VICTORIA

Setelah menyapa pasangan Xonuds, Victoria kembali melanjutkan langkahnya dengan raut wajah datar dan dagu terangkat tinggi. Hingga langkahnya terhenti di depan Raja George yang masih selalu tersenyum, senyum yang menyimpan banyak makna.

Dengan anggun, Victoria menyilangkan dan menekuk sedikit satu kakinya. Kedua tangannya melebarkan sisi gaun. Dan dengan gerakan yang anggun, Victoria sedikit membungkukkan punggungnya. "Selamat siang Your Majesty. Semoga anda selalu di berikan berkat kesehatan."

Senyum Raja George semakin melebar. Satu anggukkan kepalannya memberikan jawaban untuk salam yang di berikan Victoria.

🍀🍀🍀🍀🍀

Dari atas aula, seorang pria dengan surai hitam pekat dengan sepasang bola mata abu-abunya masih terus mengawasi semua kejadian yang terjadi di aula. Sesekali dia menyesap isi gelas champagne yang berada di tangan kirinya karna, tangan kanannya selalu sibuk terkait dengan tangan seorang wanita bersurai merah menantang.

"hhmm.... hhmmm...."

Gumanan wanita yang menjadi partner-nya, membuat arah pandang pria itu berpindah pada wanita di sampingnya. "Kenapa sayang?"

Wanita itu terkekeh karna menonton bagaimana angkuh dan sombongnya Victoria saat ini, dan juga karna mengingat bagaimana Victoria menolak dirinya yang sudah siap untuk mendekatinya dengan mencoba untuk menjadi pelayan. "Dia sangat angkuh Fred. Lihatlah bagaimana caranya menatap ayahmu terlebih lagi sikapnya."

Pria itu, Fredrick, terkekeh. "Maksutmu, bagaimana angkuhnya dia saat menolakmu?" Fredrick mengerling menggoda, yang membuat wanita itu berdecak kesal.

"Oh God! Calon pengantinmu sangat menyebalkan!"

Fredrick kembali mengubah arah pandangnya pada Victoria yang sekarang sedang berbincang dengan ayahnya dan beberapa petinggi parlement kerajaan. Senyumnya terbit, saat melihat raut wajah Victoria yang seperti ingin meludah pada wajah ayahnya.

"Calista, cobalah untuk mendekatinya lagi"

Wanita itu, Calista. Menggeleng singkat dan ikut menatap ke bawah. "Dia akan menyebalkan Fred, dan juga dia sepertinya akan sulit untuk di dekati."

Fredrick hanya diam tidak berkomentar lagi. Pikirannya melayang pada kejadian dua tahun yang lalu saat dia dan ayahnya, Raja George, menghadiri pesta ulang tahun William Arathorn, Duke of Albany.

FLASHBACK

"Selamat malam Your Majesty, selamat malam Your Highness. Terimakasih sudah berkenan mengahadiri pesta kecil kami."

Mendengar salam rendah hati dari William dan Emylis Arathorn, Raja George tersenyum senang lalu melebarkan arah pandangnya. "Dimana putra dan putri-putrimu, Will?" Seperti baru mengingat akan sesuatu, Raja George kembali menimpali ucapannya. "Aahh iya.... aku lupa jika Arthur sudah pergi ke perbatasan wilayah barat."

William hanya tersenyum memaklumi. Tidak lama Emylis datang kembali mendekati mereka, setelah sebelumnya pamit sebentar untuk mencari putri-putrinya.

Emylis datang bersama seorang gadis anggun, bersurai coklat gelap. Gaunnya yang berwarna biru muda sangat selaras dengan warna bola matanya yang biru pucat. Kulitnya yang pucat dengan tubuhnya yang pas, menambah nilai kesempurnaannya. Terlebih, wajah cantiknya yang terlihat lembut dan polos membuat siapapun yang memandangnya ingin selalu memberikan perlindungan. Dan tentu saja, ingin segera memilikinnya.

"Ijinkan saya memperkenalkan putri sulung saya Your Majesty dan Your Highness." Pinta William dengan sopan. Dan anggukan Singkat Raja George, membuat William dan Emylis langsung melirik putri mereka.

Gadis itu tersenyum lembut. menyilangkan kakinya. menarik sisi gaunnya dengan gerakan sangat anggun. Dan sedikit menundukkan punggungnya dengan sangat mempesona, sambil memberikan salam dengan gerakan yang sangat anggun dan elegant pada Raja George. "Selamat malam Your Majesty, saya Charlotte Elizabeth."

Raja George tersenyum ramah dan mengangguk singkat. Melihat ayahnya yang sudah membalas salam gadis itu. Layaknya gentleman sejati, Fredrick segera maju dan meminta uluran tangan gadis itu untuk mengecup singkat punggung tangannya. "Selamat malam, Lady Charlotte."

Fredrick menatap lekat-lekat wajah cantik yang terlihat lembut itu. Seburat merah di kedua pipinya yang muncul membuat kecantikannya semakin bertambah. Fredrick mengakui warisan dari pasangan Arathorn terlebih sang Duchess, sangat kuat terwariskan pada paras putri sulung mereka.

