Freya benar-benar bosan setelah seharian berada di rumah. Jangankan seharian, baru beberapa jam saja ia sudah mengeluh.
Sejak ia memutuskan untuk mengambil kerja part time sembari kuliah, Freya sangat jarang berada di rumah. Ia selalu pulang malam dan tak jarang ia tidur di rumah Mesha karena jarak dari tempat kerja dengan rumahnya lumayan jauh.
Dari bangun tidur sampai sore hari, Freya sama sekali tidak menyentuh pekerjaan rumah. Ia hanya bermalas-malasan di kasur sambil menyalakan televisi. Sesekali ia bangun hanya untuk ke dapur dan ke kamar mandi. Bahkan karena terbiasa membeli makanan di luar, Freya sampai malas untuk memasak. Bukan malas, lebih tepatnya karena Freya tidak bisa memasak.
Sejak tadi pagi ia baru sekali makan, itu pun hanya membuat sebungkus mie instan, selebihnya ia mengambil beberapa camilan yang ada di kulkas.
Freya memutuskan untuk turun ke lantai bawah usai maraton menonton Drakor favoritnya.
Kali ini ia ingin keluar sebentar untuk membeli makanan. Hanya memakan camilan saja tidak cukup untuk mengenyangkan perut Freya sehingga ia harus berinisiatif untuk membeli makanan di luar.
Freya berjalan menuju ke garasi lalu mengeluarkan mobilnya.
Tin.. Tin..
Suara klakson mobil Freya membuat Tikno, satpam rumahnya langsung keluar dengan wajah kebingungan.
"Pak bukain pintunya, kok malah bengong," seru Freya karena Pak Tikno hanya berdiri di depan pos jaga.
"Emm begini Non.. Mas Alano pesen ke saya kalau saya nggak boleh bukain pintu buat Non," ucap Tikno sedikit takut dan juga bingung.
"Apa? Aku nggak boleh keluar. Lah.. dia kira ini asrama," gerutu Freya. "Bukain sekarang nggak," ancam Freya kemudian.
"Emm.. Anu Non.. Saya nggak berani nglawan perintah dari Mas Alano. Tolongin saya lah Non, saya disini juga kerja. Nanti kalau saya bukain pintu terus Mas Alano mecat saya gimana, saya masih punya anak kecil-kecil lo Non."
Tikno memelas di hadapan Freya untuk menarik simpatinya. Namun sepertinya Freya tidak mempan dengan rengekannya. Freya justru fokus menatap saku celana Pak Tikno yang sedikit memperlihatkan gantungan kunci.
'Mungkin itu kunci gerbangnya,' batin Freya.
Freya perlahan turun dari mobil dan berjalan mendekati Pak Tikno.
"Ya udah karena saya nggak dibolehin, gimana kalau bapak yang masak buat saya. Soalnya saya udah laper pak."
Pak Tikno justru menggaruk kepalanya karena permintaan Freya terdengar aneh di telinganya. Memasak adalah hal yang bertolak belakang dengan tugasnya sebagai satpam, lalu kenapa Freya menyuruhnya untuk melakukan itu.
"Tapi Non, saya kan satpam.. Masak saya disuruh masak."
"Mau nggak? Atau bapak mau biarin saya kelaperan. Biar nanti kalau Alano tau bapak bisa langsung dipecat."
"Kok gitu sih Non, saya beliin diluar aja gimana?"
"Kelamaan pak, saya udah keburu laper."
"Emang Non mau makan apa, dideket sini juga ada-"
"Saya cuma mau mie goreng pakai telor, simpel kan. Udah saya cepetan," potong Freya sambil mendorong punggung satpam itu sembari mengambil kunci yang ada di saku kanan Pak Tikno.
"Yes," gumam Freya usai berhasil menarik kuncinya.
Tiba-tiba Pak Tikno menoleh ke belakang karena ia merasa keberatan dengan perintah Freya.
Beruntung Freya bisa segera menyembunyikan kunci itu di belakang badannya meskipun jantungnya serasa ingin copot karena Pak Tikno hampir saja melihat kunci itu.
"Ini saya beneran masak Non, kalau nggak enak gimana?"
"Saya udah laper banget pak, masa bapak tega sih," keluh Freya sambil mengusap-ngusap perutnya.
"Ya udah saya buatin tapi nanti kalau nggak enak jangan marah sama saya ya Non."
