"Aku harus menelfon Angela dan anggota inti yang lain. Kakak sepertinya sudah tidak ingin bergabung bersamaku lagi. Dia memang benar-benar memiliki pandangan yang berbeda dengan kami."
Alex meraba saku celana dan saku jasnya, tidak ada ponsel miliknya di sana. Dia mencoba mengingat kembali dimana saat terakhir dia membawa ponselnya. Setelah dia mengingatnya, Alex berbalik dan kembali ke apartemen nomor 216.
Saat membuka pintu apartemen nomor 216, dia terkejut mendengar suara tangisan Laras yang begitu ketakutan. Melihat gadis pujaannya di perlakukan tidak hormat, Alex mendekati sang kakak kemudian menarik tubuh Justin menjauh dari Laras. Ia memberikan pelajaran kepada kakaknya hingga sang kakak roboh.
Bos mafia itu membawa sang gadis keluar dari apartemen dan meninggalkan Justin dalam keadaan terluka parah. Alex sudah tidak peduli lagi dengan sang kakak. Rasa hormat yang Ia miliki untuk sang kakak, musnah begitu saja.
Alex membawa Laras pergi mengendarai mobil sport warna hitam menuju markasnya. Laras yang begitu ketakutan tidak melepaskan genggaman tangannya dari lengan Alex. Bos mafia itu merasa bersalah kepada Laras, karena akibat perbuatan kakaknya, sang gadis pujaan menjadi ketakutan dan mengalami trauma yang mendalam.
Setelah sampai, Alex memarkir mobilnya di halaman markasnya. Bos mafia itu memapah Laras keluar dari mobil. Dia membawa sang gadis ke dalam ruangannya dan membaringkan sang gadis di ranjang. Sang gadis tidak ingin jauh dari Alex. Laras meminta bos mafia itu senantiasa menemaninya. Dia masih takut jika Justin akan datang dan melakukan hal buruk lagi kepadanya. Bos mafia itu melihat raut sendu dan ketakutan di wajah cantik Laras. Gadis itu terlihat begitu menyedihkan. Ada rasa ingin melindungi dan menjaga sang gadis selamanya. Dia merasa telah melakukan kesalahan karena terlalu sering mengalah, kini dia akan menjadi orang yang pertama melindungi dan menjaga Laras dari gangguan manusia brengsek seperti kakaknya. Meskipun, dia merasa bukan pria yang baik untuk Laras. Tetapi setidaknya dengan melindungi Laras, Ia dapat menebus kesalahan yang telah di perbuat kepada gadis malang itu.
"Syukurlah gadis cantik sudah tidur. Aku harus menelfon Angela untuk menjaganya."
Karena ponsel Alex tertinggal di apartemen nomor 216, dia menggunakan telefon rumah untuk menghubungi Angela.
"Kembalilah ke markas, Angela. Ada tugas penting untukmu. Aku akan menyuruh Zicko menghandle tugasmu disana." Perintah Alex.
"Baik bos." Jawab Angela yang segera bergegas kembali ke markas.
* * *
Sambil menunggu Angela, Alex menjaga Laras dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah cantik Laras tanpa rasa bosan.
"Kakak, aku sudah datang. Woo... maaf aku mengganggumu kah?" Ucap Angela yang kikuk melihat sang bos tengah mengecup kening Laras.
"Kalau masuk ruanganku, biasakan ketuk pintu dulu." Jawab Alex.
"Maaf Kak, aku terlalu bersemangat." Ucap Angela sambil mendekati seorang gadis yang tengah terbaring lemah di ranjang bosnya.
"Jaga dia Angela, aku akan pergi menemui Richi." Perintah Alex.
"Siap Kak, perintah di laksanakan." Jawab Angela.
Setelah Alex pergi, Angela menatap gadis yang ada di depannya ini. Dia merasa kasihan dengan kondisi sang gadis yang begitu menyedihkan dan merana.
"Gadis cantik, kau akan aman di sini." Gumam Angela.
* * *
Alex pergi menemui Richard di tempat persembunyiannya. Alex berharap sang sahabat dan anggota inti sudah mendapatkan rencana yang cukup matang meski belum tepat satu minggu dirinya memberikan perintah.
"Richi, berapa prosentasenya?" Tanya Alex sesampainya di sana.
