**OFFER**

Jari Raja George mengetuk-mengetuk cangkir tehnya dengan wajah yang tampak sedang berpikir keras.

"Kenpa anda menyetujuinya, Your Majesty?"

Pertanyaan Edward, membuat ketukan jari Raja George terhenti sejenak. Lalu kembali terdengar bersamaan dengan suaranya. "Apa kau ini hanya mengerti cara memakai pedang, Edward?"

Ucapan telak Raja George membuat Edward mengerucutkan bibir. Raja George terlihat saat enggan menjelaskan semua yang terjadi di ruang rapat dan malah mengejeknya.

"Maaf Your Majesty, tapi setiap waktu kita terlalu berbahaya. Setiap waktu jika kita lengah sedikit saja entah apa yang akan di lakukan oleh dua keluarga itu"

Helaan nafas panjang Raja George berhembus. Punggungnya langsung menyender ke kursi sambil memejamkan kedua matanya. "Aku tahu, aku sangat tahu, Ed. Tapi inilah resikonya. Tapi jika kita menolakpun, hasilnya juga tetap sama saja."

Alis Edward berkerut dalam. "Maksutnya, Your Majesty?"

Hening... Raja George tidak menjawab dan terlihat tidak berniat untuk meneruskan pembicaraan ini lagi. Edward yang bisa melihat banyak kekhawatiran di raut wajah Raja George, akhirnya dia menyerah, dia tidak akan menganggu lagi.

"Baiklah Your Majesty. Sepertinya sudah saatnya anda beristirahat dan saya akan memanggilkan pelayan untuk mengantarkan obat anda yang lain. Saya pamit undur diri. Selamat malam, Your Majesty."

Edward segera berbalik dan menuju pintu keluar dengan pikirannya yang sangat kusut. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa semua orang menjadi sangat tertekan hanya karna seorang gadis kecil. Dan kenapa juga Raja George menyetujui keinginan anak itu?

Edward terus melangkah untuk mencari jawaban. Langkahnya menuju ke tempat satu orang, hanya satu orang itu yang pasti bisa dan mau menjelaskan kepadanya.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

"Bagaimana?"

Wajah Diana berbinar dengan senyum merekah, hingga tanpa sadar tangannya sudah bertemuk takjub.

"Kau luar biasa Vic!"

Mendengar pujian antusias dari Diana setelah dia menceritakan kejadian ruang rapat, Victoria segera mengangkat dagu dengan sangat tinggi hingga kepalanya menjadi menengadah ke belakang. Kelakuan lucu Victoria, membuat Diana langsung menertawakannya. Menertawakan kekonyolan nonannya yang menggemaskan.

🌺🌺🌺🌺

Edward hanya diam memperhatikan Fredrick yang terus tertawa sambil memegangi perut. Sesekali jarinya mengusap ujung matanya yang berair. "Oh ya ampun.... dia bahkan belum debut Ed! HAHAHHAHAHA...."

Edward masih diam dan masih memperhatikan Fredrick, menunggu hingga dia puas tertawa. Saat Fredrick terlihat mulai tenang dan hanya mengusapi ujung matanya, Edward segera menuangkan brandy ke gelas mereka. "Kau pasti haus karna terlalu banyak tertawa" Sindir Edward.

Fredrick langsung menyambar brandy yang di tuangkan Edward, dan menenggak isinya hingga tandas. Edward mengeryit melihat Fredrick yang meminum isi gelasnya seperti meneguk air putih.

"Jadi, bagian mana yang tidak kau mengerti kapten Edward?" Fredrick tersenyum culas sambil menuangkan lagi isi gelasnya.

"Kenapa semua orang seperti merasa tertekan?" Tanya Edward cepat.

Satu sudut bibir Fredrick tertarik ke atas , lalu menatap Edward. "Benar yang di katakan His Majesty, kau ini hanya mengerti cara mengayunkan pedang."

"Ck! jelaskan saja!"

Fredrick terkekeh, dan dengan cepat menenggak lagi isi gelasnya hingga tandas. Lalu mulai menjelaskan. "Bagaimana tidak, Ed. Setelah dia memukul balik Earl Xenas, dia menekan seorang raja dengan mulut kecilnya."

"Menekan? sebenarnya apa yang membuat His Majesty tertekan? dan kenapa His Majesty menyetujui permintaannya? Ck!, menunggu kakaknya kembali? itu bisa berlangsung dua sampai tiga tahun lagi. Dan dalam kurun waktu yang selama itu, kedua keluarga itu bisa melakukan apa saja Fred!"

Fredrick menggaruk telingannya mendengar Edward yang menggerutu. "Itulah masalahnya Ed. Dia menawarkan tawaran yang menggiurkan tapi mempunyai resiko yang sangat berbahaya. Tapi di satu sisi, tawaran itu menyudutkan posisi Raja sehingga apapun yang kita pilih semuanya beresiko."

"Apa?" Guman Edward tidak mengerti dan penuh kebingungan.

Fredrick kesal melihat wajah bodoh Edward. Tangannya dengan cepat menyambar isi piring dan segera melemparkan kacang ke wajah Edward. "Kau ini bodoh sekali, Ed!"

"Aku memang bodoh, makanya jelaskan dengan benar!"

