Bianca sudah berada di rumah Arjuna pagi-pagi sekali, bermaksud memberi kejutan kepada sang sahabat.
Dia memang selalu berlaku seenaknya, para asisten rumah tangga di kediaman Arjuna sudah biasa akan kehadiran dirinya.
Bianca sedang di dapur merecoki para pembantu Arjuna memasak.
Garis bawahi, merecoki, dia tak membantu, melainkan ikut-ikut mengiris sayur yang malah membuatnya terlihat seperti cacahan anak kecil.
Para pembantu itu sudah sangat kesal, tapi tak bisa berbuat apa-apa, saat mencicipi masakan nasi goreng, dia mengatakan jika masakan itu terlalu asin, dengan tanpa persetujuan sang pembantu, dia segera membuangnya ke tempat sampah.
Tak berapa lama Sarmila mendatangi dapur, sebab dia mendengar kegaduhan.
"Bianca," sapa Sarmila.
"Eh Ibu," balas Bianca di sertai seringai menjengkelkan.
Bianca tahu jika ibunda sahabatnya itu tak menyukai dirinya, tapi dia tak pernah ambil pusing, selama sang sahabat selalu membelanya itu bukan masalah baginya.
"Ngapain kamu pagi-pagi udah di sini?" ucap Sarmila dengan intonasi nada sedikit ketus.
"Emm ... itu Bu, mau buat kejutan buat Juna."
"Dengan ngacak-ngacak dapur saya!"
Sarmila menyisir dapurnya yang berantakan seperti kapal pecah, irisan sayuran di mana-mana, serta tong sampah yang penuh dengan nasi goreng.
"Loh Bi, ini kenapa nasi gorengnya di buang?" heran Sarmila menatap pembantunya.
"I— itu, anu nyonya," sang pembantu hanya melirik Bianca dengan menunduk.
Sedang Bianca, dia membalas mendelikkan mata kepada pembantu itu, dan segera menjawab pertanyaan ibunda Arjuna dengan berkilah, bahwa rasa masakan sang pembantu sangat asin.
Dia juga menjelaskan panjang lebar, sebab dan akibat jika terlalu sering mengonsumsi makanan asin.
"Bianca, kami sudah biasa makan masakan Bi Romlah, kamu ngga perlu mengatur apa yang kami makan, ngga perlu menjelaskan juga, kami tau, sebaiknya, sebagai tamu kamu lebih baik duduk di ruang tamu, ngga perlu ke dapur."
Bianca malu dan tersinggung, dia lantas menundukkan kepalanya, lebih tepatnya dia kesal dan marah kepada ibunda Arjuna yang menegurnya di depan para pembantu.
"Ada apa ini Bu?" tanya Arjuna mendekati keduanya.
Tanpa banyak kata Bianca langsung menghamburkan diri memeluk Arjuna, meminta pembelaan dari sang sahabat.
"Jun, Ibu kamu marah soalnya aku buang masakan Bi Romlah, tapi bener Jun, masakan pembantu kamu itu ngga enak, asin."
Sarmila yang mendengar ucapan Bianca makin tidak menyukai gadis itu, bukannya minta maaf, dia malah membela diri sendiri.
Arjuna yang melihat raut wajah sang ibu nampak kesal, lantas mengajak Bianca untuk sarapan di luar, Bianca mengangguk senang, dia lantas berpamitan kepada ibunda Arjuna.
Bukankah rencana yang bagus, Bianca selalu mendapatkan apa pun yang ia inginkan.
Sebenarnya dia memang sengaja merusak acara masak para pembantu di dapur, sebab dia enggan makan di rumah Arjuna.
Karena dia malas mendengar perkataan Sarmila padanya yang selalu ketus dan sinis. Oleh sebab itu, inilah cara dia membalas perlakuan ibunda Arjuna, dengan mengacaukan acara sarapan pagi mereka.
Sarmila yang tahu akan akal bulus Bianca, lantas mencegah keduanya untuk makan di luar.
"Tunggu!"
"Ngga ada acara sarapan di luar, Juna duduk! tunggu ayah kamu turun kita sarapan seperti biasa."
"Bu ...," lirih Arjuna.
Bianca mendengus kesal mendengar perkataan ibunda Arjuna.
Dia memikirkan kembali berbagai cara untuk membuat Arjuna tetap pergi bersamanya.
"Kamu harus sarapan dan segera pergi ke kantor, bukannya mau ada rapat penting hari ini? kalo kamu pergi sama Bianca, nanti pasti ngga balik ke kantor!" jawab Sarmila telak.
Arjuna menyadari jika Bianca sedang libur syuting, gadis itu pasti akan meminta dirinya untuk menemani pergi seharian.
