Airell yang kini sedang menyiram tanaman bunga di pekarangan rumahnya setelah selesai
mengantar Noel ke sekolahnya walaupun ada aksi ngambeknya dan tidak mau datang
seperti anak kecil lainnya yang terkadang malas untuk berangkat ke sekolah karena inilah karena itulah begitu juga dengan Noel yang mengharuskan Airell mempunyai banyak stok kesabaran dalam menghadapi Noel.
Apalagi sekarang setelah pulang dari negara K, Summer dan Winter tidak ikut sehingga Airell sedikit kerepotan menghadapi tingkah Noel walaupun begitu Airell sangat menikmati peran dan momennya saat bersama Noel.
Mengenai Summer dan Winter sebenarnya membuat Airell merasa sedih mengingat pembicaraan mereka semalam melalui video call yang mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka tidak bisa kembali ke negara F karena ada urusan yang sangat penting dan
mendesak. Airell tidak menanyakan lebih lanjut karena itu adalah privasi dari masing-masing orang dan Airell sendiri sangat menghargai hal itu walaupun sebenarnya Airell bisa mencari tau semua yang terjadi tapi Airell memilih diam
dan tidak mau lagi berurusan dengan aksi meretas yang telah ditinggalnya selama 6 tahun lalu.
Terakhir kali Airell melakukannya ketika Airell hendak pergi lebih tepatnya melarikan diri
dari negara K untuk menjalani hidup layaknya pada masyarakat umum tanpa dihantui oleh rasa cemas, khawatir, dan takut pada orang yang telah membuatnya sampai di sini. Daripada kesejahteraan psikologisnya terganggu lebih baik Airell menjauh lagipula Airell di sana sudah tidak diterima lagi.
Kesalahan yang seharusnya bukan salah dirinya malah dilimpahkan kepadanya semua yang tidak tau apa-apa memikirkan itu tetap membuat Airell merasakan dadanya sesak
dan jantungnya terus berdegup dengan kencang.
Tanpa Airell sadari ada sepasang mata yang tajam dan dingin menatap ke arah Airell dengan
tatapan kosong-nya. Sepasang mata itu tidak lain adalah Max yang semalam baru mendarat di negara F.
Saat Airell sedang bersenandung Airell melihat ada sepatu pantofel yang mengkilap di
samping kirinya hingga membuat Airell terkejut karena belum siap Airell sedikit terpleset. Airell memang orang yang sangat mudah terkejut.
Untungnya Airell tidak jatuh terjerembab ke tanah karena ada tangan kekar yang menahan
pinggang Airell kalau tidak Airell akan merasakan sakit bagian bawahnya karena jatuh terduduk.
Karena di tangan Airell ada selang air yang masih menyala alhasil seseorang yang mempunyai tangan kekar tersebut terciprat oleh air dari selang yang sedang di pegang oleh
Airell.
“Kamu.” Ucap Airell terkejut saat melihat orang yang menolongnya yang tak lain adalah Max
setelah melihat Max mengelap wajahnya dengan lengan kiri yang menggenggam
sebuah map.
Masih dengan posisi di mana tangan Max yang masih memegang pinggang Airell, Max mendekatkan wajahnya kepada Airell dengan dinginnya. Airell mencoba melepaskan diri dari
Max namun hal itu justru membuat Max memeluk pinggang Airell dengan menggunakan kedua tangannya hingga membuat posisi Airell dan Max sangat dekat yang hanya berjarak 5 cm saja.
“Lepaskan tangan Anda dari saya.” Ucap Airell dengan tegas dan menahan amarahnya kepada
pria di depannya yang setiap kali bertemu selalu berusaha untuk menyentuhnya. Airell berusaha mengatur jarak di antara keduanya dengan kedua tangannya yang menjadi penengah di antara mereka. Selang yang di pegang oleh Airell tadi ikut terjatuh saat Max bergerak dengan cepat untuk menggenggam Airell yang berada di depannya sehingga membuat Airell tidak berkutik untuk melawan karena sekarang ia sudah terkunci.
“Lepaskan saya.” Teriak Airell namun hal itu tidak digubris oleh Max yang masih sibuk
menatap mata Airell dengan dalam. Melihat Max yang tidak bereaksi karena mendengar teriakan membuat Airell merasa kesal kemudian tangan Airell memukul-mukul dada Max dengan sekuat tenaganya namun lagi dan lagi hal itu membuat Airell semakin terdesak karena sekarang hidung mancung mereka sudah bersentuhan sama lain dan membuat mereka bisa menghirup dari tubuh masing-masing.
