1 minggu sebelum hari pernikahan Karina, kini Airell, Summer, Winter dan Noel sudah berada di bandara negara K setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu 14 jam lamanya dari negara F.
Semua orang terdiam dan sibuk dengan pemikirannya masing-masing terutama Airell yang merasa detak jantungnya mulai berdegup kencang dan menahan sesak di dalam dadanya
ketika menginjakkan kakinya di negara yang memberikan luka 6 tahun silam.
Ternyata waktu masih belum bisa menyembuhkan luka batin yang dirasakan oleh Airell, walaupun itu sudah berjalan 6 tahun.
Sebenarnya, Airell tidak mau lagi menginjakkan kakinya ke negara K ini namun apalah daya
anak laki-lakinya Noel sangat ingin datang ke acara pernikahan aunty-nya Karina dan ingin bertemu dengan aunty Giselle-nya beserta baby-nya.
Menghela nafas dengan berat sambil menjernihkan pikiran-pikiran yang berkecamuk termasuk rasa khawatirnya bagaimana nanti ada yang mengenali dirinya tidak bagaimana
nanti ada yang mengenali anaknya yang kenyataan harus diterima bahwa anak laki-lakinya Noel sangat mirip dengan orang yang telah membuatkan luka yang
dalam di hati Airell.
Airell tidak sanggup apabila harus kehilangan Noel yang menjadi semangat hidupnya jika
diambil oleh laki-laki tersebut. Tapi, Airell berusaha berpikir positif negara K ini sangatlah luas mana mungkin nanti ada yang mengenalinya ataupun anaknya karena Airell sudah merubah penampilannya dengan memotong rambutnya yang semula panjang menjadi pendek di bawah ketiak dan memberikan poni untuk jidat paripurnanya.
Airell dengan penampilannya seperti masih remaja yang baru lulus sekolah.
“Kenapa ini membuatku sesak, Tuhan aku mohon jangan mempertemukan aku dengan masa lalu. Padahal sudah bertahun-tahun tapi kenapa masih sangat sakit yang aku rasakan, aku sudah berusaha untuk berdamai tapi kenapa tiba-tiba ketika langkah kaki menginjak
tanah di negara ini membuat pikiran dan perasaanku menjadi kacau. Tuhan beri
aku kekuatan.” Tanpa sadar Airell meneteskan air matanya untungnya Airell menggunakan kaca mata hitam jadi tidak ada yang menyadarinya. Di usapnya kepala putranya yang tertidur di dalam dekapannya dan sesekali mencium kening Noel dengan penuh kasih sayang.
“Terimakasih pak, ini uangnya.” Ucap Airell setelah sampai di rumah peninggalan orang
tuanya. Airell menatap bangunan yang menjadi kenangan bersama kedua orang tuanya semasa orang tuanya masih hidup.
“Momma apakah kita sudah sampai?” Tanya Noel yang terbangun dari tidurnya karena merasa terganggu dengan aktivitas di belakang mobil yang mana sang sopir taksi menurunkan koper di dalam bagasi mobil.
“Iya, sayang ayok apa kamu mau momma gendong?” Tanya Airell yang dijawab dengan gelengan oleh putranya.
“Momma, aunty Winter dan aunty Summer di mana?” Tanya Noel
“Mereka menginap di hotel sayang.” Jelas Airell sambil menuntun Noel untuk menuju pintu
rumah dengan tangan kanan menyeret kopernya dan tangan kiri menggenggam putra
semata wayangnya yang masih kelihatan mengantuk.
Tok tok tok
“Iya, sebentar.” Sahut orang di dalam rumah pintu pun terbuka dengan lebar dan terlihat seorang wanita paruh baya dengan wajah kagetnya melihat anak pemilik rumah ini kembali ke negara K.
“Nona Airell.” Ucap wanita paruh baya tersebut yang biasa Airell panggil dengan bibi Surti
dengan pelan dan mata yang berkaca-kaca. Lalu wanita paruh baya tersebut berteriak histeris memanggil suaminya. Tak lama kemudian muncullah laki-laki paruh baya yang dipanggil bi Surti tadi yaitu pak Tarno.
