Beberapa bodyguard Alano sudah tiba di hotel. Pria berjumlah empat orang itu langsung berbaris rapi untuk mengawal Alano dan juga menjaga Alano dari kerumunan wartawan.
"Pak Alano.. Pak Alano.. Boleh kita bertanya sebentar," seru beberapa wartawan begitu melihat Alano berjalan keluar hotel.
"Pak tunggu pak, kita perlu klarifikasi dari bapak tentang kedatangan anda di hotel ini."
Mereka saling bersahut-sahutan meski Alano tetap bungkam dengan wajah yang tertutup masker dan juga kacamata hitam.
Suara itu sampai terdengar di telinga Freya dan Mesha. Freya yang penasaran dengan sosok Alano mulai mengintip dari balik tembok.
Begitu tahu jika Alano memang pria yang sudah tidur dengannya, Freya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Jadi lo beneran nggak kenal Pak Alano?" tanya Mesha lagi.
Freya menggeleng dengan polosnya membuat Mesha menghela napas sambil menepuk jidatnya.
***
Freya gelisah, ia sudah berjalan kesana kemari sambil mencari solusi untuk masalah yang tengah menimpanya. Pemberitaan tentang dirinya sudah menyebar, menyebabkan kekacauan yang tidak mungkin bisa ia hindari.
Ponselnya sudah berdering berkali-kali. Entah siapa yang menghubunginya, Freya belum berani untuk sekedar melihatnya. Tapi feeling Freya bisa menebak jika beberapa telepon itu pasti berasal dari papanya dan juga dari manajer tempat ia bekerja.
Tidak menutup kemungkinan jika Freya akan dikeluarkan dari pekerjaannya mengingat dirinya bekerja di bidang jurnalis. Perusahaan pasti tidak ingin terlibat masalah.
"Mau sampai kapan lo menghindar kaya gini?" tanya Mesha yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengusap-usap rambutnya yang masih basah menggunakan handuknya.
"Gimana gue jelasin masalah ini ke Pak Andre. Apalagi gue udah punya catatan buruk sebelumnya. Pasti nggak bakal ada lagi toleransi buat gue."
Dengan pasrah Freya menjatuhkan tubuhnya di ranjang sambil menatap langit-langit kamar Mesha.
"Makanya kalau mau apa-apa itu dipikir dulu. Tapi ngomong-ngomong lo beruntung bisa tidur sama Pak Alano," ujar Mesha sambil tersenyum nyengir.
Freya yang geram dengan ucapan Mesha langsung bangkit dan menonyor kepala sahabatnya. "Sekali lagi lo sebut nama dia, nggak ada lagi masker gratis!" ancam Freya.
Mesha menghela napas sambil memutar bola matanya dengan jengah. "Iya deh, yang kaya emang yang berkuasa. Remahan kaya gue mana bisa beli masker mahal dari Korea."
***
Di sisi lain, Alano sedang berjalan menuju ruangan papanya. Dengan cepat berita itu sudah sampai di telinga sang papa yang tidak lain adalah pemilik perusahaan penerbitan dan periklanan tempat Alano bekerja sebagai CEO.
Begitu Alano masuk, ia langsung duduk sambil menopangkan satu kakinya ke kaki yang lain. Ia sama sekali tidak peka dengan kemarahan papanya. Padahal sejak masuk, papanya sudah menunjukkan sikap dinginnya dengan tidak menjawab sapaan dari Alano. Bahkan pria yang biasa dipanggil Pak Reno itu justru menatap ke jendela, memunggungi Alano yang baru saja tiba.
"Apa kamu tau kenapa papa manggil kamu kesini?" tanya Papa Reno tanpa membalikkan badan ke arah Alano.
"Apa ini ada kaitannya dengan kejadian semalam? Udah lah pa.. Alano bisa atasi masalah ini, lagipula Alano nggak ngapa-ngapain sama itu cewek jadi nggak usah buang-buang waktu untuk mikirin gosip itu."
"Ini bukan sekedar gosip. Tapi ini tentang harga diri dan nama baik keluarga kita. Ini bukan masalah sepele Al. Jadi papa harap kamu bisa segera mengambil sikap."
"Jadi papa nyuruh Alano buat bikin klarifikasi tentang masalah ini."
"Bawa gadis itu ketemu papa."
"Apa? Papa mau ngapain. Lagipula itu cewek nggak bakal mau ketemu lagi sama aku pa."
"Itu karena kamu laki-laki pengecut. Kamu harus bawa dia, jika tidak maka papa akan cabut jabatan kamu."
"Nggak bisa gini dong pa, Alano-"
"Ucapan papa udah jelas jadi kamu bisa keluar dari ruangan papa," tegas Papa Reno.
