"Jadi kau memilih yang bungsu?"
Edward sedang duduk manis di tempat latihan para prajurit dan kesatria, camp kesatria istana. Tangannya dengan asik mengasah pedang tapi, suara yang menyebalkan yang tiba-tiba muncul dan tertangkap telinganya, membuatnya menjadi malas. Suara menyebalkan yang sangat di kenalnya itu, datang tanpa di undang dan pasti akan mengganggu ketenangannya, selalu.
"Ck!" Decak Edward dengan jengah.
"Hei aku bertanya, Ed."
Akhirnya Edward menghentikan tangannya dan mengangkat kepalanya untuk menatap arah suara menyebalkan itu. "Bukan aku yang memilihnya."
"Lalu siapa?"
"Tanyakan sendiri pada ayahmu, Fred."
"Hhmm... jadi His Majesty? Kenapa dia yang di pilih?"
Edward kembali berdecak sebal. Kali ini, Edward benar-banar berhenti mengasah pedang dan segera menyarungkan kembali pedangnya. Lalu menatap si pemberi pertanyaan. "Sudah ku katakan Fredrick, tanyakan sendiri pada ayahmu."
Dengan bokongnya yang sudah mendarat pada kursi panjang yang berada di depan Edward. Fredrick menatap Edward penuh maksut. Membuat Edward menatapnya dengan waspada. "Besok aku pinjam bajumu Ed." Ucap Fredrick dengan sangat santai, terkesan tidak memiliki maksut apapun.
Edward mengerutkan alisnya sambil memandang wajah menyebalkan Fredrick.
🌺🌺🌺🌺🌺
"Jadi apa saja yang kau dapat kemarin, Di?"
Dari depan cermin. Victoria menatap pantulan wajahnya dan wajah Diana yang berada di belakangnya sambil menikmati pijatan lembut tangan Diana di kepalanya.
"Tidak banyak, my Lady." Victoria berdecak tidak suka, dan memberikan tatapan kesal pada Diana. Diana yang merasa mungkin nonannya kesal karna dirinya yang tidak berguna, langsung menunduk. "Maafkan saya my Lady. Saya masih kurang." Helaan nafas Victoria membuat Diana semakin merasa bersalah dan takut. Dia takut jika nonanya akan kecewa pada ketidak mampuannya.
"Berapa kali harus ku ingatkan Diana. Peraturan pertama, jika kita sedang berdua jangan bersikap kaku. Dan peraturan ke tiga, kita adalah teman." Tangan Diana bergetar dengan bibir tersenyum haru. Raut wajah Diana membuat Victoria gemas. "Ulangi." Pinta Victoria gemas.
Dengan senyum merekah dan penuh haru, Diana mengulangi cara bicaranya pada Vicroria. "Tidak banyak Victoria. Maafkan kekuranganku Vic."
Mendengar ucapan tidak formal dan namanya yang di sebut dengan santai oleh Diana, Victoria terkekeh girang. "Tidak masalah. Katakan, apa saja yang kau dapat?"
"Duchy sekarang di urus oleh tuan Joseph." Jawab Diana cepat.
Dengan cepat juga, Victoria segera memutar kepalanya menatap Diana dengan raut wajah berubah menjadi antusias. Kakinya dengan cepat berdiri, dan menarik tangan Diana menuju ke ranjang. Sedikit menyeret paksa Diana agar ikut naik ke atas ranjang. Tapi, tubuh Diana menolak dengan tegas tarikan dari tangan Victoria, yang membuat Victoria kembali berdecak kesal. "Ck! ini perintah, naik ke sini."
Victoria menatap Diana dengan tegas. Kedua tangannya langsung menepuk-nepuk sebelah ranjang yang di dudukinya. Mau tidak mau, Diana akhirnya melepaskan sepatu dan ikut naik ke atas ranjang untuk duduk. Victoria tersenyum lebar. "Lanjutkan, Di."
Diana mengangguk singkat. "Duchy sekarang di urus oleh Joseph kepala pelayan kalianm Semua hasil pajak dan pendapatan dari hasil panen, 70% tetap masuk ke dalam keuangan Albany dan sisanya, masuk ke dalam kas istana."
"Iblis licik! Bajingan itu!" Umpat kesal Victoria tanpa menahan diri.
Diana tersentak mendengar umpatan kasar Victoria yang sudah pasti dia tujukan untuk sang Raja. Diana hendak menegur, tapi mengingat bagaimana pembantaian yang terjadi pada kekuarga Victoria, Diana akhirnya memilih diam dan membiarkan.
"Jadi mereka membiarkan Joseph hidup agar tetap bisa mengendalikan Duchy sampai Arthur kembali? Mereka hingga akhir akan tetap memeras dan memanfaatkan nama keluargaku, huh?"
Diana bergeming. Karna terlalu lancang untuk meng-iyakan, tapi terlalu bodoh jika dia mengatakan tidak. Diana menangkap guratan kemaran di wajah Victoria, rahang nonannya mengeras, dengan kepala menengadah untuk menghambat agar air mata agar tidak keluar. Dengan lembut Diana meraih tangan Victoria dan mengelus punggung tangan nonanya, mencoba memberikan kekuatan.
Victoria menarik nafas panjang untuk menraup ketenangannya. "Aku tidak apa-apa, lanjutkan, Di."
Diana mengangguk. "Pesta debutmu akan menjadi acara pertunanganmu dengan His Highness Pangeran Fredrick." Victoria menatap Diana dengan alis mengkerut dalam, hingga alis cantik itu hampir menyatu. Diana melanjutkan. "Aku tidak tahu apa kau pernah mendengar ini Vic. Apa kau tahu jika His Highness Pangeran Fredrick terkenal playboy? Dan dia juga mempunyai seorang simpanan seorang putri Baron?"
