yang tiba-tiba dingin seperti es.
"Cintaku tak serupa dengan merekahnya bunga mawar cantik yang warnanya merah jingga. Cintaku tak serupa indah filosofi bunga tulip yang terkenal dengan kelembutannya. Bahkan cintaku tak seperti halnya bunga anggrek yang berhias dengan mahkota mewah disana. Cintaku Hanyalah seperti bunga dandelion di akhir senja. Namun ia rela rapuh dan bertebangan kemana arah takdir dan sang angin membawanya. Ia 'pun akan rela tetap tumbuh dimanapun sang bayu menghentikan sepoinya." Mulut Dira tiba-tiba mengucapkan bait puisi yang membuat Dika seketika menghentikan langkah kakinya dan matanya membulat menatap Dira shock.
"HAPSARI...!" pekik Dika dengan suara tertahan di kerongkongan parau, matanya mulai tergenang.
...😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱...
Ada apa dengan puisi dandelion sehingga membuat Dika begitu Shock
ikuti episode selanjutnya titipan mata arwah
Terima kasih untuk like vote Gift dan juga komennya 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
bisa jadikan Dika cinta nya Hapsari
2024-11-10
0
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
dira kerasukan lagi
2024-07-26
1
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
dihhh nakal, masih bocah ngebohongin guru nya sendiri
2024-07-26
0