Sesampainya di depan Alano, Antoni tiba-tiba saja langsung gugup dan panik hingga kalimat yang ia ucapkan tidak bisa terucap dengan lancar.
"I-tu bos, Non Freya.. Non Freya.."
"Dia kenapa, ngomong yang jelas."
"Non Freya.. ti-dur di kamar bos," lanjut Antoni tanpa berani menatap wajah Alano.
Belum sempat menarik napas panjang, Alano sudah mengejutkan Antoni dengan membanting bantal sofanya ke lantai.
"Apa? Lancang banget dia."
Alano bergegas menyusul Freya ke kamarnya. Sesampainya di depan pintu, ia langsung masuk tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Bahkan karena saking kerasnya Alano mendorong pintu itu sampai menimbulkan bunyi bedebam yang cukup keras.
"Siapa yang nyuruh lo tidur disini?!" teriak Alano sambil berkacak pinggang.
Jika siapapun akan langsung tunduk ketika mendengar teriakan Alano, maka lain halnya dengan Freya. Gadis itu dengan percaya dirinya sudah memejamkan matanya sambil merentangkan tangan di kasur dengan posisi tengkurap. Ia seakan tuli dengan teriakan Alano.
"Heh, bangun lo!" Seru Alano lagi.
Freya masih belum membuka matanya.
Kesal dengan ulah Freya, Alano dengan sengaja langsung menarik tangan Freya dan menyeretnya untuk turun dari ranjangnya. Namun Freya yang juga kesal karena tidurnya terganggu berhasil mengibaskan tangan Alano dan kembali menjatuhkan tubuhnya di kasur.
"Lo budex atau emang nggak paham bahasa manusia. Cepet bangun dan keluar sebelum kesabaran gue hilang."
Alano berusaha keras untuk menahan amarahnya, meski sejujurnya rahangnya sudah mengeras dan tangannya sudah mengepal kuat.
Sementara Antoni hanya bisa berdiri di depan pintu tanpa berani mencampuri urusan mereka, karena sebelumnya Antoni sudah mendapat peringatan keras dari bosnya itu.
"Lo cari kamar lain, gue udah nyaman disini," jawab Freya tanpa rasa takut sedikitpun, bahkan ia mengatakannya dengan mata tertutup.
Lagi, Alano menarik tangan Freya. Untuk yang kedua kalinya Alano tidak akan gagal lagi, ia sudah mencengkram kuat tangan Freya hingga Freya tidak bisa lagi melepaskan tangan Alano.
"Lepasin, ini tempat tidur gue," jawab Freya sambil berusaha keras untuk mempertahankan diri di ranjang.
"Nggak ini kamar gue!" sahut Alano sambil terus menarik tangan Freya.
Karena tenaga Alano jauh lebih kuat dari Freya, akhirnya Alano berhasil menjatuhkan Freya di lantai dan sekarang giliran dia yang menempati ranjang itu.
Tapi Freya tidak akan menyerah begitu saja. Ia kembali bangkit dan menarik kedua kaki Alano hingga pria itu tersungkur di lantai.
Mereka terus berebut ranjang itu meski sudah jatuh berkali-kali. Sampai akhirnya karena kelelahan, mereka tergeletak di satu ranjang.
"Gue capek, terserah lo mau tidur dimana tapi lo harus inget kalau lo nggak boleh deket-deket sama gue," ucap Alano dengan napas memburu.
Freya tidak menjawab, ia hanya melirik sinis lalu membalikkan tubuhnya menjadi memunggungi Alano. Freya memilih untuk diam karena tenaganya benar-benar sudah terkuras habis bukan karena ia mengakui kekalahannya.
Kini keduanya sama-sama sudah memejamkan mata dengan posisi saling memunggungi.
***
Sinar matahari sudah menerobos masuk melalui cela jendela. Hal itu tentu membuat Freya membuka matanya karena baginya sinar matahari ibarat sebuah alarm untuk membangunkannya.
Namun siapa sangka, saat Freya baru saja membuka kelopak matanya, ia langsung disambut dengan pemandangan yang sangat mengejutkan.
"Arhhhhh!!!" teriaknya dengan sangat kencang.
Sontak Alano langsung terbangun dengan mata setengah terbuka karena sebenarnya ia belum ingin bangun dari mimpi indahnya.
"Lo kenapa sih."
Freya menatap tangan Alano yang berada di atas perutnya lalu melirik pria itu dengan tatapan tajam.
