Max yang keluar dari kamar rawat Airell karena disuruh pulang oleh putranya sendiri dan
putranya lebih memilih dokter Adam daripada dirinya membuat Max kembali berlari ke dalam toilet rumah sakit untuk memuntahkan isi perutnya yang terus
bergejolak.
Menyugar rambutnya dengan air untuk menjernihkan pikiran dan perasaannya yang mulai berkecamuk tentang hal-hal yang negatif.
Dering ponsel Max berbunyi memecah lamunan Max mengenai bagaimana ia harus memperjuangkan Airell dan Noel agar hidup bersama dengannya layaknya sebuah keluarga.
“Halo, kakak.” Teriak seorang wanita di seberang telepon Max yang tidak lain adalah Steffany atau biasa dipanggil Steffy. “Kakak bohong dengan Steffy, kenapa kakak pergi ke
negara F padahal kakak punya janji dengan Steffy. Setelah menghilang beberapa hari dan kembali kemudian tiba-tiba sudah di negara F. Apa kakak lupa dengan janji kakak akan menemani Steffy selama di sini. Kalau kakak tidak mau dan mengingkari janji kakak lebih baik Steffy di negara P aja nggak usah pulang
selamanya dan kakak juga nggak usah datang untuk menjenguk Steffy.” Cerocos Steffy yang merasa kesal dengan kakaknya Max.
Sedangkan Max memasang wajah datarnya dan menjauhkan ponselnya dari telinganya saat mendengar protesan adiknya yang cerewet. “Kakak dengar Steffy nggak sih.” Pekik kekesalan Steffy saat tidak mendengar respon dari kakaknya.
“Aunty kenapa marah-marah sama uncle Max?” Tanya Queeny yang baru tiba dan melihat Steffy
marah-marah di telepon sambil memanggil kakak kakak.
Max menghela nafas berat, ini akan sangat lama pikir Max apalagi sudah ada Queeny yang
berada di dekat Steffy dan otomatis akan ada Disha.
Max tidak mendengar apa yang sedang dibicarakan Steffany, Queeny, dan Disha di seberang sana karena sekarang fokusnya adalah untuk mengendalikan pikiran dan perasaannya agar tidak kembali mengeluarkan cairan bening tersebut dari mulutnya.
Namun sayang Max yang sudah tidak kuat karena dalam beberapa hari ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam tubuhnya dan jika pun ada pasti akan segera dikeluarkan lagi.
Karena tidak kuat Max akhirnya pingsan untungnya ada seorang cleaning service yang melihat Max sudah hilang kesadarannya.
Di seberang sana Steffy mendengar suara seseorang memanggil kakaknya dengan sebutan terdiam.
“Kakak, kakak, apa kakak baik-baik saja?” Tanya Steffy yang mulai cemas dan khawatir dengan keadaan kakaknya di seberang sana. Tidak hanya itu Disha dan si kecil Queeny juga khawatir dengan uncle kesayangannya.
“Maaf Nona, Tuan yang punya ponsel ini pingsan di toilet.” Ucap cleaning service tersebut. Steffy yang mendengarnya terkejut
kakaknya adalah orang yang jarang sakit dan sangat menjaga kesehatannya jika kakaknya sudah sampai pingsan berarti kondisi kakaknya sangat tidak baik.
“Iya, pak tolong antarkan kakak saya ke rumah sakit dan beri kakak saya fasilitas VVIP
nanti telepon saya dengan nomor 08xxxxxxxxxx ya pak.” Dengan segera cleaning
service tersebut memanggil temannya dan tidak lupa mencatat nomor seorang perempuan di seberang sana.
“Ada apa dengan Max, Steffy?” Tanya Disha melihat kecemasan di wajah Steffy.
“Kak Max pingsan kak Disha. Kakak Steffy akan terbang ke negara F untuk memeriksa
keadaan kak Max. Tolong kasih tau kak Diego untuk segera menyiapkan jet pribadi” Jawab Steffy terburu-buru sambil membawa beberapa barang yang penting dan dimasukkan ke dalam tas Chachacha miliknya.
“Kakak, Steffy pergi dulu ya.” Pamit Steffy buru-buru.