Max mengeluarkan smirk-nya melihat Airell yang tidak bisa berkutik lagi, “ternyata kamu benar-benar sudah berubah.” Ucap Max sambil melihat ke seluruh wajah Airell terutama pada bibir Airell. Ingin sekali rasanya Max mencium Airell namun itu malah membuat situasi kembali menjadi runyam. Yang dimaksud Max sudah berubah dari Airell adalah kecepatan, kegesitan Airell dan juga penampilan Airell yang dewasa membuat Max ingin sekali memiliki Airell dengan segera agar tidak ada yang berani mendekati Airell terutama dokter Adam.
“Dan kamu tidak pernah berubah.” Ucap Airell sarkastik dengan menatap tajam ke arah Max.
“Aku memang tidak pernah berubah.”
“Karena aku masih tetap saja mencintaimu dari
dulu sampai sekarang tidak pernah berubah malah membuat rasa ini semakin dalam
apalagi sekarang di antara kita ada buah hati kita Noel.” Ucap Max dalam hatinya dan memberikan senyum tulusnya kepada Airell.
Airell yang melihatnya merasa merinding namun tidak semudah itu membuat Airell terpesona kepada pria terutama pria yang berada di depannya. Namun Airell lupa bahwa akan ada seleksi alam seiring berjalannya waktu.
Airell terus memberontak saat melihat Max yang mendekatkan wajahnya ke arah dirinya, saat semakin mendekat Airell menolehkan kepalanya ke samping kanan hal itu membuat
Max membuka matanya melihat respon yang ditunjukkan Airell.
Airell yang merasakan genggaman di pinggangnya sedikit mengendur langsung menginjak kaki Max dengan keras hingga membuat Max melepaskan tangannya dari pinggang Airell.
“Anda jangan bersikap kurang ajar.” Kesal Airell sambil mengacungkan jari telunjuknya di
depan wajah Max yang sedikit meringis menahan denyutan di kakinya akibat diinjak oleh Airell.
Max yang melihat jari telunjuk Airell ke arah dirinya dengan segera menggenggam dan
mengecup tangan Airell hingga membuat Airell sedikit kaget melihat tingkah laku yang sangat tidak tau malu dari Max.
Airell menarik kan tangannya yang digenggam oleh Max namun hal itu tidak bisa lepas begitu saja karena Max menggenggam tangannya dengan erat dan lembut.
“Lepaskan tangan saya.” Kesal Airell dengan mengeratkan kedua rahangnya dan mengatur
nafasnya untuk tetap tenang menghadapi Max.
“Ini sudah aku lepaskan.” Ucap Max, “tapi, setelah ini aku tidak akan melepaskan mu lagi.”
Lanjut Max
Airell yang mendengarnya sedikit bingung maksud dari perkataan yang di lontarkan oleh Max namun ia tidak menunjukkan hal itu di depan Max.
“Pergi dari rumah saya. Dan ingat jangan pernah datang lagi atau sekedar menampakkan diri Anda lagi di hadapan saya ataupun orang terdekat saya.”
“Kenapa?” Tanya Max, “apa kamu takut Kalle Jaani Oiva atau Noel tau bahwa aku adalah ayah kandungnya.” Lanjut Max kembali membuat Airell menjadi tegang namun ia berusaha untuk mengontrol ekspresi wajahnya walaupun di dalam dirinya penuh dengan
kecemasan dan kekhawatiran ketika Max menyebut nama lengkap dari Noel.
“Kamu tidak perlu lagi menyembunyikannya dari saya karena saya sudah tau semuanya.” Ucap Max dan menekankan kata semuanya.
“Jangan berbicara sembarangan. Pergilah dari rumah saya karena kamu tidak diterima di
sini.” Usir Airell.
“Aku tidak akan pernah pergi dan tidak akan pernah diam lagi Airell Miranda.” Ucap Max dengan tegas dan penuh makna di dalamnya.
“Kita hanyalah orang asing saya tidak pernah mengenal Anda jadi saya mohon segera
pergi dari rumah saya.” Usir Airell kembali
“Iya memang benar kamu tidak pernah mengenal saya tapi saya sangat mengenal Anda.”
“Jauh sebelum kamu tau dan benci saya.” Ucap Max dalam hatinya dan menatap dalam mata Airell yang sedang menatap sangat tidak suka
kepadanya.
“Apa mau mu?” Tanya Airell yang sudah merasa lelah berbicara dengan Max.
“Mau ku?” Tanya Max dengan mengangkat sebelah alisnya dan senyum smirk-nya. Airell menatap malas karena Max sangat suka bertele-tele menurut Airell.