“Ada apa ibu, kenapa berteriak malam-malam begini?” Tanya pak Tarno kepada istrinya yang
histeris memanggilnya. Kemudian pak Tarno melihat seorang wanita muda dengan tangan kanan di koper dan tangan kiri menggenggam anak kecil yang sangat tampan di sampingnya.
“Ini Nona Airell?” Tanya pak Tarno yang histeris. Airell yang melihat ekspresi yang ditunjukkan sepasang suami istri tersebut tersenyum dan memberikan salam sapa-nya diikuti Noel yang meniru gerakan momma-nya.
Tidak ada yang tau rumah peninggalan orang tua Airell yang satu ini karena letaknya berada
jauh dari keramaian kota karena berada di desa-desa. Dari kota menempuh perjalanan hampir 2 jam lamanya.
“Airell kembali bibi, bapak. Apa kabar?” Ucap dan tanya Airell setelah dipersilahkan masuk dan kini mereka sedang berada di ruang tamu. Namun, baik bi Surti dan pak Tarno tidak duduk di sofa karena merasa sungkan dengan Airell.
“Kami baik Non, Nona Airell kemana saja selama ini?” Tanya pak Tarno.
“Bi Surti dan pak Tarno sebaiknya duduk jangan sungkan ayok bi pak bagaimana Airell mau
berbicara dengan nyaman jika bibi dan bapak masih berdiri begitu.” Jelas Airell yang tidak merasa keberatan dengan itu.
“Iya, Non makasih. Ibu sebaiknya ke dapur membuatkan minuman kepada Nona Airell dan siapa anak laki-laki yang tampan ini Nona?” Tanya pak Tarno kepada Airell dan menatap
anak laki-laki tersebut dengan intens sambil menampilkan senyumannya agar Noel tidak merasa takut. Sedangkan bi Surti segera mengambil minuman untuk Airell dan anak kecil yang sedang duduk manis di samping Airell.
“Sebaiknya menunggu bi Surti dulu bapak.” Ucap Airell, tak lama kemudian bi Surti kembali
dengan membawakan minuman yang diambil dari dapur.
“Ini nona dan tuan muda kecil silahkan diminum.” Ucap bi Surti.
Sepasang suami istri paruh baya tertegun melihat Airell yang membawa anak kecil yang
sangat tampan dan di benak mereka bertanya-tanya mengenai anak itu.
Airell yang melihatnya tersenyum setelah meminum minuman yang disediakan oleh bi Surti. Lalu Airell mengelus kepala Noel dengan sayang.
“Sayang, silahkan perkenalkan diri kamu. Ini bi Surti dan pak Tarno kamu bisa memanggilnya dengan grandma dan grandpa.” Ucap Airell yang membuat sepasang suami istri itu tercengang mendengarnya. Namun tak dipungkiri mereka sangat senang mendengarnya terlebih lagi mereka tidak mempunyai anak.
“Nama anak momma Airell adalah Kalle Jaani Oiva. Grandma dan grandpa panggil saja Noel itu panggilan yang disematkan momma, aunty Winter, aunty Summer, Aunty Karina, aunty Giselle, dan daddy Adam.” Ucap Noel dengan ceria.
Sepasang suami istri tersebut tersenyum sumringah mendengar Noel berbicara sangat
menggemaskan.
“Baiklah, sekarang tuan muda kecil dan momma Airell istirahat. Kita lanjutkan saja
bincang-bincang nya besok. Okay.” Ucap pak Tarno, sedangkan bi Surti mengangguk-anggukkan kepalanya walaupun mereka sangat penasaran.
Sepeninggalan Airell dan Noel, bi Surti dan pak Tarno bertatapan satu sama lain sambil
tersenyum senang melihat nona muda mereka sudah kembali setelah lama menghilang.
Airell menatap kamarnya yang ia tinggal selama kurang lebih 13 tahun yang lalu saat ia
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kini ia sudah menginjak usia kepala tiga dan sudah mempunyai anak.
