Alano masih tidak percaya jika sebentar lagi ia akan menikah dengan Freya, seorang gadis dengan penampilan sederhana yang sama sekali tidak pernah terlintas dipikirannya jika dia yang akan menjadi pendamping hidupnya.
Membayangkan saja Alano sudah tidak sanggup, apalagi ia harus benar-benar tinggal satu atap, dan tentu ia akan melihatnya setiap hari.
"Gue beneran bisa gila kalau sampai hal itu bener-bener terjadi," ucap Alano sambil menggerak-gerakkan gelas minumnya.
"Heii bro."
Tiba-tiba datang seorang pria yang menepuk pundak Alano. Sebenarnya Alano enggan untuk melihat siapa orang yang sudah berani menepuk pundaknya, namun saat sadar jika itu adalah suara Justin, Alano langsung melotot terkejut ke arah Justin.
"Elo?!! Elo kenapa baru muncul sekarang."
"Sorry Al, waktu itu gue dapet telpon dari nyokap kalau bokap gue masuk ICU, makanya gue langsung cabut dan nggak sempet bilang ke elo," terang Justin sambil duduk di depan Alano.
"Ya elo kan bisa telfon gue. Lo udah liat kan berita di luar sana. Gue masih nggak percaya kalau niat baik gue waktu itu justru membawa malapetaka buat hidup gue sendiri. Sekarang gue nggak mau tau, elo harus bantuin gue buat batalin pernikahan itu."
"Wait.. Wait.. Pernikahan? Siapa yang mau nikah, bukan elo kan?" tanya Justin.
"Lo masih nanya? Gara-gara lo nih gue disuruh nikah sama gadis itu, mana bokap pake ngancem segala."
"Lo serius? Jangan-jangan lo udah…"
"Udah apa!! Nggak usah macem-macem deh lo. Siapa juga yang mau sama gadis lugu dan norak kaya dia."
Brakkk!!!
Tanpa Alano ketahui, rupanya Freya mendengar semua pembicaraannya dengan Justin. Gadis itu menatap Alano dengan geram sambil mengepalkan tangannya.
"Elo ngikutin gue ya?" tuduh Alano.
"Lo pikir ni cafe punya nenek moyang lo. Gue kerja disini, kenapa?" sungut Freya.
Alano membuang napas sambil tersenyum miring. "Kebetulan kalau kita ketemu disini, gue mau ngembaliin tas elo dengan syarat lo mau batalin rencana pernikahan kita," ucap Alano dengan nada pelan karena ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya mengetahui pembicaraannya.
"Nggak usah banyak omong, sekarang mana tas gue."
"Tunggu disini."
Alano lantas bangkit dari kursinya untuk mengambil tas Freya yang berada di dalam mobilnya.
Ketika Alano sampai di mobil tanpa sengaja ia melihat seorang pria yang mencurigakan. Dari perawakan dan pakaiannya, Alano sangat yakin jika pria itu adalah pria yang sama dengan yang ia lihat di club waktu itu.
Setelah Alano mengikuti tatapan pria itu, rupanya pria itu sedang mengawasi Freya.
Alano sempat berpikir untuk menemui pria itu dan menanyakan langsung apa tujuannya mengawasi Freya. Namun Alano mengurungkan niatnya karena Alano tidak ingin lagi melibatkan dirinya dengan masalah orang lain, terlebih dengan Freya.
"Nih tas lo dan mulai sekarang kita udah nggak ada urusan lagi."
Freya menarik tasnya dengan kasar.
"Lo pikir gue mau berurusan sama lo," sungut Freya sebelum melenggang pergi meninggalkan Alano.
Meski Alano sudah bertekad untuk tidak lagi mencampuri urusan Freya, namun pikirannya justru semakin kacau setelah melihat pria tadi. Apalagi Alano melihat Freya keluar dari cafe sambil menenteng tasnya.
"Elo kenapa, kaya lagi cemas gitu," tanya Justin setelah melihat raut wajah Alano.
"Nggak papa."
****
Freya benar-benar dipecat dari pekerjaannya, dan untuk saat ini ia terpaksa bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah cafe. Hal itu Freya lakukan agar ia bisa segera mengumpulkan untuk menyewa rumah.
Sejak melihat papanya dengan wanita lain Freya sudah tidak lagi pulang ke rumah. Ia memutuskan untuk tinggal di rumah Mesha sementara waktu.