Fredrick berdecak kesal dan kembali menatap wajah Edward. "Pertama-tama, dia menawarkan sebuah kerjasama terbuka dengan memberi umpan agar kakaknya ikut untuk ambil bagian dalam pernikahan. Walaupun kita semua tahu, jika itu jelas hanya umpan tapi, tawaran itu tetap sangat menggiurkan. Karna dari awal tujuan pernikahan paksa ini memang untuk itu. Dan dari sisi itulah saat kita menerima tawaran mereka dia bisa meraup tujuannya, tujuannya yang pasti untuk 'mengulur waktu'. Walaupun kita semua memang sudah bisa membaca otak liciknya tapi tetap, jika kita menolakpun akan sama saja buruknya. Karna itu seperti menolak kerja sama terbuka yang sengaja di buatnya di depan wajah Raja, dan tujuan pernikahan paksa ini yaitu 'ikatan' nama tidak akan berjalan sepenuhnya atau bahkan mungkin bisa tidak berarti apapun. Karna jika kita sendiri yang menolak, mereka akan membuat alasan seolah-olah memang kita sendirilah yang menolak untuk terikat pada mereka." Fredrick menjedah dengan senyumnya yang langsung terbit. "Dia memilih alasan, kata-kata, dan waktu yang sangat pas. Dia menekan jalan keluar dan memberikan jalan keluar itu untuk keluarganya, kau mengerti?"

Edward langsung meraih isi gelasnya dan menenggak isinya, nafas panjangnya berhembus sambil memijat pelipisnya. "Bajingan kecil!"

Fredrick mengangguk. "Ayahku memiliki permainan yang menarik"

Edward kembali menghembuskan nafas panjang

"Apa keputusan ini sudah tepat Fred?"

Fredrick mengedipkan bahu acuh. "Seperti yang sudah ku bilang, apapun pilihannya sama saja, sama-sama mempunyai resiko besar tapi, memilih menerima tawaran masih bisa membuka peluang besar agar kita bisa memukul balik."

"Maksutnya?"

"Jika dalam waktu yang di tunggu kita bisa terlewatinya dengan aman dan pernikahan terjadi. Mereka mau tidak mau akan bungkam dan mau tidak mau harus mengikuti keinginan kerajaan karna sudah pernah ada tawaran 'perjanjian terbuka'...."

"Tapi itu tidak resmi, bagaimana jika mereka mengelak?"

"Jika mereka ingin mengelak, mereka harus melenyapkan saksi, mereka tidak akan bisa membunuh"

Edward menuangkan kembali brandy ke gelas Fredrick

"Yeah.... kelemahan mereka memang selalu pada 'kekerasan'..."

Fredrick mengangguk

"Terlebih kita punya tawanan berharga"

Edward menganguk dan menyesap isi gelasnya

"Kita harus selalu memantau sektor perdagangan dan perputaran Parlement agar tidak kecolongan, kita harus benar-benar waspada"

Kepala Edward kembali mengangguk lalu memandang Fredrick dengan lekat

"Bagaimana denganmu? kau masi ingin bermain-main?"

Fredrick tersenyum lebar

"ini menarik Ed"

Fredrick terkekeh melihat wajah Edward yang menjadi kesal. Edward menatap Fredrick dengan lekat

"Tawanan kecil itu berbahaya"

"Kau benar, belum satu minggu dia di istana tapi seisi istana sudah berputar karenanya"

"Maksutku bukan itu! bagaimana dengan hatimu? aku tahu kau tertarik padanya Fred"

Fredrick tertawa kencang

"Dia terlalu manis dan polos untuk bersarang di sini" Fredrick menjedah dan menunjuk ke arah dada kirinya. "Aku hanya ingin bermain sampai puas"

Melihat seringai menggoda Fredrick, Edward melemparkan kacang ke wajahnya yang selalu terlihat menjijikan di matanya.

"Berhentilah berhuhungan dengan putri Baron itu sebelum ayahmu bertindak! ini hampir 4 tahun Fred!"

Dengan acuh Fredrick kembali mengedipkan kedua bahunya

"Aku tidak bermain Ed" Fredrick menjedah lalu mendekatkan wajahnya ke depan Edward sambil berbisik. "Dia akan selamanya bersamaku"

"Kau akan menikah brengsek!"

Kali ini wajah Edward sudah berubah warna, warna merah di wajahnya jelas menunjukkan kemarahan setelah mendengar ucapan Fredrick. Dan Fredrick hanya terkekeh dengan setujata pemikiran yang hanya dia yang tahu.

"Kau masi ingin di sini?"

Suara seorang wanita membuat perhatian mereka teralihkan. Seorang wanita bergaun biru dengan potongan dada rendah dan rambut merah menyala masuk ke dalam ruangan santai di samping camp latihan kesatria tempat Fredrick dan Edward sekarang.

"Tentu saja tidak sayang, untuk apa aku berlama-lama dengan dia"

Fredrick segera bangkit dari sofa. Sebelah tangannya langsung merangkul pinggang gadis itu dan memberikan kecupan singkat di bibirnya yang tebal merekah

Edward memutar bola matanya sambil mengibas-ngibaskan tangannya seolah mengusir mereka.

Setelah Fredrick dan gadis itu keluar pintu, Edward masih memandangi gelas brandy Fredrick dan berguman

"Aku sekarang mengerti kenapa His Majesty memilih si bungsu"

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Like, komen, bintang dan lope-nya di tunggu.... semoga masih tertarik untuk lanjut.....

Salam sayang selalu untuk semua ✨✨

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***