Waktu lagi-lagi cepat berlalu tanpa disadari, masa lalu yang menjadi kenangan. Banyak kenangan yang terlintas di dalam benak Airell saat langkah kakinya memasuki kamar yang
ia tempati dari kecil sampai ia remaja.
“Momma, apakah ini kamar momma?” Tanya Noel yang mengamati keseluruhan kamar kemudian menatap momma-nya yang terdiam. Bulu mata yang lentik mengedip lucu untuk
menunggu jawaban dari sang momma.
Airell tersadar dari lamunan yang membawanya pada kenangan, “Iya, sayang. Kamar momma
tidak pernah berubah. Heheh ternyata momma dulu sangat perempuan sekali.” Noel yang mendengarnya terkekeh melihat momma-nya yang tersenyum. Airell tidak menyangka bahwa dulu waktu masih remaja ia bisa seperti ini, kamar dengan warna pink, ornamen-ornamen yang ikut meramaikan, serta semua barang yang ada sangat perempuan sekali. Dinding kamar yang didesain dengan gambar barbie-barbie.
“Iya, momma kan perempuan. Itu hal yang biasa, perempuan yang menyukai warna pink.” Ucap Noel yang berbicara layaknya orang dewasa, Airell menggelengkan kepalanya.
“Kamu ini pintar sekali berbicara.” Ujar Airell dengan gemas sambil mencubit hidung putra
semata wayangnya.
“Baiklah, sekarang ayo kita pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih.” Ajak Airell, “tidak
ada protes baby.” Ucap Airell yang melihat anaknya ingin menunjukkan protesnya.
“Mommaaaaaa.” Rengek Noel yang mendengar ajakan momma-nya untuk mandi bersama dan mendengar ia dipanggil baby.
“Ayo sayang hari sudah malam.” Ajak Airell yang mendekat kepada putranya yang kini
memanyunkan bibirnya untuk membuka pakaiannya, “lagipula kamu kan baby-nya
momma, baby kecil momma. Jangan terlalu cepat besar dan dewasa Noel, momma akan
sangat sedih.” Ucap Airell sambil mengomel dan merasa tidak rela jika baby yang
dilahirkannya dulu kini sudah berusia 5 tahun. Sedangkan Noel hanya diam lebih tepatnya pasrah mendengar ocehan momma-nya yang akhir-akhir ini sering kali mengatakan pada dirinya bahwa ia jangan cepat besar dan dewasa jadilah layaknya anak yang sesuai dengan umur.
“Momma, apa besok kita akan jalan-jalan?” Tanya Noel kepada Airell yang mengusap perutnya dengan minyak telon dan bedak bayi. Airell mengangguk karena ia fokus
memasangkan pakaiannya Noel yang kini sudah meloncat-loncat kegirangan.
“Kenapa kamu begitu senang sekali, hmmm?” Tanya Airell, kemudian ia menuntun Noel ke tempat tidur untuk segera beristirahat setelah tadi bi Surti datang mengetuk pintu ketika mereka selesai dari mandi untuk mengantarkan susu Noel yang telah dibuatnya. Sebelum Airell menuju ke kamar Airell memberikan susu Noel kepada bi Surti dan meminta tolong untuk membuatkan dan mengantarnya ke kamar Airell.
“Karena ini pertama kalinya kita ke luar negeri momma.” Seperti biasa Noel yang penuh
semangat dan ceria. “Kapan kita akan bertemu dengan aunty Karina dan aunty Giselle momma. Noel ingin bertemu dengan baby aunty Giselle.” Celoteh Noel yang tidak ada habisnya.
“Habisin dulu susunya baby.” Perintah Airell yang sedang menyisir rambutnya dan menolehkan kepalanya ke samping tempat tidur di mana Noel berada. Noel yang mendengarnya segera menuruti momma-nya. Airell yang melihatnya tersenyum gemas melihat tingkah sang putra.
Setelah menghabiskan susunya Noel mulai merasa kantuk yang sangat berat tidak biasanya mungkin karena lelah akibat perjalanan dari negara F ke negara K yang memakan waktu 15 jam lamanya di tambah perjalanan dari bandara ke rumah yang menempuh perjalanan selama 2 jam.