Tanpa Freya sadari, di belakangnya ternyata ada seorang pria yang diam-diam mengikutinya. Entah apa niatnya, namun pria itu terus mengikuti langkah Freya.
Tin.. Tin..
Bunyi klakson yang cukup keras membuat Freya menoleh dengan kesal. Freya sempat menyerngit saat melihat sebuah mobil berhenti di sampingnya. Namun setelah kaca mobilnya diturunkan, Freya memutar bola matanya dengan jengah.
"Yang ngikutin siapa, yang dituduh siapa. Dasar cowok aneh," gerutu Freya.
"Kali ini gue lagi baik jadi gue akan ngasih tumpangan ke elo, ayo naik," ucap Alano.
"Gue nggak butuh tumpangan dari elo, udah sana pergi," usir Freya.
Alano sempat melirik ke belakang dimana pria yang ia lihat tadi masih ada di belakang Freya dengan berpura-pura memainkan ponselnya.
Tanpa berkata apa-apa, Alano langsung turun dari mobil lalu berjalan untuk membuka pintu samping.
Ia menggerakkan matanya menyuruh Freya untuk masuk. Namun Freya hanya menyipitkan matanya.
Tanpa Freya duga, Alano menarik tangan Freya dan mendorongnya masuk ke mobil. Setelah Freya masuk, Alano menatap pria itu dengan tatapan sengit.
Tahu jika Alano mengetahui kehadirannya, pria itu langsung pergi setelah membenarkan posisi topinya.
"Ini namanya pemaksaan, lo tau kan?" ucap Freya setelah Alano duduk di sampingnya.
"Diem aja napa sih, anggap aja ini sebagai ucapan terimakasih gue karna lo udah mau bantu gue buat batalin rencana konyolnya papa."
"Lagian siapa juga yang mau nikah sama lo, mending gue jomblo seumur hidup."
"Apa lo bilang, jomblo seumur hidup," Alano tersenyum tak percaya jika ada orang yang secara terang-terangan menolaknya.
"Iya, kenapa? Cuma cewek bodoh yang mau sama lo," ceplos Freya.
Alano menggertakan giginya sambil memberi tatapan tajam pada Freya.
Dan Freya ikut menoleh menatap Alano dengan senyum tipisnya. "Ucapan gue masih kurang jelas?"
"Turun dari mobil gue, sekarang!" titah Alano dengan ekspresi datar.
"Dengan senang hati," jawab Freya sambil membuka pintu mobil Alami.
Setelah Freya turun dari mobilnya, Alano langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Rasa kesalnya pada Freya semakin bertambah besar usai gadis itu meremehkannya.
"Mimpi apa gue bisa ketemu sama cewek gila kaya dia. Harusnya dia itu bilang makasih karena gue udah nyelametin dia, tapi liat.. Apa balasannya."
Freya adalah orang pertama yang berani mengumpatnya disaat para wanita berusaha untuk merayunya. Tak heran jika Alano masih belum bisa menerima kenyataan jika ia sudah diremehkan.
"Udah dua kali gue nolongin dia, dan dua kali juga gue dapet makian atas niat baik gue. Bener-bener gadis yang luar biasa. Kalau sampai kita ketemu lagi, giliran lo yang gue bikin malu."
"Masa bodo dengan nyawa lo, gue nggak akan perduli lagi."
Sepanjang perjalanan, yang Alano pikirkan hanyalah Freya dan Freya. Bukan karena ia menyukainya, namun kebenciannya dengan sosok Freya membuat ia tak bisa memalingkan fokus pikirannya.
Di tempat lain, Freya juga sedang mengutuk Alano. Banyak kerugian yang Freya alami setelah namanya viral di media sosial, bahkan ia merasa diintimidasi oleh orang-orang di sekitarnya.
Alano yang nama besarnya sudah diketahui publik bisa dengan mudahnya mengatasi masalah ini, tapi berbeda dengan Freya. Freya tidak terbiasa dengan nama besar papanya. Bagi Freya, berjuang untuk membesarkan namanya sendiri jauh lebih penting daripada mendompleng nama keluarga hanya untuk mendapatkan pengakuan di mata masyarakat.
"Gue pasti bisa melalui semua ini. Gue bukan Freya yang lemah."
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
~~~~~~~~
Next baca nya nyicil ya Thor 🙏
Semangat 💪
2021-10-28
0
Nur Lizza
lanjut
2021-10-12
0