"Hampir 75% Lex. Bagaimana keadaan di kota?" Jawab Richard sambil menyalakan korek di ujung puntung rokoknya.
"Situasinya masih aman terkendali, belum ada perlawanan berarti dari Young Devil. Richi, apa kau bisa mempercepat misi kita?" Tanya Alex.
"Apa yang terjadi Lex? ada penyusup atau pengkhianat?" Ucap Richard yang penasaran dengan maksud dari pertanyaan Alex.
Alex memberitahu Richi jika dirinya bertemu dengan Justin. Tapi karena Justin sudah tidak satu misi dengan Death Angel, Alex akan segera melakukan rencana penyerangan. Karena anggota yang pro Justin juga lumayan banyak.
"Betul Lex, meskipun dia kakakmu, jika sudah menyinggung Death Angel kita harus segera bereskan." Jawab Richard menyetujui keputusan Alex.
"Tapi bukan itu alasan utamaku." Ucap Alex sembari menghela nafas panjang.
"Ada hal lain?" Tanya Richi penasaran.
"Ada. Dan itu karena seorang gadis." Jawab Alex.
Richi terkejut saat mendengar alasan Alex. Dia tidak menyangka malaikat maut mampu tersihir oleh seorang gadis. Tapi dalam hatinya, Richi merasa bahagia karena sang sahabat yang kaku itu mampu meruntuhkan prinsip konyolnya. Richi berharap jika semua anggota Death Angle bisa menjalani hidup normal setelah pertarungan ini usai. Melelahkan sekali jika setiap detik harus berurusan dengan kematian.
"Richi, aku harus segera kembali ke kota. Jika gadis itu mencariku dan tidak mendapatiku di dekatnya, dia akan ketakutan dan berteriak histeris. Aku tidak tega meninggalkannya sendiri." Ucap Alex.
"Pergilah. Aku akan segera kembali ke kota dan melihat seperti apa gadis yang mampu membuat seorang militan sepertimu jatuh cinta." Jawab Richi menggoda.
Alex tersenyum tipis, Ia menepuk pundak Richi dan berpamitan dengannya.
* * *
"Siapa kau? jangan mendekat!!!! pergi ??!!!!! jangan ganggu aku!!!! jauhi aku!! jangan ganggu aku!!!!pergi kau!!!!"
Laras berteriak histeris. Dia membuang apapun yang ada di dekatnya, Angela berusaha keras untuk membujuk Laras agar tetap tenang karena dirinya bukan orang yang akan berniat jahat kepadanya. Laras tidak menghiraukan ucapan Angela. Karena situasi sudah mulai tak terkendali, dengan terpaksa Angela harus memberikan obat penenang kepada Laras. Perlahan tubuh Laras melemah dan akhirnya rubuh. Angela membaringkan tubuh Laras di atas ranjang.
"Gadis ini lumayan juga, aku sampai kehabisan tenaga untuk mengendalikannya." Ucap Angela menghela nafas sembari duduk di samping Laras dan kembali menjaga sang gadis.
Alex turun dari mobilnya dan segera masuk ke dalam ruangannya. Dia terkejut melihat ruangannya begitu berantakan.
"Bisa kau jelaskan apa yang terjadi d ruangan ini saat aku pergi?" Tanya Alex.
"Sepertinya gadis ini mengalami suatu peristiwa yang sangat membekas di hatinya sehingga membuatnya trauma. Saat aku mendekatinya, dia melemparku dengan apapun yang ada di dekatnya. Aku memberikan obat penenang dengan dosis rendah, jadi efek dari obat itu hanya akan membuatnya tertidur untuk beberapa waktu, meski setelah sadar dia akan merasa sedikit pusing. Semoga gadis ini segera sembuh, aku merasa kasihan melihat kondisinya yang sangat menyedihkan ini." Jawab Angela.
Seketika Alex merasa hancur. Dia menjadi orang pertama yang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Laras. Dia memastikan jika ada orang yang berani menyentuh Laras, orang itu pasti akan tiada. Tidak terkecuali sang Kakak, Justin Steven.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 451 Episodes
Comments
Kesya Kesya
💪💪💪💪💪
2022-05-29
2
Fiah msi probolinggo
salam manis dariku kakak Author yang cantik
2022-01-14
1
@Princes halu"
aku udah hadir yah kak
#penaautoon
2022-01-11
1