Selama hampir kurang lebih menempuh perjalanan 14 jam lamanya akhirnya Steffy tiba juga di negara F dengan mendarat di atas atap rumah sakit melalui helikopter yang ditumpanginya setelah menggunakan jet pribadi yang berhenti di bandara tadi. Berjalan dengan tergesa-gesa menuju ke arah ruang Max dirawat melalui tangga. Dengan nafas tersengal-sengal tanpa sengaja Steffy menabrak seorang anak kecil yang tidak lain adalah Noel sang keponakan namun Steffy tidak menghiraukannya karena ia tidak melihat siapa yang ia tabrak.
Noel yang bangkit dari jatuhnya dan melihat ke arah wanita yang menabraknya tadi sedikit
heran dan merasa familiar akhirnya Noel mengikuti langkah Steffy yang terus
berlari menggunakan high heels-nya.
Melihat wanita yang menabraknya berlari menggunakan high heels membuat Noel merasa kagum dan heran karena bisa berlari secepat itu dan tidak ada sekalipun selama ia mengikuti bahwa wanita tersebut terjatuh atau
pun tersandung.
“Kakak.” Panggil Steffy yang melihat Max terbaring lemah dengan wajah pucatnya dan jarum impus yang menancap di pergelangan tangan kananya.
“Kakak, apa yang sebenarnya terjadi pada kakak. Kenapa kakak seperti tidak terurus begini.” Tangis Steffy yang melihat keadaan Max.
“Lihatlah badan kakak kurus dan wajah kakak pucat dan apa ini kenapa ada kumis di wajah
kakak.” Max yang mendengarnya merentangkan kedua tangannya agar adiknya Steffy yang cengeng ini segera memeluk dirinya namun hal itu tidak demikian Steffy masih tetap bergeming memperhatikan Max.
“Apa kamu tidak mau memeluk kakak?” Tanya Max dengan lirih, Steffy yang mendengarnya
segera memeluk Max dan menangis sesenggukan di pelukan Max.
“Kakak baik-baik saja jangan khawatir kan kakak.” Ucap Max berusaha menenangkan
adiknya dan menjadi satu-satunya keluarga yang ia miliki setelah orang tua Max dan Steffy meninggal akibat kecelakaan tunggal beberapa belas tahun yang lalu.
“Bagaimana bisa kakak bilang baik-baik saja, menginjak semut saja tidak akan mati.” Ucap
Steffy dalam tangisnya. “Lihatlah kakak sangat kurus seperti jangkrik.” Lanjut Steffy kesal padahal Max tidak sekurus itu Steffy memang terlalu berlebihan dalam segala hal.
“Sudah, sudah sekarang kamu bisa lihat bahwa kakak baik-baik saja.” Hibur Max, sebenarnya
yang sakit di sini siapa sih Max atau Steffy tapi kenapa malah Max yang menghibur Steffy.
Di luar sana ada sepasang anak kecil menatap dengan kosong saat melihat Max yang terbaring lemah dan seorang wanita yang menangis sesenggukan di dalam pelukan Max.
“Noel, kenapa kamu di sini dari tadi daddy nyariin kamu.” Ucap dokter Adam ketika berhasil menemukan keberadaan Noel yang suka menghilang tiba-tiba.
“Tidak apa-apa daddy.” Jawab Noel sambil merentangkan kedua tangannya untuk meminta di gendong.
Dokter Adam tentu saja tidak merasa keberatan akan hal itu, karena ia sangat senang
memanjakan Noel yang kini telah bersandar di pundaknya dengan nyaman.
“Daddy kapan momma akan pulang ke rumah?” Tanya Noel
“Momma pulang sore ini sayang, kenapa apa kamu tidak betah di sini?” Tanya dokter Adam, Noel hanya menggelengkan kepalanya. Entah kenapa dokter Adam merasa Noel menjadi
pendiam tidak seperti biasanya yang selalu ceria dan aktif, sering juga dokter Adam lihat Noel dengan wajah murungnya dan tatapannya yang kosong.
“Sayang apa kamu sedih melihat momma sakit?” Tanya dokter Adam dengan Noel yang berada di dalam gendongannya sambil berjalan ke ruang rawat inap Airell.