Cantik, polos, lembut, anggun dan elegant. Rasanya sangat sempurna. Tapi untuk Fredrick, gadis itu hanya seperti itu. Semua yang di milikinya tidak bisa menembus rasa tertariknya. Dia akan cepat membosankan. Dan Fredrick akan cepat meninggalkannya, seperti biasa.

Cukup lama Fredrick dan ayahnya bercengkrama dengan keluarga Arathorn. Rasa bosan mulai menggerogoti kesabaran Fredrick, hingga dia mengundurkan diri untuk menuju meja yang menghidangkan kudapan.

Sepanjang langkahnya, para nyonya-nyonya bangsawan mulai mencegat langkah Fredrick untuk mencoba 'menjual', putri-putri mereka pada Fredrick. Dengan senyuman mematikan dan sikap ramah, dengan sabar Fredrick memberikan waktunya. Hingga saat kesabarannya habis, dengan langkah lebar dan cepat, meski masih dengan senyuman penebar pesona, kakinya langsung menuju balkon di sebelah arah utara Castle yang terlihat sepi dan jauh dari ruang jamuan tamu.

Fredrick mengedarkan arah pandangnya pada pemandangan taman bunga dan kebun yang penuh dengan pohon buah-buahan. Tanpa sengaja, arah pandangnya turun ke bawah. Dia melihat seorang gadis dengan gaun hijau tua duduk di pinggiran balkon sambil memangku seekor anjing. Kaki gadis itu terayun maju dan mundur dengan jari-jari mungilnya yang terus membelai bulu abu-abu anjing itu.

Cukup lama Fredrick mengawasinya hingga membuat anjing yang ada di pangkuannya menyadari keberadaannya, dan menatap ke atas. Membuat gadis itu mengikuti arah pandang anjingnya.

Mata mereka bertemu.

Kedua bola mata abu-abu Fredrick segera bertabrakan dengan manik gelap bola mata hijau pekat gadis itu.

Tidak ada senyuman, tidak ada keramahan, tidak ada ketertarikan dari raut wajah gadis itu saat Fredrick melemparkan senyum tipis penuh pesonannya. Bahkan, gadis itu langsung membuang wajahnya dan kembali menatap ke arah depan.

Fredrick masih terpana dengan obyek yang baru saja mengabaikannya. Dia terus mengamati gadis itu. Penerangan yang tidak terlalu banyak dari kaca pintu balkon, membuatnya tidak bisa mengamati dengan jelas wajah gadis itu. Terlebih, karna rambut coklat kepirangnnya yang sesekali berterbangan, tertiup angin. Dan membuat jari-jari kecilnya, terus mencoba menahan terpaan angin dan untuk merapikan rambutnya yang melayang menutupi wajah.

Fredrick terus mengamati. Terasa enggan untuknya beranjak. Hingga secara tiba-tiba, dia melihat gadis itu bergerak cepat dan panik untuk meletakkan anjingnya ke teras balkon.

Dan dari pagar balkon dia..... melompat ke bawah dengan santai.

"Wow!!"

Tanpa sadar Fredrick bersorak takjub lalu terkekeh. Meski jarak dari pagar balkon yang di dudukinya untuk menuju ke atas tanah tidak terlalu tinggi. Tapi tetap saja. Gadis itu sudah bisa di pastikan bergelar seorang putri bangsawan. Terlihat dari gaun mahal dan kulitnya yang indah.

Belum sempat fredrick menyelesaikan kekehannya, kedua matanya menangkap pemandangan ketika gadis itu membuka sepatunya dan mengangkat rok gaunnya. Lalu berlari masuk ke dalam kebun.

Fredrick membulatkan matanya sambil terus mengikuti tubuh gadis itu hingga menghilang di dalam kebun.

"My Lady.... anda di mana??"

"Ohh ya ampun... My Lady....!!!!"

"Anda pasti di sini kan? My Lady...!"

Seorang wanita paruh baya berpakaian pelayan terus memanggil dengan mata yang mencari-cari keberadaan Lady-nya. Saat pelayan itu menyadari keberadaan anjing abu-abu, tangan tuanya mencoba menangkap anjing gadis itu. Tapi, tidak berhasil. Dan anjing itu malah berhasil melompat kabur ke dalam taman.

"Oh ya Tuhan.... anjing itu! My Lady... My Lady Victoria.... anda di mana?"

Fredrick masih berada pada tempatnya menjadi penonton. Arah pandangnya ikut mencari-cari ke dalam tumpukan daun-daun kebun dan bunga-bunga di taman. Tapi matanya tidak juga bisa menemukan sosok itu. Sama halnya dengan pelayan yang akhirnya memilih masuk kembali ke dalam.

Cukup lama Fredrick masih setia di tempatnya hingga akhirnya dia memutuskan untuk menyerah dan berniat masuk kembali ke dalam. Tapi, saat tubuhnya akan berbalik, siluet seseorang muncul.

Gadis bergaun hijau tua, dengan rambut coklat kepirangan tergerai yang di kepang kecil di sisi kanan dan kiri kepalanya itu muncul, sambil menggendong anjingnya.

Sekali lagi, gadis itu mengangkat kepalanya dan kembali mata mereka bertemu. Lalu dengan acuh, dia membuang wajahnya dan terus berjalan ke sisi selatan castle.

**VICTORIA**

VICTORIA