Drrt Drrt Drrt
Suara dering di ponsel Max bergetar, Max yang melihatnya id nama yang menelpon dengan segera mengangkatnya. Ada sedikit binar cahaya yang hidup di matanya namun ia tidak mau berharap.
“Halo, tuan Max.” Sapa seseorang dengan suara yang maskulin.
“Halo, ada apa pak?” Tanya Max dengan harap-harap cemas dan adanya sebuah harapan yang dapat ia dengar kali ini apalagi orang yang menelpon-nya ini sangatlah jarang
menelpon kecuali ada hal yang penting.
“Saya sore ini melihat seorang wanita yang sangat mirip dengan wanita yang tuan Max cari
selama ini.” Jawab seorang pria yang menghubungi Max sedangkan Max yang
mendengarnya memberikan senyuman bahagianya karena wanita yang ia cari dan
tunggu selama ini sudah ditemukan.
“Di mana pak? Apakah bapak bisa menahannya sebentar sampai saya datang ke sana.” Tanya dan pinta Max kepada pria tersebut.
Diego yang baru membuka pintu ruang kerja Max menatap heran atasan sekaligus sahabatnya yang nampak sangat senang dan gembira. Hal ini membuat Diego penasaran dengan siapa Max berbicara namun ia memilih diam sambil memperhatikan perubahan dari
raut wajah sahabatnya ini. Sudah lama ia tidak melihat wajah dan mata sahabatnya yang memancarkan kehidupan karena selama ini tatapan tajam dan menusuk itu hanyalah kosong.
“Di sini pak. Nona itu sudah pergi tuan Max, ketika saya melihatnya tadi Nona itu sudah
berjalan ke mobilnya.” Jelas pria tersebut, Max yang mendengarnya melemaskan bahunya ke bawah sambil menghela nafas-nya dengan kasar kini harapan yang sudah mulai tinggi langsung meredup.
Diego yang melihatnya mengernyitkan dahinya melihat tingkah sahabatnya yang aneh hari ini.
“Tapi, saya berhasil memfoto plat mobil yang membawa Nona tersebut tuan Max. Saya sudah mengirimnya ke alamat e-mail Anda tuan Max.” Ujar pria tersebut, Max yang
mendengarnya mulai bersemangat lagi rasanya ia sungguh tidak sabar untuk melihat dan bertemu sang pujaan hati yang selama ini ia rindukan dan cari walaupun pujaan hatinya tidak tau siapa Max.
“Baiklah pak, terimakasih. Lain kali segera hubungi saya ya pak kalau dia berada di sekitar
sana lagi.” Ucap Max sebelum memutuskan sambungan teleponnya kepada orang yang
telah memberikan informasi yang sangat penting dan ditunggu Max selama ini.
“Diego, batalkan rapat hari ini. Aku ada agenda yang sangat penting. Dan coba kamu periksa nomor plat mobil ini dan cari informasi mengenai pengendara plat mobil itu.” Ucap Max dengan tergesa-gesa setelah ia mengirimkan e-mail dengan plat mobil tersebut kepada Diego dan orang suruhan Max untuk melacak ke mana mobil tersebut pergi.
“Tapi, kita ada rapat yang sangat penting dengan klien di restoran X dan mereka sudah
menunggu jauh-jauh hari.” Ujar Diego namun tidak dihiraukan oleh Max. melihat hal itu membuat Diego kesal dengan sahabatnya tapi ia juga merasa ikut bahagia melihat sahabatnya yang terlihat hidup setelah mendengar informasi dari orang yang menelpon-nya.
Max yang kini sudah menjalankan mobilnya untuk keluar dari area kantor menelpon orang yang telah ia suruh untuk melacak plat mobil yang ia berikan tadi.
“Bagaimana?” Tanya Max tanpa basa-basi, suara di seberang sana terdengar menyebutkan bahwa plat mobil tersebut menuju ke sebuah tempat yang sangat ramai dikunjungi termasuk dirinya yang sering ke tempat tersebut hampir setiap hari karena pekerjaannya.
Max menancapkan pedal gas dengan penuh kecepatan tanpa menghiraukan orang-orang yang mengumpat kesal dan marah ke arah mobil yang dikendarai Max. Lagian jika orang-orang tersebut tahu bahwa yang mengendarai adalah seorang pria yang
sangat kaya dan sukses sekaligus pengusaha no 1 di benua A tidak akan berani memarahi atau mengumpat kepada Max melihat kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki pria yang berstatus jomblo tersebut.
