Alex yang belum dapat memejamkan matanya, kembali teringat akan kata-kata Richard. Kata-kata yang membuat sang pria kejam berfikir. Saat dia menenangkan Laras dengan kata-kata manisnya, apakah dia lupa akan statusnya sendiri? bahkan Ia juga melupakan ucapannya tentang keengganan memberikan cinta kepada seorang gadis.
Tapi kini, yang di lakukannya justru bertolak belakang dengan apa yang di ucapkan Alex sebelumnya. Dia mengatakan kepada gadis yang baru saja Ia kenal bahwa dirinya akan selalu menjaga sang gadis dengan segenap jiwa dan raganya. Dia meyakini jika Ia mampu melakukan hal itu padahal Alex sendiri belum mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sehingga terucap kata semanis itu dari bibirnya.
"Kau ini siapa sebenarnya? betapa sulitnya untuk tidak melihatmu sedetik saja. Bahkan setiap sentuhan yang kau berikan padaku sudah cukup meruntuhkan sifat dingin yang aku miliki dan menjadikanku begitu lembut di hadapanmu. Seperti seekor binatang peliharaan yang patuh terhadap Tuannya. Apakah benar ini yang namanya cinta? jika yang ku rasa ini adalah cinta, berarti aku harus segera mengakhiri permainanku sendiri."
Alex sepertinya enggan menyulitkan sang gadis dan memilih untuk pergi jauh meninggalkannya. Alex bangkit dari ranjangnya dengan berhati-hati agar Laras tidak terbangun saat dia pergi. Pria itu menulis di atas secarik kertas tentang alasannya pergi tanpa memberitahu sang gadis sebelumnya. Tidak lupa meninggalkan uang lima puluh juta rupiah kepada Laras sebagai ganti rugi atas ketidaksopanannya menyentuh Laras bahkan sampai merenggut kegadisannya.
Dengan masih berbalut pakaian yang sama, Alex pergi dari kamar 219 itu. Meski terasa berat meninggalkan Laras, Ia tetap pergi demi keselamatan sang gadis. Tak lupa Ia menyuruh dua anak buahnya menjaga kamar 219 untuk sekedar berjaga-jaga jika terjadi sesuatu dengan Laras.
"Maaf gadis cantik, aku belum siap untuk jatuh cinta. Aku akan membiarkanmu pergi sejauh yang kau inginkan karena akupun tidak akan pernah sanggup jika terlalu lama dekat denganmu. Kau belum tahu siapa diriku, aku hanya pria kejam yang haus darah.
Alex mengecup kening Laras sebelum sang bos mafia benar-benar angkat kaki dari kamar 219.
* * *
"Darimana saja kau Kak?"
Angela yang sedang berada di markas bersama Willy dan Tomy merasa senang dengan kedatangan sang bos. Karena sudah beberapa hari ini Alex pergi meninggalkan markas karena sedang bersembunyi dari Young Devil.
"Aku menemui Richi dan menyuruhnya menyusun rencana membumi hanguskan Young Devil. Oh ya , kau kemana saja Angela? bukannya aku sudah menyuruhmu menemuiku di hotel Mariana?" Tanya Alex.
"Maaf Kak, waktu itu aku sedang tidak membawa ponsel jadi aku tidak tahu jika kau menyuruhku pergi ke hotel Mariana." Jawab Angela.
"Lain kali jangan teledor, bawa alat komunikasi bersamamu. Untuk kalian bertiga camkan itu , kita hidup di dunia yang tidak mengenal kompromi. Kita hanya akan menghadapi dua kemungkinan, hidup atau mati. Jika sedikit saja kita membuat kesalahan, tidak akan ada waktu untuk memperbaikinya. Karena kematian adalah konsekuensi terberat yang harus kita tanggung." Perintah Alex.
"Kak, setelah ini, apakah kita akan menyerang Young Devil? aku sudah tidak sabar menyumpal mulut sampah Yanze."
