Ternyata Alano tidak main-main dengan ucapannya. Ia sudah menyiapkan dua buah lembar surat perjanjian yang akan ia serahkan pada Freya.
Ada beberapa poin penting yang tertulis di dalam surat perjanjian itu dan tentunya poin-poin itu berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka selama menikah.
Freya membaca isi surat perjanjian itu dengan teliti, namun entah kenapa ia tiba-tiba berdiri ketika baru membaca poin pertama.
"Pihak kedua dilarang mencampuri urusan pihak pertama, namun pihak pertama berhak mengetahui semua urusan pihak kedua." Freya membacakan isi poin pertama dengan dahi berkerut. "Ini maksudnya apa, kenapa isinya nggak adil gini. Harusnya kamu juga memberi kebebasan untuk aku."
"Kamu itu perempuan jadi aku hanya berjaga-jaga jika nantinya ada sesuatu yang terjadi sama kamu."
"Ngomong apa sih, nggak jelas," sahut Freya sambil menggelengkan kepalanya.
"Pihak kedua dilarang bekerja dan hanya boleh mengurus rumah. Ini juga.. Kenapa aku dilarang kerja. Aneh," komentar Freya yang lagi-lagi tak setuju dengan isi perjanjian itu.
Baru membaca beberapa poin, rasanya Freya sudah malas untuk meneruskannya. Menurutnya isi perjanjian itu tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Freya kemudian meletakkan kertas itu di meja sambil berkata, "apa-apaan ini, semua poin nggak ada yang menguntungkan untukku. Aku akan membuatnya sendiri."
Freya sudah berbalik untuk keluar dari ruangan Alano, tapi tiba-tiba Alano dengan lantang mengatakan, "500 juta. Jika kita bisa menjalankan pernikahan itu selama satu tahun kamu akan mendapatkan uang 500 juta. Tapi dengan syarat tanda tangani surat perjanjian itu."
Freya menghentikan langkahnya sambil menyunggingkan senyumnya.
"Kamu pikir aku wanita bayaran yang bisa kamu beli dengan uang."
"Aku nggak ngomong begitu, lagipula disitu tertulis jika kita dilarang melakukan hubungan suami istri. Jelas, aku tidak akan menyentuhmu. Lalu dimana kata-kata yang menunjukkan aku membelimu."
"Lalu apa artinya uang 500 juta?"
"Aku tau kamu bekerja dengan sangat keras hanya karena ingin menyewa sebuah rumah bukan? Aku juga sudah mendengar jika kamu tidak menyukai calon ibu tirimu."
"Darimana kamu tau semua itu?"
"Alano.. Apa yang nggak bisa gue lakuin," ucap Alano dengan sombongnya.
Freya tampak sedang berpikir. Tawaran Alano cukup menggiurkan, tapi bagaimana pun ia tidak mau menerima uang cuma-cuma itu.
"Anggap aja itu bayaran kamu selama setahun ngurus aku dan juga rumahku."
"Lo pikir gue pembokat."
"Lo istri gue. Bisa bedain kan antara istri sama pembantu?"
***
Sejak bertemu Alano, Freya jadi lebih sering melamun. Semua ucapan Alano terus berputar di kepalanya, membuat Freya mengabaikan pekerjaannya.
"Freya, hei.. Lo mikirin apa sih, dari tadi dipanggil-panggil nggak nyahut," ucap Nindya, salah satu karyawan di cafe tempat Freya bekerja.
"Ahh iya, ada apa?" jawab Freya gelagap.
"Tuh banyak pesenan yang numpuk, lo malah enak-enakan nglamun disini."
Tanpa menjawab Freya langsung berlalu untuk mengambil beberapa menu yang yang sudah siap untuk dihidangkan. Karena kurang hati-hati saat berjalan, tanpa sengaja Freya menumpahkan beberapa minuman kepada salah satu pengunjung.
Pecahan gelas langsung berserakan di lantai dan menarik perhatian semua pengunjung.
Cepat-cepat Freya meminta maaf pada orang yang sudah ia tabrak. Namun wajah orang itu justru menunjukkan kegeramannya. Dan benar saja, tak lama setelah Freya meminta maaf, orang itu langsung memaki-maki Freya tanpa perasaan.
"Kamu gimana sih, bisa kerja nggak! Lihat ni baju saya, jadi basah gini kan. Kalau nggak niat kerja nggak usah kerja. Dasar orang miskin!"