Perasaan Max semakin deg-degan ketika melihat mobil yang ia kejar sudah berada di depan matanya. Max mengikuti dengan penuh hati-hati sehingga tidak membuat orang yang
ia buntuti curiga dengan mobil yang sedang ia kendarai ini.
Max tetap menunggu di dalam mobilnya sambil memperhatikan gerak-gerik orang yang berada
di dalam mobil tersebut. Tak lama kemudian Max melihat ada dua orang wanita yang keluar dari dalam mobil yang sedang ia buntuti. Max mengernyitkan dahinya bingung dan berpikir apakah anak buahnya salah mencari informasi atau bapak yang menelponnya tadi salah lihat. Max tidak melihat adanya kemiripan dengan
wanita yang Max cari selama ini dengan wanita yang keluar dari mobil tersebut.
Namun, tiba-tiba Max mendapatkan sebuah pesan dari nomor asing yang selama beberapa
hari ini memberikan informasi mengenai wanita tersebut.
“Wanita yang kamu cari berada di dalam mobil yang sedang kamu perhatikan dari tadi dan ikuti.” K70N
Max mengernyitkan dahinya melihat pesan teks yang diterimanya tersebut. Pikirannya bertanya-tanya siapa K70N apakah itu FBI. Itu tidak mungkin benak Max bergejolak dengan siapa yang telah mengirimkan pesannya kepadanya beberapa hari ini dengan inisial
K70N.
Tak lama kemudian datang seorang pria dengan 2 orang wanita yang turun dari mobil yang Max ikuti sambil memeluk erat seorang anak laki-laki tersebut dengan sayang.
Entah kenapa dalam hati Max merasakan perasaannya yang berdegup kencang saat melihat anak kecil tersebut dan ada rasa tidak terima serta cemburu dalam diri Max. Hingga
tanpa sadar Max menggenggam erat stir mobilnya karena menahan perasaan cemburu-nya melihat adegan seorang ayah dan anak yang saling berpelukan tersebut.
Max terus memperhatikan hingga wanita yang ia tunggu-tunggu pun keluar dari dalam mobil
setelah pria dan anak laki-laki lebih tepatnya yang di dalam persepsi Max ayah dan anak laki-laki tersebut pergi entah ke mana yang jelas Max tidak mempedulikan-nya karena saat ini matanya fokus melihat wanita yang selama ini ia cari dan rindukan.
“Akhirnya aku menemukan mu.” Ucap Max dengan senang, melihat wanita tersebut turun dan berjalan ke kafetaria Max segera mengikutinya dari jarak aman.
“Come on Max, kamu harus berani untuk mendekatinya jangan terlihat seperti orang bodoh lagi.” Gumam Max kepada dirinya yang kini sedang asik dengan kamera yang selalu ada di dalam mobilnya. Karena hobi Max adalah memotret terutama memotret pujaan
hatinya yang sudah sangat ia rindukan dan nantikan selama ini.
“Ternyata kamu semakin cantik.” Ucap Max dengan kagum melihat hasil jepretan-nya dan
melihat pujaan hati secara langsung. Sambil Max memotret Max juga mulai menyusun skenario yang ia buat untuk mendekati sang pujaan hati.
Senyum di bibir Max tidak pernah surut untungnya Max menggunakan masker, kacamata hitam, Hoodie hitam serta celana training hitam sehingga orang-orang tidak mengenali-nya coba saja kalau Max mengenali setelan kerjanya misi untuk memotret sang pujaan hati secara diam-diam tidak akan berhasil karena ia akan dikerumuni oleh
orang-orang yang berada di sekitarnya apalagi sekarang Max hanya sendiri.
Sesaat kemudian senyum Max yang merekah mulai meredup saat melihat pemandangan di
hadapannya yang sangat membuat hati hancur berkeping-keping. Max terpaku di tempatnya dan matanya yang tetap fokus melihat pemandangan yang membuatnya sakit, pikiran yang penuh rencana untuk mendekati sang pujaan hati lenyap begitu saja.
