"Tunggu!"
"Kenapa non?" tanya wanita itu yang seketika menghentikan langkahnya.
"Bilangin papa aku lagi sakit perut, ya ya.. Please.." Freya memohon pada wanita itu.
"Tapi non."
"Please.. Kali ini aja bantuin gue ya. Gue tambahin bayaran lo jadi dua kali lipat. Enggak-enggak jadi tiga kali lipat," seru Freya sambil berjalan mundur ke belakang untuk masuk ke dalam kamar mandi.
Dan begitu pintu kamarnya terbuka Freya sudah berhasil masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya dengan rapat.
"Freya?" panggil Papa Hartono. "Anak saya kemana?" tanyanya setelah celingukan mencari Freya dan tidak berhasil menemukannya.
"Non Freya lagi di kamar mandi Tuan, katanya dia lagi sakit perut," jawab wanita itu dengan gugup.
Papa Hartono langsung berjalan menuju pintu kamar mandi.
"Freya, papa tau kamu bohong. Keluar sekarang sebelum papa ambil kunci duplikatnya."
"Freya beneran sakit perut pa. Duhh sakit…" rengeknya sambil pura-pura memegang perutnya.
"Oke, papa ambil kunci duplikatnya sekarang."
"Pa.. Freya serius."
"Papa juga serius. Mau buka sendiri atau papa yang buka?"
"Ahh sial, tipuan gue udah nggak mempan lagi," rutuk Freya.
Ceklek.
Freya keluar dengan wajah cemberutnya. Sungguh menyebalkan, aktingnya ternyata tidak mempan untuk mengelabuhi papanya.
"Putri papa sungguh cantik, pantas rasanya jika Pak Reno dan Ibu Liliana memilih kamu sebagai menantunya. Oh iya, papa mau minta maaf soal ucapan papa yang waktu itu, papa lagi emosi jadi papa asal bicara dan nggak mikirin perasaan kamu. Maafin papa ya, papa udah salah dan papa percaya kalau putri papa nggak akan mungkin melakukan buruk seperti yang pernah papa tuduhkan."
Freya hanya diam dengan ekspresi judesnya. Lalu ia menatap wanita itu dengan tatapan mengintimidasi.
Raut wajah Freya terlihat semakin menyeramkan saat ia melirikan matanya dengan tajam. Sementara wanita itu hanya bisa menunduk takut.
"Anak papa kenapa sih, masih marah sama papa?" tanya Papa Hartono.
"Permisi Tuan, Mas Alano sudah tiba dan mereka sedang menunggu Tuan dan Nona untuk turun ke bawah," ucap salah seorang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Freya.
"Tuh denger sendiri kan, calon suami kamu udah datang. Ayo kita turun sekarang."
"Tapi pa, Freya nggak mau nikah sama Alano."
"Udah kamu diem aja, Alano itu pria yang sempurna. Dia pasti bisa bahagiain kamu lagipula kamu udah saatnya untuk menikah."
"Pa…?"
Freya melangkah dengan malas-malasan namun Papa Hartono terus menarik tangan Freya.
"Tambahan bayaran kamu batal!" bisik Freya setelah ia berpapasan dengan wanita itu.
Mereka sudah menuruni tangga dengan tangan Freya yang melingkar di lengan papanya. Freya nampak anggun dengan gaun berwarna pink muda dan rambut yang biasanya dibiarkan tergerai.
Kedua orang tua Alano nampak berdecak kagum ketika melihat penampilan Freya yang sekarang. Namun hal serupa tidak terjadi pada Alano yang sedang asik dengan gawainya.
"Al liat calon istri kamu, cantiknya…" puji Mama Liliana sambil menyenggol lengan putranya. "Dia lebih mirip seperti bidadari. Mama iri dengan kecantikannya."
"Hmmmm," jawab Alano tanpa mau mengangkat wajahnya.
"Ck, liat ke depan bukan ponsel kamu."
Mama Liliana yang kesal langsung mengangkat dagu Alano. Dan seketika, Alano tak bisa berkedip setelah matanya menangkap sesosok bidadari yang berjalan menghampirinya. Dalam sekejap dunia Alano seakan berhenti berputar. Ia hanya bisa melihat kecantikan Freya dan senyum manis yang terukir di bibirnya.
Namun hal itu tak berlangsung lama karena lamunan Alano disadarkan dengan suara Papa Hartono.
"Alano, bisa geser sedikit?"
Begitulah ucapan Papa Hartono yang kemudian menyadarkan mimpi indah Alano.
Alano terkesiap dan ia segera mengusap wajahnya.
Freya kini sudah duduk di samping Alano.
Melihat mereka bersanding di kursi yang sama, membuat kedua orang tua mereka terus saja membicarakan keduanya. Alano yang malu-malu hanya bisa memalingkan wajahnya ke segala arah, sementara Freya sesekali melirik Alano dengan tatapan sengit.
