Victoria mengejap-ngejapkan mata karna suara ketukan pintu, mengganggu mimpi buruknya. Dia mencoba mengumpulkan semua nyawanya yang masih berterbangan sambil menatap kembali semua ruangan yang di huninya sekarang.
Ruangan luas dan megah, dengan beberapa lukisan pemandangan yang tergantung indah di dinding, perabotan-perabotan mahal bersejarah menghiasi tiap sudut ruangan. Tirai penutup ranjang yang di dandani dengan cantik. Ranjang super besar yang sangat terasa nyaman untuk di tiduri. Bahan kursi, meja, lemari, cabinet, jendela yang terbuat dari kayu jati dan mahoni dengan ukiran terbaik.
Menatap ke jendela. Sepasang bola mata hijau pekatnya mengamati sinar cahaya yang menyusup samar dari cela-cela ventilasi. Victoria mengangkat tangannya untuk mencoba menggapai-gapai cahaya yang menyusup masuk. Rasa sesak dan nyeri kembali menghimpit dada saat ingatan Victoria kembali lagi pada kedua telapak tangannya yang penuh dengan darah ke dua orang tuanya. Dan juga, saat bagaimana tangannya tidak mampu untuk menggapai tubuh kakaknya yang telah tercemari. Rasa amarah yang langsung menggerogoti isi dada Victoria, membuat air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Penglihatannya mulai buram, dan dia tahu jika sebentar lagi air matanya akan tumpah.
TOK TOK TOK
"My Lady....."
Ketukan itu kembali terdengar. Membuat Victoria mengusap kasar pelipisnya yang basah. Dan langsung menegakkan tubuh untuk bersandar pada kepala ranjang. Menarik nafas panjang, dan memejamkan kedua matanya sebentar, Victoria mencoba meraih ketenangannya. Lalu berucap. "Masuklah"
Pintu terbuka. Dan dua orang gadis berpakaian pelayan dengan sopan langsung masuk. Lalu membungkuk sopan.
"Selamat pagi, my Lady."
Victoria hanya diam dengan wajah datar menatap para pelayan itu. Tatapannya menunjukkan jika dia meminta agar mereka segera memperkenalkan diri. Dan gestur mempersilahkan dari Victoria, langsung membuat seorang di antara mereka membuka mulut. "Ijinkan kami memperkenalkan diri, my Lady." Victoria mengangguk singkat. "Saya Diana, dan ini Calista. Kami yang akan bertanggung jawab untuk melayani anda."
Victoria menatap lekat kedua gadis di depannya. "Aku hanya butuh satu orang di sampingku." Tegasnya. "Sekarang angkat kepala kalian." Pinta Victoria dengan tidak kalah tegas.
Kedua gadis itu langsung mengangkat kepala mereka. Victoria menindai penampilan mereka dengan lekat.
Diana, gadis yang memperkenalkan siapa mereka. Mempunyai suara tenang dan sedikit berat. Rambut berwarna coklat dan bola mata berwarna biru. Tubuhnya terlihat lebih tinggi dari Victoria, dengan lekuk tubuh yang sudah sangat dewasa. Garis-garis wajahnya yang sangat aristokrat, menunjukkan jika Diana mempunyai darah bangsawan yang kuat dan kental.
Sedangkan Calista, dia mempunyai wajah cantik dan kecil. Terkesan imut dengan kedua bola mata berwarna coklat dan rambut merah yang tampak mentereng menantang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi jauh lebih tinggi dari Victoria. Lekuk tubuhnya juga kecil, tapi pasti sangat sintal dan indah. Victoria menilai dari lekukan-lekukkan menggoda yang tidak bisa di sembunyikan dengan baik dari balik pakaian pelayannya. Fungsi pakaiannya jelas sudah tidak berarti saat Victoria menangkap ukuran berisi di tempat yang pas pada tubuh sintal Calista. Raut wajah Calista terlihat ramah dan periang. Dia terlihat polos tapi juga menantang. Victoria tersenyum tipis, dia susah menemukan pilihannya.
"Calista, bisa siapkan air mandiku sekarang?"
"Baik, My Lady." Jawab Calista dengan cepat.