"HAAAHH???"
Melihat respon nonannya yang sangat tidak bangsawan, dan sangat tidak elegant. Bahkan ekspresi wajah nonanya sekarang sangat konyol menggemaskan, Diana hanya bisa tersenyum gemas. "Kau tidak tahu Vic?"
Victoria menggeleng sambil mendengus dengan sangat tidak elegant, dan menjatuhkan kasar punggungnya ke atas ranjang. "Mana ku tahu. Aku belum berbaur dengan bangsawan lain." Victori melirik Diana. "Lalu?"
Diana yang paham kembali membuka mulutnya. "Karna image-nya yang hanya selalu bermain-main terlebih skandal buruknya yang terlalu sering naik ke permukaan. Parlement kerajaan dan banyak bangsawan besar lain, jadi lebih memilih condong ke His Highness Pangeran Henry, adik tirinya His Highness Pangeran Fredrick. Untuk memberikan dukungan."
Sebelah sudut bibir Victoria tertarik ke atas. "Tentu saja. Siapa juga yang sudi di pimpin oleh Raja brandal dan cabul." Cibirnya.
Diana akhirnya terkekeh geli mendengar penuturan nonannya. "Tapi His Highness Pangeran Henry juga memiliki kekurangan fisik."
Victoria mengangguk yakin. "Aku tahu. Aku pernah tidak sengaja mendengar pembicaraan Viscount Cornwell dan ayahku ketika mereka membahas tentang cara bicara Pangeran Henry yang sedikit gugu. Tapi walaupun begitu, selama hidupnya, Pangeran Henry mempunyai daftar hidup yang bersih dan juga orang yang memenuhi syarat positif untuk menjadi seorang Raja yang baik dan bertanggung jawab." Victoria terdengar sangat yakin dengan pendapatnya.
Diana hanya diam. Karna ini bukanlah wilayahnya untuk memberikan pendapat ataupun menolak pendapat.
Victoria menarik tangan Diana dengan kuat hingga tubuh Diana ikut jatuh tertidur di ranjang. "Leherku pegal menengadah untuk melihat wajahmu. Jadi saat aku tiduran kau juga harus tiduran."
Meski Diana tahu nonannya hanya beralasan, dengan ragu Diana tetap mengangguk dan mengikuti dengan patuh.
"Ya ampun Diana... Pernikahan apa yang akan aku jalani nanti? Kenapa aku harus terikat dengan pria cabul." Victoria menggaruki rambutnya yang tidak gatal dengan kesal.
Sambil meringis tidak nyaman, Diana menatap Victoria. "Apa kau sudah pernah melihat His Highness Pangeran Fredrick?" Victoria mengedipkan bahunya acuh dan Diana melanjutkan ucapannya. "Awalnya aku hanya sering mendengar jika His Highness Pangeran Fredrick adalah pria paling tampan di Francia. Dan saat akhirnya aku melihatnya di istana, dia memang sangat tampan. Bahkan seumur hidupku, aku belum pernah melihat pria yang lebih tampan darinya di Francia."
Victoria menyipitkan matanya menatap Diana. Seolah dirinya sedang penuh dengan pemikiran menyelidik. "Berarti aku tidak boleh tergoda padanya. Jika aku memberikan hatiku padanya, sudah pasti aku akan menderita."
Kali ini Diana melanggar batasnya dengan memberikan anggukan yakin pada Victoria. Diana juga tidak ingin jika suatu hari nonannya akan menangis kembali karna mendapat luka lain dari keluarga Castalarox, keluarga kerajaan ini.
"Sebenarnya, dimana istri ke dua raja iblis itu?" Suara Victoria kembali memecah keheningan yang sempat terjadi.
"Ibu His Highness Pangeran Henry?" Tanya Diana. Victoria mengangguk. "Her Majesty Ratu Elisabeth tinggal di Castle Larina, Vic."
"Kenapa selalu tidak pernah muncul?" Sekarang, Victoria sudah kembali menatap Diana.
"Karna sudah lama Her Majesty Elisabeth sakit keras." Jawab Diana yakin.
"Hhhmm... lalu?"
Diana menatap Victoria dengan pandangan penyesalan. "Hanya itu yang ku dapatkan, Vic."
Lain halnya dengan Diana yang merasa bersalah, Victoria memberikan senyum lebar dan meraih punggung tangan Diana. "Terimakasih." Diana mengangguk lega. "Tapi aku punya tugas lain untukmu," Diana menatap Victoria dengan siap dan tanggap. "Pertama, cari tahu bagaimana cara agar aku bisa bertemu dengan si pembunuh Edward." Diana mengangguk. "Kedua, temukan cara apapun agar aku bisa bertemu langsung dengan Ratu Elisabeth. Apapun caranya." Diana mengangguk ragu. "Dan yang ke tiga, cari tahu berapa lama dan siapa, bila perlu sekalian wajah simpanan si pria brandal cabul itu. Tapi yang terpenting, siapa nama ayahnya yang seorang Baron."
FREDRICK SEBASTIAN PHILIP DAVID CASTALAROX
Age: 25 Y.O
🎀🎀🎀🎀🎀
Silahkan tinggalkan jejak kalian readers... Yang masih tertarik selamat lanjut membaca
Salam sayang untuk kalian semua ✨✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
luthfie_18
𝒖𝒘𝒐𝒐𝒘𝒘𝒘 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒏𝒆𝒎𝒖 𝒄𝒓𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊
2025-01-28
0
lily
semangat balas dendam Vic
2024-09-15
0
Cut SNY@"GranyCUT"
Suka dengan ceritanya..👍
2023-09-05
0