"Iya udah cepetan Pak."
Setelah Pak Tikno menghilang dari pandangannya, Freya langsung bersorak bahagia. Ia melemparkan kunci itu ke atas lalu menangkapnya dengan senyum cerianya.
"Untung gue cerdas," pujinya sambil menggerakkan alisnya ke atas.
Tak mau membuang waktu, Freya segera membuka gerbangnya dan langsung menyalakan mesin mobilnya.
Sambil mengemudi Freya mencoba untuk menghubungi Mesha. Ia sudah sangat merindukan sahabatnya itu, padahal kemarin mereka sempat bertemu di acara pernikahannya. Namun rasa rindunya belum terobati jika mereka belum duduk berdua sambil menggosipkan sesuatu yang lagi booming.
"Sha lo dimana?" tanya Freya melalui sambungan telfonnya.
"Gue masih di kantor, napa?" jawab Mesha.
"Keluar yuk cari makan, gue laper."
"Kenapa sih lo selalu nyari gue pas lagi laper doang, jangan bilang kalau Alano nggak ngasih lo uang belanja?"
"Ceritanya nanti deh, sekarang lo buruan cabut soalnya gue udah otw."
"Nggak bisa-"
"Harus bisa, gue tunggu di restoran depan kantor oke? Dan nggak pake lama."
Bukan Freya namanya jika tidak bisa memaksa Mesha. Sesibuk apapun Mesha, ia akan tetap mengikuti kemauan Freya meski harus dibumbui dengan perdebatan kecil.
****
"Mas gawat mas!!!" seru Pak Tikno panik.
"Gawat kenapa?"
"Non Freya keluar dari rumah."
"Kok bisa, emang kamu nggak ngelarang dia?" seru Alano dan seketika ia langsung bangkit dari kursinya.
"Udah saya larang mas, tapi sepertinya Non Freya mengambil kuncinya sendiri, padahal seinget saya kunci itu ada di saku celana."
"Gimana sih pak. Kamu cepat cari Freya sekarang, saya nggak mau tau bapak harus bisa menemukan Freya!" bentak Alano kemudian ia langsung mematikan telfonnya.
Alano langsung panik ketika mendengar kabar dari Pak Tikno. Alasannya melarang Freya untuk keluar sejujurnya untuk melindunginya bukan untuk mengekangnya, karena Alano yakin jika penjahat itu masih mengincar Freya.
Freya sudah sampai di restoran tempat ia akan bertemu dengan Mesha, namun setibanya disana rupanya Mesha belum juga datang.
"Mesha kemana sih, coba gue telfon deh." ucap Freya sambil menghubungi nomor Mesha.
Dan kebetulan disaat yang sama Alano juga sedang menghubungi Freya sehingga panggilan Alano tidak bisa tersambung ke nomor Freya.
"Ck, lo kemana sih, batu banget. Udah dibilangin jangan keluar masih juga ngeyel. Kalau gini gue lagi yang repot."
Ceklek,
Pintu ruangan Alano tiba-tiba terbuka dan menampakkan wajah Justin.
"Elo, gue kirain siapa," gumam Alano sambil terus berusaha menghubungi Freya.
Wajah Alano yang panik tentu dengan mudah diketahui oleh Justin. Dan pria itu langsung bertanya, "lo kenapa sih, kaya gelisah gitu?"
"Bukan apa-apa, lo kalau nggak ada yang penting mending keluar dulu deh," sahut Alano dengan malas.
"Gitu banget, siapa tau lo butuh bantuan gue."
Alano menurunkan ponselnya usai Justin menawarkan bantuan kepadanya.
"Yakin lo mau bantuin gue?"
"Lo pasti ribut lagi ni sama Freya, ketauan dari muka asem lo," tuduh Justin.
Tanpa memberi penjelasan Alano langsung menarik tangan Justin untuk keluar dari ruangannya. "Kalau gitu lo harus ikut gue sekarang."
"Woy lo mau bawa gue kemana. Gue bukan anjing, nggak usah lo tarik-tarik."
...BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nur Lizza
cptn alano selidiki kasihan freya klu tersakiti
2021-10-12
0
💫🦋N!@🦋💫
tetp semangat Thor..
aku padamu😍
2021-09-05
1
Tatha Hasna
Semangat thor, udh gak sabar nunggu kelanjutannya.
2021-09-04
1