“Sekarang mengantuk, hmmm. Tadi, begitu semangat.” Ucap Airell sambil mengusap kepala Noel dan sesekali mencium puncak kepala Noel. “Mau momma bacakan dongeng malam ini?” Tanya Airell namun dijawab dengan gelengan oleh Noel.
“Tidak usah momma istirahat saja bersama Noel. Pengen peluk.” Ucap Noel setengah mengantuk sambil tangannya menuntun tangan Airell untuk memeluknya.
Airell tersenyum dan kemudian mendekap Noel yang kini sudah mulai memasukkan alam
mimpi.
Airell melihat putranya yang sudah tidur nyenyak tidak henti-hentinya mencium seluruh
wajah putranya karena gemas namun tidak sekalipun putranya merasa terusik.
“Momma sangat mencintaimu baby, kita akan selalu bersama-sama. Jangan cepat besar baby-nya momma.” Ucap Airell dengan memberikan kecupan selamat malam untuk menutup hari yang penat karena perjalanan.
Airell merasa tidak rela jika Noel kini sudah berusia 5 tahun ada rasa takut dan khawatir
ketika Noel sudah besar. Namun, namanya perkembangan akan terus berkembang dan
tumbuh seiring berjalannya waktu.
Keesokan harinya, Airell terbangun dari tidurnya dan mengerjapkan kedua matanya saat
melihat matahari pagi menembus dan sedikit mengintip gorden kamar Airell.
Merenggangkan tubuhnya dengan mengangkat kedua tangan ke atas untuk mengumpulkan kesadarannya lalu melihat ke samping tempat tidurnya untuk melihat putranya Noel yang kini
tidak berada di sampingnya.
Kebiasaan bocah laki-laki itu memang suka menghilang tiba-tiba hingga membuat orang
kelimpungan mencarinya.
“Noel, Noel di mana kamu sayang.” Panggil Airell yang keluar dari kamarnya setelah melihat ke kamar mandi apakah Noel berada di sana atau tidak.
Bi Surti yang mendengar suara Airell segera naik ke atas dan menghampiri Airell yang terus
memanggil putranya Noel.
“Nona Airell, mencari tuan muda Noel?” Tanya bi Surti kepada Airell.
Airell yang mendengarnya menolehkan kepalanya ke belakang ketika mendengar suara bi Surti yang menanyakannya.
“Apa bi Surti melihat Noel?” Tanya Airell
“Tuan muda sedang bersama suami saya Nona di taman belakang memberi makan kelinci dan
ayam.” Jelas bi Surti kepada Airell.
“Huh, anak itu kebiasaan suka ngilang bibi.” Keluh Airell kepada bi Surti, “Jam berapa
Noel bangun tadi bibi?” Tanya Airell kembali
“Tuan muda bangun 2 jam yang lalu Nona. Tuan muda juga sudah mandi tadi ketika keluar dari kamar saat bertemu dengan bibi dan bapak Nona.”
Airell yang mendengarnya melihat jam yang berada di dinding ternyata sudah jam 08.00 pagi.
“Baik bi makasih.” Ucap Airell kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk bersih-bersih
sekedar mencuci muka dan gosok gigi.
Tak lama kemudian Airell sudah berada di meja makan dam melihat sarapan yang sudah disajikan oleh bi Surti dengan mata berbinar karena memang Airell merasa pagi ini sangat lapar.
“Woah, makanan kesukaan Airell.” Ucap Airell dengan antusias, sedangkan bi Surti tersenyum senang mendengarnya.
“Syukurlah tidak berubah. Bibi senang mendengarnya.” Kata bibi yang menjawab keantusiasan Airell terhadap makanan yang telah ia sajikan.
“Mana mungkin berubah bibi, ini akan tetap menjadi makanan kesukaan Airell.”
“Apakah Nona akan pergi jalan-jalan hari ini?” Tanya bi Surti kepada Airell.