"Apa yang sebenarnya lo rencanain, kenapa tiba-tiba lo dan orang tua lo ada disini, ha?!" bisik Freya dengan ketus.
Dalam berbagai kesempatan, Freya selalu bisa membalikkan kata-kata Alano. Dan itu membuat Alano gelagapan untuk menjawabnya.
***
Beberapa jam yang lalu,
Selesai meeting Alano mendapat pesan dari sekretarisnya untuk datang ke ruangan papanya.
Dan benar saja, ketika Alano baru saja membuka pintu ia melihat papanya sudah mengenakan setelan jas rapi dan di samping Papa Reno sudah berdiri Mama Liliana dengan pakaian yang sama rapinya seperti ingin menghadiri suatu undangan.
"Mama kok ada disini, dan kalian mau kemana?" tanya Alano bingung.
Mama Liliana tersenyum lalu menghampiri putranya dan sedikit membenarkan dasi dan jasnya.
"Mama sama papa mau menemui seseorang dan kamu juga harus ikut," kata Mama Liliana.
"Siapa?" tanya Alano lagi.
"Udah kamu ikut aja nggak usah banyak nanya," sahut Papa Reno yang langsung keluar sambil menggandeng tangan istri tercintanya.
"Kamu nanti nyusul ya, alamatnya udah papa kirim ke kamu. Harus dateng, kalau nggak kamu tau sendiri akibatnya, oke?" seru Papa Reno setelah menoleh ke arah putranya.
Alano merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pilih yang tersimpan disana.
Ada satu pesan whatsapp yang muncul di layarnya yang tidak lain dari papanya sendiri. Di pesan itu tertulis sebuah alamat 'Jln. Cempaka Putih No. 25'
"Alamat ini kaya nggak asing, tapi dimana aku ngeliatnya." Alano sedang berpikir keras untuk mengingat-ingat alamat itu, tapi akhirnya ia memilih untuk menyerah karena ia tidak berhasil mengingatnya.
Alano mengikuti perintah dari papanya, ia segera bergegas ke alamat itu tanpa didampingi Antoni.
Sesampainya di rumah itu, Alano langsung terperangah. Sekarang ia mengingatnya, rumah itu adalah rumah yang sebelumnya pernah ia datangi untuk mencari alamat Freya. Tapi yang sekarang menjadi pertanyaan Alano adalah, kenapa mereka menyuruh Alano untuk datang ke rumah ini.
Alano turun dari mobilnya dan mencoba menanyakan tentang siapa pemilik rumah itu pada satpam yang ada disana.
"Permisi pak, kalau boleh tau ini rumahnya siapa ya?"
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat satpam itu menatap curiga.
"Kalau mas nggak tau kenapa mas datang kesini?" Satpam itu balik bertanya.
"Saya disuruh papa saya untuk menyusul ke alamat ini. Itu mobil papa saya." Alano menunjuk sebuah mobil sedan berwarna hitam yang terparkir di halaman rumah itu.
"Mas serius?"
"Ngapain saya boong pak, lagipula apa bapak nggak kenal siapa saya?"
Satpam itu menggeleng dengan wajah polosnya.
"Saya Alano, Shaquil Alano, CEO di-"
"Jadi Mas ini beneran Alano yang mau dijodohkan sama Non Freya?"
"Apa, Freya?" Alano terkejut mendengar nama Freya disebut oleh satpam itu.
"Ya udah atuh sok masuk, udah ditungguin sama Tuan dan Non Freya," jawab satpam itu dengan penuh semangat sambil membuka pintu gerbangnya.
"Jadi ini beneran rumah Freya?"
"Ya bener atuh, masa rumah saya."
"Serius? Freya yang badannya kecil tapi galaknya minta ampun itu kan, yang kerja di-"
"Udah buruan masuk."
Satpam itu dengan sengaja menarik kunci mobil yang ada di genggaman Alano. "Biar saya yang masukin mobilnya, mas tinggal masuk aja."
Alano yang terlalu lama larut dalam ketidakpercayaannya akhirnya kehilangan kesempatan untuk pergi dari rumah itu. Satpam itu sudah membawa masuk mobilnya dan Alano tidak bisa melakukan apa-apa selain masuk ke rumah Freya dan bertemu dengan gadis itu.
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ufuk Timur
baru baca beberapa bab ya kak🤗🤗 Suka sm si Freya, ,udah ninggalin komentar juga beberapa love, ,udah masuk favorit juga, , mampir di novelku juga ya, ,Aili Tan's Revenge, ,mari saling mendukung 🥰🥰🥰
2022-01-26
0
Nur Lizza
mantap
2021-10-12
0