“Mau ku adalah Noel dan…”
“Jangan pernah mengganggu Noel, dia adalah putra ku.” Potong Airell dengan tegas dan
mulai menunjukkan kemarahannya kembali.
“Iya dia memang putramu tapi dia juga adalah putra ku.” Airell yang mendengarnya semakin
tegang kepala Airell terasa pusing namun ia berusaha untuk menahannya agar tidak terlihat lemah di hadapan Max.
“Jaga bicara mu, Noel adalah putra ku bukan putra mu.”
“Tapi, jika tidak ada aku Noel juga tidak ada.” Ucap Max tidak mau kalah.
“Percaya diri sekali Anda Tuan Max.” Ucap Airell dengan sedikit memasang wajah jahatnya namun malah di mata Max terlihat manis. Dasar bucin.
“Kamu masih mengelak honey.” Ucap Max membuat Airell merinding dan geli mendengarnya.
“Kamu tidak mempunyai bukti.” Max yang mendengarnya memamerkan map yang sejak tadi berada di genggaman-nya di depan wajah Airell.
“Ambillah. Bukankah kamu tadi tidak percaya dan mengatakan tentang bukti. Ini adalah buktinya.” Ucap Max menekankan.
Airell yang mendengar dan melihat map di depannya dengan cepat melihat isi dari map
tersebut.
“Lagipula siapapun yang melihat wajah Noel pasti setuju bahwa Noel sangat sangat mirip
dengan saya.” Lanjut Max yang melihat wajah pias dari Airell.
Nafas Airell semakin cepat karena cemas dan khawatir bahwa ia akan cepat atau lambat akan
kehilangan Noel dan takut orang di depannya akan mengambil Noel darinya.
“Apa kamu tidak cukup membuat hidup aku berantakan.” Ucap Airell yang tidak peduli lagi
dengan siapa ia bicara sekarang kalau Airell sudah berbicara ‘aku dan kamu’ biasanya Airell berbicara seperti itu karena sudah menganggap orang itu dekat tapi kali ini Airell berbicara seperti itu karena orang ini merasa tidak berhak untuk dihargai olehnya apalagi itu bukanlah siapa-siapa baginya.
“Apa belum cukup kamu membuatku harus meninggalkan tanah kelahiran ku. Apa kamu belum cukup menghancurkan karir ku, hah. Apa kalian bisa melakukan semuanya dan berhak
menindas semua orang yang kalian anggap mengganggu kalian tanpa mencari tau
kebenarannya atau kalian pura-pura buta.” Marah Airell dengan air mata yang sudah menetes di wajah putihnya sambil memegang dadanya yang sangat sesak sekarang.
Max yang mendengar dan melihatnya terdiam melihat kesakitan yang dirasakan oleh Airell ketika melihat matanya.
“Aku tidak
bermaksud seperti itu.”
“Lalu apa yang kamu maksud?” Tanya Airell membuat Max terdiam.
“Mau mengambil Noel dari hidupku, mau menjauhkan Noel dari aku, mau memisahkan Noel dari aku kalian mau apa mau membalas dendam melalui anak ku yang tidak berdosa
itu?” Max yang mendengarnya terdiam, tidak pernah sekali Max mempunyai niat seperti
itu apalagi ia tau bahwa Airell sangat menyayangi dan mencintai Noel.
“Aku…”
“Jika kamu mau melakukan itu bunuh saja aku sekarang, bunuh jika itu membuat kalian puas. Tapi, aku mohon jangan sakiti Noel dia masih kecil dan hidupnya masih panjang.” Ucap
Airell terisak-isak dan memohon kepada Max.
Max yang melihatnya tidak tega ingin sekali ia memeluk Airell yang kini sudah duduk di tanah. Bahkan gaun sehari-hari yang dikenakannya basah oleh air dari selang untuk menyiram tanaman bunganya.
“Apa salah ku ke kalian aku tidak pernah menyinggung kalian dan itu bukanlah salahku.”
“Jangan menyentuh ku dengan tangan kotor mu itu.” Ucap Airell saat Max memegang
lengannya dan hendak memeluknya kembali.
“Aku tidak akan pernah membiarkan kamu mengambil Noel dari ku.” Ucap Airell tajam dan menatap Max dengan tatapan dinginnya.
“Aku tidak akan membiarkan kalian mengambil Noel dari ku.” Ulang Airell lalu setelahnya
Airell pingsan hal itu membuat Max panik dan langsung menggendong Airell masuk ke dalam rumah Airell dan Noel.