"Dasar mesum, beraninya lo nyari kesempatan dalam kesempitan!" bentak Freya sambil memutar tangan Alano ke belakang hingga membuat pria itu merintih kesakitan.
"Aghh.. Lepasin tangan gue!"
"Gue nggak akan lepasin sebelum lo minta maaf."
"Aghh.. Lepasin! Ini bukan salah gue, lo yang lebih dulu deketin gue."
"Masih berani ngelak?" Freya semakin menarik tangan Alano hingga Alano menjerit kencang memanggil nama Antoni. "Tol.. Tolongin gue."
"Minta maaf atau tangan lo gue patahin!" kata Freya.
"Gue minta maaf, udah cepetan lepasin!"
"Gue belum denger, lebih keras lagi."
"Sialan!" umpat Alano pelan.
"Lo bilang apa, mau gue patahin beneran?"
"Gue minta maaf," seru Alano dengan suara keras.
Setelah mendengar permintaan maaf Freya langsung melepaskan tangan Alano. Freya kemudian bangkit dari ranjang dan meninggalkan Alano yang masih kesakitan.
"Bener-bener gadis gila! Dia berani menganiaya gue padahal gue yang berkuasa disini. Awas lo, gue akan bales perlakuan lo!"
****
Alano sudah berpakaian rapi dan hendak menuruni anak tangga sambil menenteng tasnya. Namun tiba-tiba dari arah depan Freya berlari dan menabraknya. Gadis itu hampir saja terjatuh, namun tangan Alano dengan sigap menahan tubuh Freya.
Dalam waktu sepersekian detik mereka saling menatap, tapi karena ponsel Alano yang tersimpan disaku berbunyi, Alano segera sadar dan langsung melepaskan tangannya.
Freya yang belum siap untuk menyeimbangkan tubuhnya akhirnya terjatuh begitu Alano melepaskan tangannya dari tubuh Freya.
"Auww," rintih Freya usai bokongnya mendarat di lantai. Beruntung ia tidak sampai terguling di tangga, namun tetap saja bokongnya kesakitan.
Alano sudah menuruni tangga sambil berbicara dengan seseorang yang ada di sambungan telepon. Sekilas Alano tampak melirik Freya sambil menerbitkan senyum liciknya.
Rupanya Alano sengaja menjatuhkan Freya untuk membalas dendam atas apa yang sudah Freya lakukan tadi kepadanya.
"Heii, berhenti! Tolongin gue, pantat gue sakit," seru Freya.
Alano yang terlalu asik dengan teleponnya sampai tidak menggubris ucapan Freya, padahal jelas-jelas suara Freya terdengar sampai ke telinganya.
Antoni yang mendengar berniat untuk menaiki tangga dan membantu Freya, tapi Alano lebih dulu mencengkram tangan Antoni dan menariknya keluar.
"Anterin gue sekarang," ucapnya pada Antoni.
"Tapi bos, Non Freya-"
Alano mengedipkan matanya sambil berbisik pelan. "Mau bantah perintah gue?"
Mendengar kata-kata itu Antoni langsung menunduk takut dan mengikuti langkah Alano tanpa berani untuk menoleh ke arah Freya.
Sementara Freya yang ditinggal seorang diri mulai menggerutu karena tidak ada satu pun orang yang menolongnya, padahal ia jelas-jelas kesakitan tidak sengaja dibuat-buat.
"Alano brengsk!" maki Freya. "Tuhan, kenapa cobaanku seberat ini. Aku pengennya Song Kang yang jadi suamiku, tapi kenapa malah kambing conge yang super rese dan nyebelin itu. Ini nggak adil Tuhan."
Sejenak Freya meratapi nasib sialnya sambil merengek. Beruntung tidak ada orang yang mendengar doanya, jika ada pasti orang itu akan langsung menertawakannya bukan bersimpati atas apa yang terjadi padanya.
Freya mencoba untuk bangkit sendiri sambil berpegangan pada sisi penyangga tangga. Sambil memegangi bokongnya, Freya berjalan pelan menuju ke kamarnya. Dalam keadaan seperti ini ia tidak bisa melakukan aktivitas apapun. Dan yang lebih penting ia harus segera mencari tukang pijit untuk mengobati rasa sakitnya.
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nur Lizza
semoga alano cepat menyelidiki kebusukn citra si maklampir
2021-10-12
0