“Iya, darimana bibi tahu bahwa Airell berniat jalan-jalan hari ini?” Tanya Airell
“Tuan muda Noel yang bilang pagi tadi, Nona.” Jawab bi Surti kepada Airell. Sedangkan Airell
menganggukkan kepalanya sambil meminum air putih yang disediakan bi Surti di depannya. Tidak heran putranya memang sangat ramah kepada orang jika sudah merasa nyaman tapi, apabila ia merasa tidak nyaman pada orang putranya akan bersikap dingin.
“Momma.” Teriak Noel yang baru kembali dari arah taman belakang ketika melihat Airell
yang duduk di salah satu kursi meja makan.
Airell menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat putranya yang berteriak memanggil
dirinya. “Sudah selesai memberi makan kelinci dan ayamnya?” Tanya Airell yang menyambut putranya dengan pelukan dan ciuman lalu mendudukkan putranya di samping kursi yang ia tempati.
“Sudah, kelincinya ada 5 Momma semuanya berwarna putih. Ayamnya sedang mengeram
telurnya, tadi hampir saja tangan Noel dipatuk sama ayam. Ayamnya nakal momma.” Cerita Noel dengan semangat dan sedikit kesal di bagian ayam yang hampir mematuk tangannya. Semua orang di sekitarnya tertawa mendengar celotehan bocah laki-laki tersebut.
“Benarkah, nanti momma mau lihat kelincinya dan ayamnya. Sekarang kamu cuci tangan bersama grandpa lalu kita sarapan bersama.” Noel turun dari kursinya dibantu oleh
Airell untuk mencuci tangannya bersama pak Tarno.
***
“Momma, Noel suka di sini adem. Momma kita tinggal di sini saja ya.” Ucap Noel sambil
menggandeng tangan Airell. Setelah selesai sarapan dan bersiap-siap tadi Airell dan Noel jalan-jalan menggunakan sepeda motor sambil menatap pemandangan yang disuguhkan.
Airell yang mendengar bahwa putranya ingin tinggal di sini terdiam, rasanya Airell tidak
ingin tinggal di sini lagi. Airell ingin segera kembali ke negara F tapi melihat putranya Noel yang sangat antusias rasanya tidak tega melihat raut wajah bahagia putranya meredup.
“Nanti kita pikirkan lagi ya sayang. Lagian kalau Noel tinggal di sini bagaimana dengan sekolah Noel dan teman-teman Noel di sana. Mereka akan sangat merindukan Noel, toko roti dan toko bunga momma di sana siapa yang akan kelola.” Noel yang mendengarnya merasa sedih entah karena apa. Namun, karena tidak ingin menyakiti momma-nya Noel tersenyum dan mengangguk sambil menyembunyikan lukanya.
“Momma kapan kita akan bertemu dan bersama-sama lagi dengan aunty?” Tanya Noel yang sudah merindukan para aunty-nya. “Noel ingin berkumpul bersama aunty Winter, aunty
Summer, aunty Karina, aunty Giselle dan daddy Adam kayak dulu lagi.”
“Iya sayang nanti kita akan bertemu kangen dan berkumpul sebelum pernikahan aunty Karina bersama daddy Adam juga.”
“Benarkah, lalu kapan daddy Adam ke sini momma?” Tanya Noel yang sudah merindukan dokter Adam. Sebenarnya Airell keberatan dulu ketika Noel memanggil dokter Adam dengan
daddy tapi dari dokter Adam sendiri yang mau dipanggil daddy oleh Noel dan didoktrin oleh para aunty-nya juga akhirnya Airell tidak lagi memberikan protes akan hal itu.
“Daddy akan tiba esok hari sayang, jadi besok kita akan menginap di hotel dan menjemput
daddy di bandara.” Noel yang mendengarnya merasa sangat senang.
“Apapun akan momma lakukan sayang demi kebahagian mu. Momma akan memberikanmu kasih sayang yang luas dan menjadi seorang momma dan dadda buatmu.” Ucap Airell dalam
benaknya.
***
“Apa kabarmu Max.” Ucap pria yang bersetelan rapi dan formal dengan tiba-tiba memasuki ruang kerja Max. Mendengar ada orang di ruangannya, Max mengangkat kepalanya dan
sedikit terkejut melihat sahabatnya Louis yang sudah lama tidak berjumpa.
