Alano memutuskan untuk membawa Freya pulang setelah kejadian itu.
Entah Alano sengaja mengabaikan panggilan dari Jasmine atau memang tidak mendengar, namun saat Jasmine berusaha mengejar Alano keluar, Alano sama sekali tidak menoleh ke belakang. Ia tetap berjalan lurus ke depan dengan satu tangan merangkul bahu Freya.
Antoni yang baru saja tiba untuk menjemput mereka dibuat terkejut karena kepulangan mereka yang tiba-tiba, apalagi wajah sembab Freya jelas terlihat oleh Antoni.
"Apa yang terjadi bos, kenapa kalian tiba-tiba pulang."
"Lakukan pekerjaanmu, ini bukan waktunya untuk membahas pertanyaanmu," jawab Alano sedikit ketus.
Antoni mengangguk dengan sungkan. Ia yakin telah terjadi sesuatu di dalam. Apalagi setelah melihat keadaan Freya, Antoni sungguh mencemaskan gadis itu. Antoni berpikir jika Alano lah yang sudah membuat Freya seperti ini, karena ia tahu persis jika Alano sangat membenci Freya.
Di dalam mobil, Alano tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. Meski Freya sudah mengatakan jika ia baik-baik saja, namun mata gadis itu tidak bisa membohongi Alano. Ancaman itu jelas tertuju untuk Freya, dan Alano tidak bisa tinggal diam.
"Ton, besuk kamu minta rekaman CCTV mulai dari pintu masuk hotel ini sampai ke ballroom dan seluruh ruangan yang ada di sekitarnya terutama toilet yang ada di ballroom. Saya nggak mau tau, besuk siang rekaman itu udah harus ada di meja saya," perintah Alano pada Toni.
"Ba-ik Bos."
Alano kembali menatap Freya yang masih membisu sampai sekarang. Ada rasa prihatin pada diri Alano, namun ia sendiri tidak tahu bagaimana cara menunjukkan simpatinya. Alano bukan orang yang mudah bergaul, maka tidak heran jika ia tidak tahu seperti apa caranya menenangkan orang lain.
"Frey.. Lo bisa cerita apapun sama gue tentang teror itu. Gu-e akan berusaha buat cari tau siapa orang yang udah berani nglakuin ini sama lo. Lo jangan mikir yang enggak-enggak, gue nglakuin ini karena gue…" Alano menjeda sejenak ucapannya.
"... Karena gue penasaran siapa pecundang yang beraninya neror cewek," lanjut Alano cepat.
Dari sikap gugup Alano, jelas menunjukkan jika kata-kata yang ia ucapkan hanyalah alasan untuk menutupi kecemasannya.
Freya tidak menanggapi ucapan Alano, ia hanya menatap Alano sekilas lalu kembali fokus dengan lamunannya sendiri.
***
Alano tidak bisa tidur dengan nyenyak. Setiap kali ia memejamkan mata, pikirannya selalu menuntun Alano pada kejadian yang menimpa Freya. Tangis Freya dan ketakutan gadis itu terus membayangi Alano sampai-sampai ia mengomeli dirinya sendiri karena pikirannya tidak mau bekerjasama dengan tubuhnya yang benar-benar sudah lelah.
Jarum jam terus berputar hingga sudah menunjukkan pukul 01.28 WIB, namun Alano masih tetap terjaga. Kesal pada dirinya sendiri, Alano lantas menyibak selimutnya lalu turun dari ranjang.
Ia sedang mencoba memikirkan aktivitas yang bisa ia lakukan agar bisa tertidur lelap. Dan akhirnya Alano memutuskan untuk berolahraga menggunakan treadmill. Jika kelelahan maka jalan satu-satunya adalah beristirahat, itulah alasan logis yang Alano dapat.
Baru beberapa menit menggunakan alat itu, keringat Alano sudah mulai bercucuran. Alano sedikit memelankan temponya sambil menyeka keringat yang menetes di dahinya.
Lalu tiba-tiba Alano mendengar suara teriakan. Cepat-cepat Alano berlari mencari arah sumber suara. Dan ternyata suara itu berasal dari kamar Freya.
Alano menaiki tangga dengan cepat, hingga melupakan pakaian yang tengah ia kenakan sekarang. Celana sport yang ketat dengan atasan yang hanya mengenakan kaos dalam itu cukup menggoda siapapun yang memandang. Otot-otot tubuhnya yang kekar dan kulitnya yang putih bersih akan menunjukkan jika Alano adalah pria yang sangat menjaga bentuk tubuhnya.