“Apakah aku terlambat, lagi.” Ucap Max dengan lirih dan pikirannya yang kosong sampai ia
tidak sadar bahwa sang pujaan hati sudah tidak ada di tempatnya tadi.
Max merasakan dunia runtuh, mata yang berbinar karena perasaan bahagia setelah menemukan dan melihat sang pujaan hati menjadi rinai air mata yang jatuh ke pipinya.
Dengan perasaan yang bergejolak Max mengemudikan mobilnya dengan menancapkan pedal gas sangat kuat sehingga tidak lama kemudian mobil itu berhenti di sebuah bar.
Tatapan dan pandangan Max kali ini sangat dingin tidak ada senyuman, Max segera memesankan minuman beralkohol sangat tinggi dan meminta ruang privat untuk dirinya
sendiri.
Bahkan bartender yang melihatnya merasa ngeri dan segera menelpon sekretaris Diego
ketika melihat sang bos dalam perasaannya yang tidak stabil. Namun, sekretaris Diego tidak mengangkat panggilan tersebut akhirnya bartender tersebut mengirim pesan kepada sekretaris Diego bahwa sang bos kini dalam perasaan dan pikiran yang kurang stabil.
Selama 3 jam, Max sudah menghabiskan 10 botol minuman beralkohol dengan kadar tinggi
tersebut. Namun, Max masih mempunyai sedikit kesadaran, bartender yang khawatir
tersebut mulai menelpon sekretaris Diego lagi akan tetapi sekretaris Diego tiba-tiba muncul di hadapan bartender tersebut dan menanyakan di mana keberadaan Max.
Bartender tersebut memberitahukan bahwa Max sedang berada di ruang VVIP seperti biasanya. Akhirnya bartender tersebut bisa bernafas dengan lega ketika melihat layar monitor tersebut sudah ada sekretaris Diego yang menemani sang bos.
“Ada apa dengan mu.” Geram Diego melihat sahabatnya yang masih meminum minumannya dengan pandangan yang kosong dan kesadarannya yang mulai menipis.
“Hentikan itu Max.” Ucap Diego namun tidak dihiraukan oleh Max. Melihat hal itu Diego segera merebut gelas yang berada di tangan Max dengan paksa dan memecahkannya serta
menyingkirkan botol minuman yang ingin di raih Max.
Max yang melihatnya merasa marah dan hendak menghajar Diego namun sayang Max terpleset hingga ia terjatuh di lantai dengan begitu keras.
Diego yang melihatnya mendengus, “sudah tau hilang kesadaran masih mau memukul orang.” Gerutu Diego. “Dari dulu kalau sudah mabuk benar-benar menyebalkan.” Ucap Diego sambil
memukul pipi Max dengan cukup keras karena gemas dengan sahabatnya ini dan membawa Max duduk di sofa.
“Ada apa sih denganmu, tadi sebelum berpisah dengan sumringahnya keluar dari kantor
sampai-sampai membatalkan rapat dengan klien lalu apa yang aku lihat sekarang ini.” Omel Diego kepada Max, namun sayang Max tidak mendengarkannya apalagi kesadarannya sudah mulai hilang.
“Kenapa…kenapa…kenapa?” Tanya Max dengan lirih sedangkan Diego yang mendengarnya merasa jengah.
“Ya mana ku tau.” Sungut Diego dengan muka cemberutnya.
Tiba-tiba Diego tercengang ketika mendengar suara tangisan dari Max sambil mengedipkan
bulu matanya karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Biasanya sahabatnya ini sangat pandai menyembunyikan perasaannya dan apa yang ia lihat sekarang ini.
“Diego…kenapa dia…kenapa dia tidak pernah melihatku.” Ucap Max dengan sesenggukan, Diego yang mendengarnya sebenarnya ingin tertawa namun ia kasihan melihat sahabatnya yang merasa galau. Jadi, yang membuat Max seperti ini karena patah hati. Keyakinan dan kepercayaan diri Max goyah akan mengejar dan memperjuangkan pujaan hatinya selama ini ketika melihat kebahagiaan sang pujaan hati dengan keluarga bahagianya.
“Ck…kamu sih tidak gentle.” Ucap Diego sekaligus mengejek Max.
“Sekarang aku sudah terlambat dia…dia…dia…” Ucap Max dengan terbata-bata karena merasa tidak sanggup melanjutkan mengatakan apa yang ia lihat dan saksikan tadi.