Yanze adalah tangan kanan bos mafia Young Devil. Setelah sang bos tewas di tangan Alex, dialah yang menjadi pemimpin sementara. Willy pernah bersinggungan dengan Yanze. Waktu itu dia sedang mengurus wilayah Death Angel yang tiba-tiba saja menjadi milik Young Devil. Yanze mengucap sumpah serapah kepada Willy. Angela dan Tomy yang saat itu sedang bersamanya, meminta untuk tidak terpancing emosi. Sejak saat itu, Willy begitu ingin memusnahkan makhluk angkuh dan menyebalkan itu.
"Sudahlah Willy, Yanze hanya sampah. Tidak perlu kau hiraukan dia. Untuk rencana penyerangan, kita tunggu Richi. Seminggu lagi aku akan menemuinya dan menagih rencana terbaik yang telah di susunnya bersama beberapa anggota inti. Untuk kalian dan anggota lainnya yang masih berada di kota ini, Lebih baik kita waspada terhadap serangan yang akan di lancarkan oleh Young Devil. Mereka sudah menempelkan poster wajahku di seluruh kota, bahkan memberikan milyaran rupiah sebagai imbalan jika ada orang yang berhasil menemukanku." Ucap Alex.
"Baik Bos!!!" Jawab tiga anak buahnya serentak.
* * *
Laras memicingkan matanya karena silau dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar nomor 219 itu yang seolah-olah mengucapkan selamat pagi kepadanya.
Laras melihat ada secarik kertas dan uang lima puluh juta rupiah tergeletak begitu saja di meja dekat ranjangnya. Gadis itu mencoba meraih secarik kertas itu dan mulai membacanya.
Gadis tak bernama, terima kasih telah memberikan kenangan terindah untukku. Aku tidak tahu apa yang harus ku katakan padamu selain meminta maaf atas kelancanganku menyentuhmu dan merenggut hal berharga yang kau miliki. Aku berharap kita tidak lagi saling bertemu. Aku terlalu berbahaya jika tetap di sisimu untuk waktu yang lama. Anggap saja uang lima puluh juta itu sebagai ganti rugi kelancanganku, meski tidak akan pernah memperbaiki apa yang telah ku rusak, tapi setidaknya bisa kau gunakan untuk kebutuhan hidupmu.
Alex Fernando
"Dia memang laki-laki tak berperasaan. Sudah membuat hidupku hancur, dia kabur begitu saja. Seharusnya dia mengatakan selamat tinggal dan meminta maaf kepadaku secara langsung. Ternyata selain kurang ajar, dia juga pengecut. Tapi tak apalah, dengan begini, aku bisa segera pulang dan menemui Ibuku."
Laras bangkit dari ranjangnya kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di bawah gemericik air yang yang membasahi tubuhnya, Laras kembali menangis. Laras merasa tak sanggup untuk pulang dan menemui sang Ibu. Tidak ada keberanian untuk itu. Dengan kondisi dirinya yang kini penuh dengan dosa, membuat Laras mengurungkan niatnya, dia lebih memilih pulang ke rumah sang bibi. Hanya bibinya yang mampu mengerti perasaannya karena sejak kecil saat Ibunya bekerja, sang bibi yang merawatnya.
Setelah selesai membersihkan diri, kemudian Laras mencari baju di lemari Alex. Dia terkejut saat mendapati beberapa stel baju perempuan di sana.
"Si binatang buas itu ternyata masih memiliki rasa kemanusiaan juga." Gumam Laras.
Laras memilih stelan celana jeans dengan warna hitam di padukan dengan baju lengan pendek berwarna merah maroon serta jaket hoodie dengan warna senada.
"Pria ini tidak memiliki selera yang bagus tentang memilih pakaian untuk seorang gadis."
Laras telah siap untuk meninggalkan kamar nomor 219 yang penuh dengan kenangan buruk untuknya.
"Akan ku bawa uang dan secarik kertas ini bersamaku, kemudian akan aku kembalikan kepada Tuan Alex. Akan aku ajari caranya meminta maaf kepada seorang gadis. Jangan sebut namaku Laras Nugraheni jika tak mampu menemukannya."
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 451 Episodes
Comments
💠||ʀɪɴ
situ bukan gadis lgi ras tpi wanita/Shhh/
2024-05-15
0
FAT MA581
good
2022-03-11
1
Katherina Ajawaila
seru kayanya Sang Mafia di talukkan sm selirnya
2022-02-22
1