"Tapi pa…"
"Bawa gadis itu besuk atau-"
"Oke, Alano akan bawa cewek itu ketemu papa," potong Alami cepat. "Papa puas sekarang?" ucap Alano. Ia sudah bangkit dari kursinya dan mulai berjalan meninggalkan ruangan papanya dengan perasaan kecewa dan kesal.
Setelah Alano pergi, barulah Papa Reno membalikkan badannya. Menghadapi sikap arogan Alano memang perlu ketegasan. Jika tidak, maka tidak menutup kemungkinan jika Alano akan kembali membuat ulah.
Alano membuka pintu ruangannya dengan kasar. Ia melonggarkan dasinya yang terasa mencekik leher dan juga melempar jasnya pada asisten-nya.
Alano yang terkenal arogan dan galak itu tidak takut pada siapapun kecuali papanya. Setiap perintah dari Papa Reno tidak ada yang bisa Alano bantah. Namun begitu ia tidak suka dengan perintah itu maka Alano akan melampiaskan pada bawahannya.
"Sial, belum cukup dia ngancurin nama gue, sekarang dia malah mempersulit keadaan," gerutu Alano.
Antoni, bodyguard-nya tidak berani berkutik. Ia hanya bisa menunduk sambil menunggu perintah dari Alano.
"Kita pergi sekarang," titah Alano tiba-tiba.
"Kemana Bos?" tanya Antoni.
"Nyari cewek gila itu, apalagi!" bentaknya dengan lirikan tajam.
Antoni berusaha mengejar Alano yang sudah berjalan lebih dulu.
"Tapi bos, siang ini anda ada meeting dengan dewan direksi," ucap Antoni.
Sebagai seorang asisten Antoni tentu mengetahui semua kegiatan bos-nya. Ia juga sangat paham segala seluk beluk mengenai Alano. Bisa dibilang jika Antoni memegang semua kartu As seorang Alano. Maka tidak heran jika Alano harus mengeluarkan uang tiga puluh juta per bulan untuk upah seorang asisten pribadi. Belum lagi tunjangan dan fasilitas yang lain.
Bagi Antoni sendiri, menjadi asisten Alano bukanlah beban yang cukup berat karena sejak belia ia sudah bekerja untuk Alano. Dulu ayah Antoni adalah supir pribadi keluarga Reno Tanuwijaya. Setiap hari pula Antoni selalu bermain dengan Alano. Itulah alasan kenapa Antoni begitu setia di sisi Alano meskipun Alano kerap kali memarahinya dan juga membentaknya.
"Cancel semua jadwal saya hari ini. Dan tugas kamu sekarang adalah mencari alamat gadis itu."
Antoni dengan sigap mengotak-atik Ipad yang ada di tangannya sambil menyeimbangkan langkah kakinya dengan kaki panjang Alano. Sudah menjadi keseharian Antoni untuk merangkap berbagai pekerjaan yang bagi orang lain sangat sulit untuk dilakukan. Namun beruntung karena Antoni sudah terbiasa dengan pekerjaan itu.
Sesampainya di mobil Antoni sudah bisa menemukan identitas lengkap seorang Freya Jovanka, tepat saat ia harus membukakan pintu untuk Alano.
"Gadis itu namanya Freya Jovanka, dia seorang penulis naskah untuk program berita. Dia tinggal di Cempaka putih No. 25 sekitar lima meter dari sini," ucap Antoni begitu ia sudah menutup pintu mobil untuk Alano.
Alano hanya mengangguk dan mereka segera meluncur ke alamat Freya.
Dua puluh menit kemudian mereka tiba di depan sebuah rumah dengan gerbang tinggi menjulang, dan jika dilihat dari luar rumah itu tampak menonjol dibanding rumah lainnya. Rumah dengan halaman luas dan bangunan yang megah menandakan jika pemilik rumah itu bukanlah orang sembarangan.
Alano sedikit meragukan informasi dari Antoni mengingat pekerjaan Freya hanyalah seorang penulis naskah.
"Kamu yakin ini rumahnya?" tanya Alano sebelum ia memutuskan untuk turun dari mobil.
"Benar bos."
"Mana mungkin dia tinggal disini. Gaji dia bahkan tidak cukup untuk bayar sewa rumah ini," remeh Alano. "Kita datang aja ke kantornya, dia pasti ada disana."
"Tapi bos, Freya memang anak-"
"Jalan sekarang."
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
ANAA K
Wah keren thor👍🏾
2021-11-08
0
Nur Lizza
lanjut thor
2021-10-10
0
Nonny
semangat ka
2021-10-09
0