Calista langsung melangkah ke kamar mandi. Menyisakan Diana dan Victoria yang masih saling diam di dalam ruangan yang kembali hening. Victoria menunggu, dengan arah pandang yang terus memandangi Diana. Menilai Diana yang terus bungkam tanpa bergerak sedikitpun. Bahkan, Diana terlihat tidak terganggu dan penasaran karna keterdiaman Victoria. Tidak begitu lama, Calista sudah kembali.
"Persiapan mandi sudah siap, My Lady."
Calista melangkah maju, hendak menuju samping ranjang dan mendekat pada Victoria. Tujuannya jelas untuk membantu nonanya membuka gaun tidur tapi, satu tangan Victoria yang terangkat, langsung menghentikan langkahnya. Kedua bola mata coklat Calista menatap Victoria penuh tanya. Ekor matanya melirik Diana yang masih membungkuk seperti patung tanpa berpindah ataupun bersuara.
"Calista, seperti yang ku katakan. Aku hanya butuh satu orang untuk melayaniku." Victoria menjeda. Tangannya segera menyibak selimut dengan gerakan sembarang tanpa menunjukkan satu titikpun keanggunan. Dia berdiri dan berjalan ke arah jendela, jarinya membuka sedikit tirai jendela yang masih tertutup untuk mengintip keadaan langit saat ini. "Katakan pada His Majesty. Aku hanya butuh Diana."
Ucapan Victoria, membuat Calista membulatkan mata dengan arah pandang menatap tidak percaya. Dan saat kepala Victoria tiba-tiba menoleh, tatapan mereka langsung bertemu. Yang membuat Calista langsung menundukkan kepala.
"Diana, bantu aku membuka gaun."
"Baik, my Lady." Jawab Diana dengan cepat dan sopan.
Diana mengangkat kepalanya, dan berjalan untuk mendekat pada Victoria. Dengan gerakan sopan, Diana memulai dari membuka lengan gaun.
Melihat Calista yang masih juga ada di sana, Victoria kembali menatap Calista. "Sekali lagi Calista. Segera sampaikan pesanku pada His Majesty. Jika aku, hanya butuh satu orang di sisiku."
Akhirnya, Calista tersadar jika dirinya sudah di usir secara halus. Mau tidak mau, suka tidak suka. Dia hanya bisa pasrah. "Baik, my Lady."
Victoria melirik Calista yang sudah keluar dari pintu ruang kamar. Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya, dengan arah pandang menatap Diana. "Diana, ada beberapa peraturan dari ku yang harus kau taati."
Diana mengangguk patuh. "Baik My Lady"
Setelah gaun luarnya selesai di lucuti dan terlampir di sebelah lengan Diana, Victoria langsung melangkah menuju kamar mandi. "Pertama, aku tidak ingin kau terlalu kaku saat kita hanya berdua, karna kita sama-sama bangsawan. Kedua, aku ingin kau menjadi mata dan telingaku di manapun itu. Ketiga, aku harap kau menganggap aku teman." Diana yang sedang menghabiskan sisa pakaian yang melekat di tubuh Victoria tersenyum tipis. Lalu mulai menggosok tubuh nonannya yang sudah tenggelam di dalam bak mandi. "Apakah kau keberatan jika harus bekerja sendiri Diana?" Sambung Victoria.
Kepala Diana menggeleng. Dan mulai bergerak untuk menggosok dari lengan Victoria yang sudah sepenuhnya masuk ke dalam tempat mandi. "Saya akan memberikan pelayanan terbaik yang bisa saya berikan, my Lady"
Victoria mengangguk singkat. "Siapa ayahmu?"
"Viscount of Lebox, my Lady."
Bibir Victoria tersenyum, sambil memejamkan mata dan mulai mengendurkan semua otot tubuhnya. Tebakannya benar jika Diana adalah seorang bangsawan.
Viscount of Lebox, heh?
÷÷÷÷💙💙💙💙
Ayukk jejaknya di sebar.. kalo masih tertarik yukk lanjut baca
Salam sayang untuk kalian semua....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Cut SNY@"GranyCUT"
Semoga Diana bisa menjadi teman dan sahabat yang setia disamping sebagai pelayan yang sangat patuh mengabdi.
2023-09-05
1
Cut SNY@"GranyCUT"
Victoria jeli menilai.
2023-09-05
0
Cut SNY@"GranyCUT"
saya suka cerita tema kerajaan seperti ini.
satangnya saya baru nemu setelan ending.
terima kasih thor.
2023-09-05
0