“Noel sangat sedih.” Ucap Noel dengan mellow dan air matanya tumpah lagi saat melihat
momma-nya sakit karena dirinya dan saat ia hari ini melihat dadda-nya juga sakit karena dirinya.
Noel berpikir apakah karena dirinya momma dan dadda-nya sakit hanya untuk memperebutkan dirinya. Noel tidak bisa memilih di antara keduanya karena Noel sangat sayang dan cinta kepada kedua orang tuanya yang berjasa sampai menghadirkannya di
dunia ini tidak lupa juga dengan orang yang ia panggil daddy yang sedang menggendong dan menghibur dirinya jika dimarahi Airell dan merasa sedih seperti kemarin.
Di taman rumah sakit Noel sedang duduk di kursi sambil memegang mainan robotnya setelah ia meminta izin kepada Airell untuk bermain sebentar di taman rumah sakit
sebelum mereka pulang dari rumah sakit.
“Noel ingin punya keluarga yang lengkap.” Ucap Noel dengan lirih ketika melihat sebuah
keluarga kecil yang bahagia bersama orang tercinta dan terkasih.
“Apakah itu sulit.” Gumam Noel.
“Apanya yang sulit?” Tanya Steffy yang sedang tersenyum menatap Noel yang kini juga sedang
menatap dirinya. Noel menggelengkan kepalanya sambil memainkan robotnya dengan
jari tangannya.
“Apa Noel tidak ingat dengan aunty?” Tanya
Steffy yang melihat Noel diam dan tampak murung. Noel lagi-lagi menggelengkan
kepalanya bahwa ia masih mengingat Steffy.
Mendapat respon dari Noel yang sangat gemas membuat Steffy mengelus kepala Noel dengan lembut sambil memamerkan senyumnya dengan tulus.
Steffy sibuk memperhatikan Noel yang semakin dekat dan lihat bahwa Noel sangat mirip dengan kakaknya sewaktu kecil. Mata Steffy mengikuti arah pandang Noel yang sedang memperhatikan sebuah keluarga kecil yang bahagia, mungkin saja Noel ingin
seperti itu.
“Apa Noel menginginkan hal seperti itu juga?” Tanya Steffy yang dijawab dengan anggukan
oleh Noel.
“Momma dan daddy Noel ke mana?” Tanya Steffy kembali
“Momma sakit dan daddy Noel bekerja merawat pasien.” Jawab Noel dengan lirih tidak sekalipun Noel mengalihkan pandangannya untuk melihat ke arah depan.
“Apakah Noel berhak menerima itu?” Tanya Noel, Steffy yang mendengar awalnya bingung tapi ketika melihat mata Noel terus menatap keluarga kecil yang sangat berbahagia
tersebut heran bukankah Noel sudah punya momma dan daddy-nya atau karena orang tua Noel sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kalau begitu Steffy harus melakukan sesuatu ungkap Steffy dalam benaknya sambil memberikan senyuman smirknya.
"Noel, apa kamu tau aunty siapanya Noel?" Tanya Steffy kembali, Noel menoleh ke arah Steffy dengan wajah datarnya kemudian ia mengangguk.
"Apa kamu ingin memiliki keluarga kecil seperti itu?" Tanya Steffy lagi dan dijawab anggukan oleh Noel.
Steffy membisikkan sesuatu kepada Noel, ia tau bahwa Noel sangatlah cerdas bahkan keponakannya ini berbeda dengan yang anak yang lain yang seusia dengannya.
"Bagaimana?" Tanya Steffy, kini wajah Noel tidak lagi bersedih setelah mendengar apa yang dibisikkan oleh Steffy.
"Oke, aunty deal." Jawab Noel penuh semangat hal itu membuat Steffy tersenyum senang mendengarnya.
“Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
miss see
apa yg diajar oleh steffy kpd anak kecil
2023-11-18
1
Oi Min
Apa Steffy sdah memaafkan Ell....???tp Ell yg masih sakit hati krna kalian keluarga Wu......
2022-06-12
2
Sunshine
Queeny🤣🤣🤣
2021-12-16
0