Sekali lagi, Alano tidak terpikirkan akan hal itu. Sesampainya di atas Alano mencoba memanggil-manggil Freya namun Freya terus menangis tanpa memberinya respon.
Cemas dengan keadaan Freya, tanpa pikir panjang Alano langsung mendobrak pintu itu.
Dalam sekali tendangan Alano berhasil membuka pintu itu. Hal pertama yang Alano lihat adalah Freya. Gadis itu sedang meringkuk di ranjang sambil menutup wajahnya menggunakan tangan.
"Frey, lo kenapa? Ini gue Alano. Lo udah aman sekarang," ucap Alano yang sudah berdiri di samping ranjang Freya.
"Alano?" ucap Freya sambil melirik ke arah Alano.
Freya kemudian menatap ke sekeliling, ia seperti orang kebingungan. Tak berselang lama, Freya kembali menatap Alano karena ia menyadari sesuatu. Dan ternyata, begitu melihat tubuh Alano yang sedikit terekspos, Freya langsung terbelalak sambil mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya.
"Arhhh!!" jerit Freya.
Alano juga tak kalah terkejut saat ia melihat penampilannya sendiri.
"Hah," seru Alano sambil berjingkat.
Tangan Alano spontan menyilang di bagian dada dan juga di bawah, tepat di atas juniornya.
"Lo ngapain masuk kamar gue?" tanya Freya tanpa berani membuka tangan dan matanya.
"Gu-e denger lo teriak makanya gue langsung kesini," jawab Alano malu.
"Gue cuma mimpi buruk. Sekarang lo pergi dari kamar gue."
Alano celingukan berusaha mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menutupi tubuhnya. Hingga kemudian tatapan Alano terfokus pada selimut yang Freya pakai.
Tanpa mengatakan apa-apa, Alano langsung menarik selimut Freya dan melilitkan di tubuhnya. Namun tanpa Alano sadari, rupanya selimut itu merupakan pelindung tubuh Freya. Seperti halnya Alano yang tampak seksi dengan pakaian olahraganya, Freya juga tak kalah seksi dengan gaun malam yang ia kenakan.
Gaun tanpa lengan dengan warna putih yang transparan itu membuat dalaman Freya tercetak jelas.
Freya langsung berteriak keras kemudian disusul Alano yang tak kalah nyaring. Sama seperti Alano, tak ada yang bisa Freya lakukan selain menutupi bagian atas tubuhnya dengan tangan.
"Tutup mata lo Al, berani lo buka mata.. Gue colok mata lo!" ancam Freya dengan kesal.
Alano yang awalnya melotot menatap lurus ke arah Freya, seketika langsung menutup matanya. Namun sesuatu yang sempat ia lihat nampaknya cukup membuat Alano penasaran hingga ia berani untuk mengelabuhi Freya. Alano tidak sepenuhnya menutup mata, samar-samar ia masih bisa menatap dua gundukan bukit yang tersembunyi di balik bra berenda dengan warna merah menyala itu.
Diam-diam Alano menelan ludahnya dengan susah payah. Nalurinya sebagai laki-laki normal sepertinya mulai berjalan. Meski Alano sering dikelilingi wanita cantik, namun tidak pernah ada yang bisa menggoyahkannya. Tapi kali ini, hanya dengan melihat sesuatu yang tersembunyi di balik gaun transparan itu sudah bisa membuat bulu kuduk Alano berdiri tegak.
"Alano! cepet keluar dari kamar gue atau gue lempar lo pakai lampu tidur," seru Freya dengan tangan yang sudah meraba-raba meja kecil yang ada di dekat ranjangnya.
Saat tangan Freya sudah menjangkau lampu itu, Alano bergegas kabur dari kamar Freya.
"Pergi!!!" teriak Freya sebagai peringatan terakhirnya.
Pyar…
Lampu tidur itu benar-benar melayang di udara sampai akhirnya jatuh dan mengenai sesuatu.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nur Lizza
buat mereka berdua saling mencintai thor
2021-10-12
0
Tatha Hasna
ayo thor, bkin Alano jtuh cinta sama Freya sebelum Jasmine masuk terlalu dalem
2021-09-09
1
Chumairoh
lagi thoorr😁
2021-09-09
1