Diego hanya diam sambil mendengarkan nyanyian yang sangat merdu yaitu suara tangisan Max sambil merekamnya untuk diingat Diego agar ia bisa sesekali mengancam
sahabatnya yang suka bersikap seenaknya seperti membatalkan rapat hari ini sekaligus untuk menjahili sahabatnya ini.
Melihat Max yang sudah tenang dan bahkan sekarang tertidur dengan pulas-nya Diego segera membawa Max untuk pulang ke apartemen.
Sesampainya di kamar Diego menghempaskan tubuh Max dengan kasar karena Diego merasa lelah wahai pemirsa dan demi kesejahteraan bersama kata pak RT di kartun pak Somad,
Diego ingin sekali menenggelamkan sahabatnya ini ke dalam bathup untuk
dimandikan agar segera sadar.
“Huh, menyusahkan saja. Aduh bagaimana ini kalau my sweety bunny aku marah melihat aku yang pergi tidak pamit dan pergi ke bar bisa gawat. Bisa-bisa aku tidak dikasih semangat
batin.” Ucap Diego yang lupa mengabari istrinya di rumah yang tadi masih mandi ketika Diego pergi menjemput Max.
Diego pun segera menghubungi istrinya di rumah dengan menggunakan ponsel rumah di
apartemen Max. Selama 15 menit lamanya akhirnya Diego bisa bernafas dengan lega
karena istrinya tidak marah dan kesal kepada Diego walaupun di awal ia harus.mendengarkan ceramah yang sangat panjang dan telinga yang selalu menjadi korban
keganasan mulut sang istri yang suka mengomel namun sangat disayang dan dicintai oleh Diego itu.
Dengan kesal Diego memukul lengan Max yang asik tertidur dengan pulas-nya untuk meluapkan.kekesalannya kepada Max.
“Gara-gara kamu aku malam ini tidak mendapatkan semangat batin untuk bekerja besok.” Sungut Diego, demi kesejahteraan bersama Diego akan membalas perbuatan
sahabatnya ini dengan video tangisan yang sempat ia rekam tadi. Diego yang memikirkannya ketawa jahat.
Setelah.membuka dan mengelap badan Max serta memasangkan baju tidur buat Max akhirnya.Diego keluar dari kamar Max dan membuka pintu kamar di sebelah kamar Max tempat di mana biasa ia tidur saat menginap karena pekerjaan atau diusir oleh istrinya
ketika mengandung putrinya dulu yang kini sudah berusia 2 tahun.
***
Setelah selesai menjemput dokter Adam di bandara kini Airell, Summer, Winter, dokter
Adam, dan Noel sedang menikmati makanan yang sudah disediakan di restoran tempat di mana hotel yang mereka tempati setelah beristirahat dari bandara.
“Noel sayang nanti saja bermain tablet-nya kamu harus makan dulu.” Perintah Airell dengan lembut kepada Noel, dokter Adam yang mendengarnya tersenyum melihat sikap
keibuan dari wanita yang ia kagumi selama ini.
Noel yang mendengarnya segera mematikan layar tablet-nya dan fokus menerima suapan dari momma-nya.
“Katanya sudah besar, tapi malah disuapi momma.” Ejek Summer kepada Noel, namun Noel tidak menghiraukannya. Semua orang merasa heran dengan sikap Noel, biasanya
bocah laki-laki tersebut akan sangat bawel. Biasanya ada yang tidak beres akan terjadi nanti, karena bocah laki-laki ini sangat usil dan jahil.
“Sayang kamu tidak merencanakan sesuatu kan?” Tanya Winter yang mulai was-was karena kalau sikap jahil dan usil Noel timbul biasanya yang menjadi sasaran adalah Winter.
Noel yang merasa jengah melihat tatapan orang di sekitarnya akhirnya bersuara, “kenapa
momma, daddy, dan aunty melihat Noel seperti itu. Noel kan tidak melakukan apa-apa.”
“Iya sekarang tidak tapi tidak tau nanti.” Kata Winter dan semua orang mengangguk setuju
mendengar perkataan Winter kecuali Noel sendiri.
“Kali ini tidak, Noel kan anak baik dan manis. Iya kan momma?” Tanya Noel sambil memasang wajah imutnya, Airell yang mendengarnya tersenyum dan mengangguk.