Seketika darah Freya mendidih ketika mendengar hinaan dari wanita itu. Tangannya sudah mengepal kuat dan siap untuk ia layangkan di pipi wanita yang tidak memiliki moral dan akhlak itu. Namun belum sempat Freya mengangkat tangannya, seorang pria yang diketahui sebagai manajer cafe langsung menengahi mereka.
"Permisi mbak, saya selaku manajer di cafe ini ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya atas nama karyawan saya. Kami benar-benar menyesal atas insiden ini. Sebagai gantinya-"
"Sebagai gantinya kalian harus memecat gadis ini. Saya nggak suka sama orang yang kerjaannya nggak becus kaya dia," ketus wanita itu sambil menunjuk wajah Freya. "Lagian apa bayaran kamu sebagai simpanan pria kaya masih kurang?" lanjutnya dengan senyum mengejek.
Semua orang tentu terkejut mendengar ucapan wanita itu. Ada beberapa dari mereka yang langsung mengenali wajah Freya. Bisik-bisik dari mulut ke mulut pun semakin menambah gemuruh amarah di hati Freya.
Hingga akhirnya Freya tak mampu lagi untuk menahannya.
Plakkk!
Telapak tangan Freya sudah mendarat mulus di pipi kanan wanita itu. Bekas kemerahan pun tercetak jelas, menunjukkan jika amarah Freya benar-benar sudah sampai ke puncaknya.
"Kamu pikir siapa kamu berani menghina orang lain. Ngaca dong!"
"Apa kamu bilang, beraninya kamu ngomong seperti itu!"
Aksi saling menarik rambut pun tak bisa dihindari. Mereka sama-sama sudah dikuasai oleh amarah yang mampu menghilangkan rasa malu dan juga takut.
Manajer yang masih berada disana mencoba untuk menengahi, namun ia selalu gagal setelah salah satu dari mereka mendorong manajer itu dengan sekuat tenaga.
Kejadian itu pun tak luput dari jejak digital. Banyak di antara beberapa pengunjung sudah mengangkat ponsel mereka dan menayangkannya secara live.
Tak urung, lagi-lagi nama Freya kembali viral di dunia maya.
"Dasar ****** kecil, rasakan hukuman dari gue," rutuk wanita itu sambil terus menarik rambut Freya.
Freya tak mau kalah, ia juga menarik rambut wanita itu dengan sangat kuat. "Wanita seperti lo pantas mendapatkan ini."
Adegan kekerasan itu pun akhirnya bisa berhenti setelah terdengar bunyi sirine yang diikuti dengan suara peluit panjang.
"Berhenti sekarang juga," ucap seorang polisi yang baru saja tiba dengan mobil patrolinya.
Dengan napas memburu, Freya dan wanita itu sudah saling menjauh. Namun dari sorot mata mereka masih menyiratkan sebuah kebencian yang siap untuk mereka adu di lain kesempatan.
"Sekarang juga kalian harus ikut kami ke kantor polisi."
"Apa, kantor polisi? Yang bener aja pak, saya ini korban, harusnya yang bapak bawa itu dia bukan saya," batah Freya dengan berani.
"Nggak bisa. Lo yang duluan numpahin minum di baju gue jadi lo yang salah," protes wanita itu.
"Jika bukan karena mulut lo yang nggak sekolah itu, nggak mungkin gue sampai semarah ini."
" Elo ya.. Dibilangin-"
"Sudah sudah! Kalian bisa jelaskan masalah ini di kantor polisi."
Dua polisi lain langsung menangkap Freya dan juga wanita itu. Meski mereka bersikeras untuk membela diri namun polisi tetap menggiring mereka hingga mereka masuk ke dalam mobil polisi.
Polisi sengaja tidak menempatkan mereka dalam satu mobil agar perdebatan tidak berlanjut, dan mereka bisa merenungkan kesalahannya masing-masing.
'Wanita itu.. awas aja kalau sampai kita ketemu lagi,' batin Freya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nur Lizza
belum tau siapa freya
2021-10-12
0
Chumairoh
lanjutttt😍
2021-08-29
1
Tatha Hasna
Situ belum tau aja siapa Freya sebenarnya😂 orang kaya nggak harus ngaku kaya biar dipandang orang,
Makin seru nih thor, semangat trus ya🤗🤗
2021-08-28
1