Berulang kali nafas Victoria berhembus panjang saat mereka dalam perjalanan menuju aula ke utama. Tempat dimana Raja George sudah menyiapkan sebuah pesta penyambutan untuk kedatangannya ke istana.
Victoria mengepalkan tangannya dengan kuat, hingga buku-buku tangannya memutih. Dia tidak habis pikir. Bagaimana bisa Raja George membuat pesta untuknya saat belum juga melewati satu hari keluarganya di bantai dengan cara yang sangat menggenaskan.
"My Lady...." Suara dan sentuhan lembut pada punggung tanggannya, membuat Victoria menghentikan langkahnya dan menoleh ke samping menatap wajah Diana yang terlihat sendu. Ternyata apa yang di lakukan Diana, malah semakin memancing kesedihan Victoria. Hingga hatinya mulai kembali terasa sakit, arah pandangnya mulai buram, dan pertahanannya mulai hancur.
"Tolong tinggalkan kami sebentar." Diana meminta pada dua pengawal yang menjemput dan mengantar mereka untuk menuju aula utama.
Diana yang memahami jika nonanya sudah tidak sanggup lagi untuk menahan tangisnya. Dengan lembut Diana menggandeng tangan Victoria untuk menuju ke samping pagar tanaman tinggi agar wajah mereka tidak bisa terlihat jelas oleh para pengawal.
Tangis Victoria tumpah. Dadanya terasa seperti di himpit batu besar hingga nafasnya sesak. Dengan keras dia menggigit bibirnya agak tidak menjerit. Berulang kali tangan Victoria terus memegangi korset yang semakin menghimpit jalan nafasnya.
Diana hanya bisa menundukkan kepala dengan air mata yang juga ikut menetes. Cukup lama Victoria menangis dan larut dalam kesedihan, hingga suara pengawal membuat mereka berjingit terkejut..
"Lady Victoria?"
Diana dengan sabar menggusap lembut punggung Victoria. Tidak ada kata-kata yang di ucapkannya, karna memang saat ini tidak ada kata apapun yang terpikirkan untuk bisa menenangkan nonannya. Saat di rasa nonannya sudah mulai tenang, Diana segera mengambil sapu tangannya. "Apakah anda tidak keberatan dengan ini, my Lady?"
Victoria tersenyum haru, dan menyambut sapu tangan yang di sodorkan Diana. "Terimakasi Diana, kau baik sekali"
Diana terkejut mendengar ucapan terimakasih dari Victoria. Lantas segera menggelengkan kepala dengan kuat.
"Tidak, my Lady. Anda tidak boleh berterimakasih. Saya hanya pelayan."
Victoria menarik telapak tangan Diana, lalu menatap wajah Diana. "Sudah ku katakan. Kau adalah temanku, dan aku hanya butuh kau di sampingku. Kau paham maksutku, Diana?"
Diana bergeming tidak bisa menjawab. Meskipun dia mengerti, tapi rasanya terlalu tidak layak untuk mengakuinnya. Karna Victoria adalah orang yang di layani Diana.
Meski tidak mendapatkan jawaban. Bibit Victoria kembali tersenyum dan menggandeng tangan Diana untuk keluar dari balik pagar tanaman. "Aku hanya butuh satu pendamping Diana. Berarti hanya kau yang mendampingi ku, dan bertanggung jawab dengan semua kebutuhanku. Juga hanya kau temanku."
Diana mengangguk singkat. Perasaanya langsung dipenuhi dengan rasa tanggung jawab dan kesetiaan karna merasakan bagaimana cara Victoria yang menganggap dirinya masih layak sebagai seorang bangsawan yang pantas, untuk merangkap menjadi Lady-In-Waiting.
Diana teringat bagaimana nama keluarga Viscount of Lebox yang sudah tenggelam karna kebangkrutan. Bagaimana nama Viscount of Lebox yang sudah hilang dari jajaran nama bangsawan. Tapi, dengan tangan terbuka nonanya, anak dari Duke dan Duchess Albany yang terkenal dan terkaya, calon pengantin Putra Mahkota kerajaan ini, menerimanya dengan penuh penghargaan.