Arjuna berpikir benar kata sang ibu, hari ini ada rapat penting.
Bianca mendekat dia menggoyang-goyangkan lengan Arjuna seperti anak kecil, "Jun, please," rayunya.
Sarmila yang sudah tak bisa membendung kekesalan lantas memisahkan cekalan Bianca.
"Kamu tau kan tante tadi bilang apa Bianca, hari ini Arjun ada rapat penting! kamu mau bikin kacau perusahaan kami, iya!" ketus Sarmila.
Bianca seperti biasa hanya bisa menunduk mencari simpati dari Arjuna, agar sahabatnya itu membelanya.
Arjuna lantas menarik lengan sang ibu menjauh dari sana, dia tak ingin pembicaraannya dengan sang ibu di dengar oleh Bianca.
Gadis itu tersenyum menyeringai, dia pasti menang juga kali ini melawan ibunda Arjuna.
"Bu aku mohon, kali ini aja, aku janji cuma sarapan aja, ngga kemana-mana," bujuk Arjuna.
"Berapa kali kamu ingkar hah! dari sekolah dulu kamu sering dapet masalah gara-gara Bianca, kerjaan kantor kamu tinggalin gara-gara dia juga, kalo sampe rapat kali ini, sang investor ngga jadi nanam saham gara-gara dia juga, mending kamu keluar dari perusahaan ayah, biar Roni yang gantiin kamu."
Ancaman sang ibu benar-benar membuat Arjuna bergidik ngeri, dia merasa hanya sebatas sarapan, mengapa sang ibu tampak melebih-lebihkan keinginannya, batin Arjuna.
"Ibu tenang aja, cuma sarapan, aku janji ke kantor tepat waktu, ya!" mohon Arjun dengan memegang kedua lengan sang ibu.
"Awas! ibu pegang janji kamu, kalo kamu ngga dateng di rapat kali ini ...," Sarmila membuat isyarat dengan menarik garis di lehernya.
"Beres, makasih Bu, Arjun pamit ya."
Yang tak mereka tahu, Bianca sudah merencanakan akan mengajak Arjuna pergi keluar kota, meski dia tak bermaksud menghancurkan perusahaan Arjuna, tapi kelakuannya itu perlahan bisa membuat perusahaan Arjuna gulung tikar.
Bianca hanya tak menyukai penolakan dari Arjuna, dia seperti melampiaskan kekesalan yang dia dapat dari Rizal sang tunangan kepada Arjuna sang sahabat.
Diam-diam saat Arjuna dan ibundanya berbincang berdua, dia meminta manajernya memesankan tiket ke Bali untuk dua orang, untuk dirinya dan Arjuna.
Bianca berpikir, biasa juga yang menangani perusahaan adalah ayah dan asisten Arjuna Roni, jadi pikirnya tak apa dia bersenang-senang dengan Arjuna.
Benar-benar pemikiran yang tak masuk akal, dia sendiri tahu bagaimana sibuknya sang tunangan, sedang dia tak mau tahu seberapa sibuknya sang sahabat.
Bianca hanya memikirkan dirinya sendiri yang tak ingin mendapat penolakan dari Arjuna.
Mereka akhirnya sarapan di hotel yang di pesan Bianca, gadis itu sangat senang, jika berurusan dengan Arjuna, lelaki itu pasti akan selalu mengabulkan keinginannya.
"Jun ... emmm aku ada syuting di Bali, kamu bisa temenin aku kan?" pintanya manja.
"Kapan?"
"Sekarang."
Arjuna tercengang dengan permintaan gadis di hadapannya ini, bukankah tadi Bianca tahu jika hari ini ia ada rapat penting.
"Maaf Bi, kamu dengerkan tadi, di perusahaan ada rapat penting, mau ngga mau aku harus hadir."
"Halah Jun, kan ada ayah kamu sama Roni, biasa juga mereka yang urus. Ayolah Jun aku takut ke sana sendirian, Sandra ngga bisa nemenin aku," rayunya.
Arjuna menelan kasar salivanya, masih terngiang ancaman sang ibu, jika sampai hari ini dia tak datang ke perusahaan maka kelar sudah karirnya di perusahaan sang ayah.
"Tapi Bi ..."
Bianca mulai terisak berharap sang sahabat mau menemaninya sekarang, dan hal itu berhasil, air mata Bianca itu lah yang membuat Arjuna tak tega.
Lelaki bodoh itu lagi dan lagi pasti akan menuruti keinginan sang sahabat.
.
.
.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Enis Sudrajat
kok berulah di rumah sahabat ?
2021-11-11
2
Tita Dewahasta
bianca ngeselin banget ya, pengen nimpuk
2021-11-05
1
PermataBenua
laki kok modelan bgtu Jun jun
2021-08-22
3