“Tidak usah kaget begitu, aku tau aku sangat tampan.” Max yang mendengarnya mendengus
sambil menghampiri dan memeluk Louis.
“Ke mana aja kamu selama ini, Louis?” Tanya Max dengan menepuk bahu Louis dan mengajaknya untuk duduk di sofa.
“Biasalah, aku sama sepertimu tenggelam dengan kesibukan kantor dan mencari dia.” Jelas Louis.
“Kamu masih mencarinya, tidak mau mencari yang lain?” Tanya Max
“Tidak.” Jawab Louis singkat jelas dan padat.
“Why?” Tanya Max dengan heran, kenapa sahabatnya ini masih terus mengejar wanita yang sudah menolaknya beberapa kali.
“Bukankah kita sama.” Kata Louis, mendengar hal itu Max memukul lengan Louis kemudian
mereka tertawa bersama-sama.
“Jadi, ada apa kamu datang ke kantor ku?” Tanya Max
“Aku mau memberikan surat undangan pernikahan ku.” Jawab Louis sambil menyodorkan surat undangan pernikahannya kepada Max.
“Dengan siapa?” Tanya Max yang kaget, setelah lama tidak bertemu dan menghilang kemudian
tiba-tiba datang sudah menyodorkan surat undangan pernikahan sahabatnya ini memang di luar dugaan.
“Dengan dia.”
“Kamu sudah bertemu dengannya, dia tidak menolak lagi?” Tanya Max lagi
“Ia, aku sudah bertemu dengannya 2 tahun yang lalu. Dia sempat menolak beberapa kali
hingga akhirnya ia menerima ku dan sekarang aku memutuskan untuk menikahinya takut ia kembali berubah pikiran dan lari dari hidup ku lagi.” Jelas Louis, sedangkan Max menganggukkan kepalanya.
“Kamu beruntung, bro.”
“Iya, aku memang beruntung karena berhasil memperjuangkannya dan sebentar lagi aku akan menikah.”
“APA!” Teriak orang yang baru datang yang tidak lain adalah Diego, kedua laki-laki yang
sedang bercakap-cakap tersebut menolehkan kepalanya melihat sumber suara yang
berteriak histeris tersebut.
“Kamu apa tadi, kamu akan menikah. Kapan, dengan siapa?” Tanya Diego yang merasa kaget.
“Minggu depan, ini surat undangan buat mu” Ucap Louis terkekeh sambil menyodorkan surat
undangan pernikahannya yang diterima Diego dengan tergesa-gesa.
Kemudian Diego bertepuk tangan dengan keras, Max yang melihat reaksi sekretaris
sekaligus sahabatnya hanya menggelengkan kepalanya.
“Iya, kamu datanglah bersama istri dan anakmu.” Ujar Louis.
Kemudian Diego memeluk Louis dengan erat sambil berkata “akhirnya kamu tidak jomblo lagi bro. luar biasa, kalau kau jadi kamu aku akan menyerah mengejarnya dan mencari
wanita lain.”
Louis dan Diego tertawa terbahak-bahak sedangkan Max menatap datar keduanya.
“Hey, ada apa dengan ekspresi mu?” Tanya Louis yang melihat ekspresi datar Max
“Biasa Louis, jomblo.” Ejek Diego kepada Max dan mendapat lemparan bantal di wajahnya. Mereka semua tertawa bersama-sama jarang mereka memiliki waktu bertiga karena punya
kesibukan masing-masing.
“Apakah kamu masih mencarinya?” Tanya Louis kepada Max
“Ya seperti itulah.” Bukan Max yang menjawabnya tapi Diego.
Mereka kembali tertawa bersama dan menghabiskan waktu bersama dengan makan siang di restoran setelah puas saling mengejek satu sama lain terutama Max.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Yulianti
duh thoor manggil nya jangan momma dadda dong
2022-06-28
1
Oi Min
Wah...... Ternyata Louis sahabat dadda nya Noel gaes
2022-06-12
1
Dianita Indra
lanjut
2022-05-24
1