Pertengkaran yang terjadi antara Airell dan Max di pekarangan rumah tanpa disadari dilihat oleh
Noel. Noel yang terus merengek kepada ibu gurunya bahwa ia ingin segera pulang karena ia merasa tidak tenang namun hal itu tidak mudah dilakukan alhasil Noel harus melukai dirinya dan mendapat luka di lututnya karena sengaja menabrakkan dirinya di ke sepeda satpam yang melaju.
“El, El bangun jangan membuat ku panik. Maafkan aku El.” Ucap Max cemas dan panik yang berusaha membangunkan Airell dari pingsan-nya.
Max yang melihat baju yang dikenakan Airell basah dengan segera mengambil baju di walk
in closet dalam kamar Airell.
“Jangan sentuh momma Noel.” Teriak Noel hingga menghentikan aksi Max yang hendak
mengganti baju Airell.
Max yang mendengar suara Noel terkejut melihat anaknya sudah berdiri di depan pintu
kamar dengan seorang wanita yang memakai seragam formal yang Max duga adalah ibu guru dari anaknya.
Noel segera menggeser Max yang sedang duduk di ranjang Airell, “momma momma bangunlah momma nggak perlu khawatir sekarang ada Noel.” Ucap Noel sambil mengelus lembut pipibAirell.
“Bu guru, bisa Noel minta tolong bantu Noel untuk mengganti baju momma.” Pinta Noel
dengan segera dilakukan oleh ibu guru.
“Tunggu bu guru.” Ucap Noel yang menghentikan aksi bu guru untuk melucuti pakaian yang dikenakan oleh Airell.
“Kenapa Tuan di sini pergilah dari sini.” Ucap Noel dengan dingin, Max yang mendengarnya
merasa sedih namun ia segera meninggalkan kamar Airell dan berdiri di depan pintu kamar Airell yang ditutup dengan keras oleh Noel sambil berjalan mondar mandir.
Tak lama kemudian Noel dan bu guru keluar dari kamar Airell, “bu guru terimakasih sudah
membantu Noel. Maaf Noel tidak bisa mengantar bu guru sampai depan.” Ucap Noel
sambil membungkukkan badannya sebagai tanda terimakasih dan sopan santun kepada
orang yang lebih tua.
Bu guru tersenyum mendengarnya dan izin pamit kepada Noel dan seorang pria yang baru pertama kali bu guru liat selain daddy Noel yaitu dokter Adam.
Saat Noel hendak masuk kamar, “Noel sayang ada apa dengan lutut mu?” Tanya Max dengan
khawatir ketika melihat jalan Noel sedikit kurang normal karena luka di lututnya,
“Jangan memanggil nama Noel apalagi dengan sayang.” Ucap Noel dengan dingin, “sebaiknya
tuan pergi dari sini karena sebentar lagi daddy Adam akan datang, jangan khawatirkan Noel.” Lanjut Noel dengan datar.
Max yang mendengarnya kembali tertegun melihat penolakan yang ia dapatkan dari anaknya sendiri dan sesak di dadanya melihat anaknya memanggil orang lain dengan sebutan
daddy yang seharusnya dirinya yang mendapatkannya.
“Noel ini daddy Noel.” Ucap Max, namun Noel tidak menggubris-nya dan malah masuk ke kamar di mana Airell berada lalu menutup pintu Airell.
Noel mengambil tab yang diletakkannya di dalam laci dan melihat layar yang
menampilkan sisi seisi rumah dan melihat seorang pria yang berjalan keluar dari
rumah dengan sedih dan sesekali melihat ke arah kamar di mana Airell dan Noel berada.
Setelah Noel melihat bahwa pria yang sekarang mengaku sebagai daddy-nya pergi dari rumahnya Noel mematikan layar tablet-nya dan duduk di samping momma-nya yang sudah tertidur setelah sadar dari pingsan-nya tadi. Noel menangis melihat momma yang sangat ia sayang dan cintai terbaring lemah di tempat tidur karena lelah dengan apa yang telah
terjadi.
“Maafkan Noel momma sampai membuat momma jadi seperti ini.” Ucap Noel sambil melihat ke arah lututnya yang terluka, “maafkan Noel.”
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Shuhairi Nafsir
Cerita nya lama kelamaan membaca jadi membosankan dan lembab.
2023-10-01
0
Amrih Ledjaringtyas
klo w jd max w kaga akan pergi dr rumah itu
2022-01-10
0
Sunshine
Kasihan Airell 🥺🥺🥺
2021-12-16
0