“Tentu saja anak momma memang baik dan manis.” Ucap Airell walaupun ia masih was-was dengan sikap putranya saat ini.
“Tenang saja momma, daddy, aunty, Noel tidak akan berbuat yang tidak-tidak kali ini karena
Noel merasa tidak bersemangat untuk membuat usil.” Ucap Noel ternyata bocah
laki-laki 5 tahun itu juga punya rasa tidak bersemangat dan lelah.
“Baiklah, laki-laki sejati tidak akan mengingkarinya.” Ucap Winter.
Setelah acara makan malam di restoran hotel para orang dewasa mengobrol mengenai pernikahan Karina. Sedangkan Noel yang tidak bersemangat memandang malas ke arah orang dewasa tersebut.
“Momma, Noel pengen tidur. Apakah Noel bisa ke kamar untu tidur?” Ucap dan tanya Noel kepada Airell sehingga menghentikan pembicaraan orang dewasa tersebut.
Keempat orang dewasa tersebut menolehkan kepalanya kepada Noel, “baiklah sayang kalau begitu mari kita ke kamar.” Ajak Airell sambil menggandeng tangan Noel.
“Kalau momma masih mau berbicara dengan aunty dan daddy, momma tidak usah menemani Noel tidur dulu, Momma antar saja Noel dan memberikan susu buat Noel tidur. Noel kan sudah besar.” Ucap Noel.
“Tidak apa-apa sayang, Noel ditemani momma saja tidurnya. Daddy dan aunty sudah selesai berbicaranya lagipula kan bisa dilanjutkan besok saja.” Ucap dokter Adam.
“Tidak usah daddy, kalau begitu daddy dan aunty tunggu di ruang tamu kamar momma dan Noel saja. Agar nanti jika momma, daddy, dan aunty tidak khawatir meninggalkan Noel di dalam kamar hotel. Tidak ada bantahan, karena besok Noel nggak mau mendengar percakapan malam ini lagi jadi harus dituntaskan malam ini titik tidak pakai koma.” Ucap Noel yang mengikuti pembicaraan momma-nya ketika Airell sedang mengomel.
“Baiklah tuan muda Noel.” Ucap dokter Adam.
Akhirnya kini mereka semua sudah berada di dalam ruang tamu kamar hotel yang Airell dan Noel tempati.
Kini para orang dewasa tersebut mulai melanjutkan pembicaraannya yang sempat tertunda karena permintaan Noel yang ingin tidur.
Sedangkan di dalam kamar Noel melihat tablet yang berada di tangannya setelah memastikan
bahwa momma-nya sudah keluar. Tangan kecilnya yang lincah dan matanya yang
tajam melihat layar monitor yang menggambarkan keadaan seseorang yang sangat ia rindukan selama ini namun harus ia tahan karena tidak mau menyakiti perasaan
momma-nya menatap sedih melihat pemandangan di layar tersebut.
“Maafkan Noel.” Ucap Noel dengan lirih sambil melihat seseorang di layar monitor tersebut yang sangat menyedihkan akibat ulah perbuatannya selama beberapa hari dan hari ini.
“Noel menyayangi kalian semua. Noel harus melakukannya, maafkan Noel.” Ucap Noel
sambil mengusap air matanya yang keluar melihat seseorang di layar monitor tabletnya.
“Bertahanlah dan bersabarlah agar kita bisa bersama seperti yang Noel lihat dari teman-teman Noel.” Ucap Noel sebelum menutup layar tabletnya untuk segera tidur.
“Noel sayang momma dan dad.”
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
nadira ST
ntar kalau aireli lihat kamu trauma goblok,
2024-06-28
0
Oi Min
Apa yg kirim pesan rahasia dg Max itu Noel??? Jdi Noel sdah tau klo Max dadda nya.krna itu dia selalu posesif dg momma nya??
2022-06-12
1
Andayani Ahmat
😇😇😇😇🔆 🔅
🔅 🔆
💕💓 💕💓
💓 💓 💗
💞 💓
💗 💕 🔅
🔆 💓
🎩 👒
😚 😍🔅
🔅 🎽👉💝 🙏
👖 👗
🌸🌺🌷🌹🌺🌸
🌷🌸🌹🌸🌷🌺
2022-02-20
1