🍀🍀🍀🍀🍀
"Lady Victoria Arathorn tiba!!"
Seorang pengawal mengumumkan namanya saat Victoria sudah tiba di depan pintu aula utama. Tangannya masih menggandeng Diana, lantas memberikan senyum penuh kepercayaan untuk Diana. Karna Victoria ingin Diana bisa percaya diri untuk ikut juga hadir di dalam pesta sebagai tamu.
Setelah melihat Diana yang tampak mulai percaya diri, Victoria kembali meraup semua ketenangannya yang membuat wajahnya kembali datar. Ekor matanya melirik penjaga. "Umumkan, nama Diana Devonte."
Suara tenang dan tajam Victoria membuat pengawal yang seolah tidak yakin, akhirnya mengumumkan kedatangan Diana.
"Lady Diana Devonte tiba!!"
Dengan dagu terangkat tinggi dan menautkan kedua tangannya di depan perut. Dengan anggun tapi juga terlihat angkuh, Victoria masuk ke dalam aula dengan di ikuti Diana.
Gaunnya yang berwarna merah muda dengan bordiran emas rumit, dan tatanan rambut yang di tata mewah, membuat semua mata memberikan perhatian penuh padanya. Victoria menyeringai culas, dia tahu bukan hanya karna penampilan pertamanya di depan publik saja yang membuatnya langsung menjadi perhatiaan semua bangsawan di dalam aula. Tapi, kedatangannya bersama anak sulung dari Viscount of Lebox yang ikut menggunakan gaun dengan model mirip sepertinya juga ikut mengejutkan perhatian mereka. Terlebih berita pembantaian keluargannya, yang pasti semakin menyulut rasa ingin tahu kalangan ton.
Kanan, kiri, depan, belakang. Kipas-kipas para Lady bangsawan mulai terbuka lebar. Kepala-kepala mereka mulai berdekatan, dengan kipas yang sudah siap untuk menutupi mulut mereka yang sedang berkomentar? menggunjing? atau bertanya?
Victoria tidak peduli! karna apa yang ada di depan matanya sekarang, sudah lebih dari cukup untuk menyulut kemarahan di dalam dirinya.
Raja George tersenyum padanya. Wajahnya yang telihat ramah semakin menjadi ramah ketika dia melihat kedatangan Victoria. Diana menyentuh halus tangan Victoria, untuk mengembalikan kesadaran victoria karna jika tidak, sepertinya Victoria akan lepas kendali dan hendak menggigit wajah Raja Reorge.
Saat kesadarannya kembali. Victoria menghentikan langkahnya dan membuang muka ketika raut wajah Raja George, seperti menginginkan Victoria untuk mendekat padannya.
Tapi Victoria, memilih melanjutkan langkahnya untuk mendekati Viscount dan Viscontess of Cornwall, sahabat dari keluarganya, juga pasangan yang telah berjasa memberikan bantuan kuda dan pengawalan agar Victoria bisa dengan aman sampai ke castle pada malam mengerikan itu.
"My Lord, my Lady...." Victoria memberikan salam anggun pertamannya untuk pasangan Xonuds.
Viscount dan Viscountess of Cornwall seolah ikut terhanyut dan terharu, saat melihat keadaan sehat Victoria. Bahkan gadis itu terlihat masih kokoh berdiri pada hari ini, setelah melewati malam mengerikan itu. Hingga mereka juga tidak menyadari keributan yang mulai mengisi seisi aula.
Karna Victoria, sengaja mengabaikan Raja.
\=\=\=\=🎀🎀🎀
Ayukk tinggalin jejaknya readers...
Trimakasih karna sudah bersedia mampir, salam sayang untuk semua....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Patmawati
blm bisa nebak
2023-07-14
0
Prijani Joeniati
masalahnya di mana...,
keluarganya di bantai...
2023-06-10
0
WISNU Prasetyo
piye to iki Sak jane
2022-02-25
0