Rambut coklat kepirangan yang tergerai indah itu terjatuh lembut menutupi sisi kepalanya yang tertunduk. Arah pandang Victoria hanya terus tertuju pada kedua tangan dan gaun kuningnnya yang penuh dengan campuran warna merah. Bau amis, dan rasa lengket masi sangat terasa di indra penciuman dan perabanya. Sesekali bola matanya bergerak, melirik pada sepatu besi yang menghadap tepat di depan kakinya.
Gerakan kereta kuda sesekali membuat tubuhnya bergoyang. Pikirannya melayang, memikirkan banyak hal. Dadanya masih terasa sakit dengan nafas yang menyesakkan hingga membuatnya tidak bisa mengeluarkan tangisan lagi. Hatinya ingin sekali, meraih apapun yang bisa dia pakai untuk membunuh dirinya sendiri agar bisa menyusul ke dua orang tua dan kakaknya tapi, ingatan pada perkataan pria yang sedang berada di kereta bersamanya, membuat Victoria menghentikan keinginan hatinya.
FLASHBACK
"Berhentilah menangis!"
Bentakan pria yang baru saja merenggut nyawa kedua orang tuannya membuat Victoria berang. "Bajingan iblis! Pembunuh! Kenapa? apa salah orang tuaku? kenapa kau lakukan ini?!" Jerit Victoria.
"Aku melakukan yang harus ku lakukan. Sekarang keluargamu sudah habis. Suka tidak suka kau harus mengikuti peraturan, kau harus ikut denganku."
"Lebih baik aku mati!" Victoria kembali menjeritkan seluruh keinginan hatinya.
"Oh Victoria yang manis.... jika kau mati, kakakmu yang lain bagaimana?" Pria itu terkekeh menjijikkan. Kekehan yang membuat Victoria muak.
Tapi, Victoria hanya bisa terdiam ketika mengingat kakak laki-lakinya yang sedang berada di pasukan perang untuk merebut kekuasaan di wilayah barat. Sambil terisak, Victoria menaikan arah pandangnya yang nanar. Menatap wajah pria yang sudah menebas leher kedua orang tuannya.
"Tolong istirahatkan keluargaku dengan layak." Hanya itu yang bisa Victoria ucapkan. Dengan pasrah dan dengan putus asa Victoria meminta.
Pria itu tersenyum penuh kemenangan. Dan mendekat pada Victoria yang kembali memeluk tubuh ke dua orang tuannya. Entah sudah berapa lama Victoria meratapi tubuh orang tuannya, hingga tubuh yang sudah tidak bernyawa itu mulai terasa dingin.
"Baiklah...." Tangan besar pembunuh itu membelai lembut rambut panjang Victoria. Belaian yang dulu biasa dia lakukan saat bertemu Victoria kecil. Belaian yang juga tidak asing bagi Victoria. Karna, pria pembunuh itu adalah tangan kanan Raja George II sahabat dari ayahnya, William Arathorn, Duke of Albany.
FALSHBACK OFF
"Apa yang kau pikirkan?" Suara berat pria yang sedang duduk di depannya menyadarkan kembali pikiran Victoria. "Tidurlah sejenak, karna perjalanan ke istana masih lama." Sambungnya dengan suara tenang.
Mendengar suara berat itu berbicara dengan nada tenang dan lembut. Desiran kemarahan Victoria terpancing hingga membuat Victoria terkekeh geli. Bahunnya bergoyang kencang dengan kepala bergerak-gerak.
Pria itu mengeryit melihat kepala tertunduk di hadapannya mengeluarkan suara kekehan. Victoria semakin menjadi, bahkan sekarang suara kekehannya sudah menjadi suara tawa hingga bahunya semakin bergoyang kuat. Pria itu mengulurkan tangannya untuk mencoba menyentuh bahu kecil Victoria tapi,
"Jangan menyentuhku!" Victoria menepis kasar tangan yang mendarat di bahunya hingga akhirnya, mengangkat kepalanya. Tawanya berhenti. Dengan wajah yang masih memerah, Victoria menatap pria di depannya dengan tajam. Rahangnya mengeras dan terkatup rapat. Bibir ranumnya berdesis tajam.
"Suatu hari aku akan membunuhmu dengan kedua tanganku, Edward!"
Pria pembunuh itu, Edward. Mengejap-ngajapkan matanya. Cukup terkejut dengan perubahan wajah Victoria, terlebih namanya yang terucap tajam dari mulut kecil Victoria.
Cukup lama Edward tertengun karna terpesona. Hingga akhirnya bibir tebalnya tertarik melengkung ke atas. Seolah bangga dia mengatakan.
"Kau akan menjadi seorang calon Ratu pendamping yang mengerikan Victoria."
Guratan amarah di wajah Victoria semakin tegas. Rahangnya semakin mengeras hingga giginya mengerutuk. "Dan kau. Akan menjadi orang pertama yang akan merasakannya, Edward."
Edward semakin menaikkan lengkungan bibirnya hingga semakin tinggi ke atas. "Dengan senang hati aku akan menunggunya"
--00-000-00--
"Kita sudah sampai."
Merasakan goyangan di bahu dan suara berat seorang pria. Membuat Victoria tersadar dari tidurnya. Victoria mengejap-ngejapkan kedua matanya mencoba mencari kesadaran. Saat kedua bola mata hijau pekat itu terbuka sepenuhnya, arah pandangnya langsung bertabrakan dengan kedua bola mata gelap milik Edward. Dengan posisi tubuh Edward yang sudah setengah berdiri dan membuat jarak di antara mereka semakin terkikis.
Sadar saat sesuatu terus menempel di bahunya. Victoria semakin menyadari jika tangan Edward lah sedang berada di bahunya. Dengan secepat yang dia bisa, Victoria menepis kasar tangan besar itu.
Edward hanya menghela nafas panjang karna mendapat respon yang sangat tidak bersahabat dari Victoria, dan lebih memilih untuk segera membuka pintu kereta.
Saat sudah keluar dari pintu kereta, Edward mengambil posisi untuk berdiri di samping kereta dan mengulurkan tangannya untuk membantu Victoria turun.
Victoria menatap sekilas jendela kereta. Menatap bangunan besar dan megah yang dulu pernah dia datangi saat masih kecil bersama ayah dan ibunya.
Istana Renbrantd....
Victoria menarik nafas panjang dan memejamkan matanya sebentar. Mencoba menyiapkan hati dan menguatkan mental untuk keluar dari kereta. Karna, setelah dia keluar dari kereta ini. Entah kehidupan seperti apa yang akan dia coba perjuangkan dengan dirinya yang hanya seorang diri.
🎀🎀🎀🎀
Ayuk jangan tinggalin jejak kalian. Yang masih merasa tertarik ayukk lanjut baca
Salam sayang untuk kalian semua...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
lily
lihat ortu dibunuh depan mata rasane duh duh duh
2024-09-15
0
Darmiati Thamrin
menarik... lanjut baca
2024-08-26
0
Cut SNY@"GranyCUT"
lanjut baca
2023-09-05
0