Yuda beranjak dari posisinya. ia sudah melangkah agak jauh ketika ia berbalik badan untuk berbicara pada Sandi yang kini masih mengerang kesakitan.
"Gue cuma mau bilang, gue titip Kea. jangan jadi pengecut lo"
Dan Sandi terdiam.
****
Sandi berdesis saat membaca pesan papanya yang baru ia terima setelah pulang sekolah.
Bos (1)
Sore ini sepulang sekolah, jangan pulang. Jaga Kea dulu, Om Kai lagi gak enak badan.
Memasukkan ponselnya kesaku celana, Sandi memakai helmnya dan mulai melajukan motor dengan kecepatan tinggi begitu keluar dari gerbang sekolah. Ia harus kerumah sakit, menjaga manusia bodoh itu diranjang pesakitannya.
Kai, papa Kea itu kelelahan setelah hampir tiap saat duduk dan menangisi anaknya yang koma. Dan setelah Kea sadar dihari kelimanya koma itu, gantian Kai yang ngedrop. Papa Kea itu juga menjalani rawat inap dikamar yang berbeda. Membuat Kelli sering kewalahan sendiri untuk menjaga keduanya. Ia sangat khawatir dengan suami dan anaknya. Untungnya, keluarga Sandi sangat baik dengannya, sesekali saat malam mereka datang untuk bergilir menjaga Kea yang belum terlalu stabil dan belum bisa diajak komunikasi.
Kea tak mendapat diagnosa serius dari dokter akibat kecelakaan yang dialaminya. Tapi, walaupun begitu, sejak semalam Kea belum bisa diajak kominikasi. Gadis itu hanya membuka matanya sebentar lalu kembali tertidur, begitu seterusnya. Untungnya, kata dokter itu adalah hal yang wajar yang dialami oleh pasien yang baru bangun dari koma setelah lebih dari tiga hari.
Dan disinilah Sandi, menatap datar gadis bertubuh kurus yang tertidur dengan pulas. Sandi mendengus, kenapa juga Kea harus sadar sih, kenapa tidak mati saja.
Sandi menarik kursi dekat ranjang, ia duduk dengan kesal. Mengeluarkan ponsel dan mulai berselancar dengan ponselnya. Sandi termangu saat ia menemukan postingan IG Lusi, gadis itu mengunggah vidio kata-kata galau. Apa itu artinya Gadis itu masih mengharapkannya? Sandi tersenyum karena pikirannya. Oh, ayolah, Lusi adalah gadis pertama yang membuatnya jatuh sejatuhnya.
"Ehg"
Sandi mendongakkan kepalanya saat ia mendengar lenguhan kesakitan Kea, gadis itu mengerang dalam tidurnya, sesekali memegangi kepalanya yang dibalut perban. Lalu kembali tenang dan tertidur.
Lagi-lagi Sandi mendengus tak suka, tapi, tatapan Sandi itu tiba-tiba jatuh mengarah kebibir kering Kea yang agak terbuka. Sekelebat bayangan tentang ciuman kasar mereka diklub waktu itu berputar dikepalanya. Sandi mengakui, Saat itu ia memang agak kasar, ah, atau memang kasar.
Sandi bukan laki-laki yang kuno, oh ayolah, setiap hari ia mendatangi klub sebagai tempat mainnya. Dan ciuman bukanlah hal yang tabuh untuknya. Bisa dibilang, ia cukup handal untuk hal itu. Tapi, ntah kenapa, sensasi yang ia dapatkan saat mencium Kea waktu itu adalah suatu hal yang baru. Mungkin karena Kea adalah satu-satunya manusia yang ia paksa cium. Bukan karena keinginannya sendiri.
Sandi kembali menatap wajah Kea, gadis itu banyak menderita karenanya. Bukan hanya fisiknya, tapi Sandi juga menyadari ia telah melukai mental Kea dengan sangat dalam.
"Hiks, " Kea terisak dalam tidurnya, mungkin ia merasa sakit dibagian tubuhnya yang masih banyak diperban.
Sandi tak tau apa yang terjadi dengannya, tapi ia mulai mengelus rambut Kea yang semenjak mengalami operasi, rambut panjangnya dipangkas pendek sebahu dan ada bagian yang agak botak bekas jahitan jika rambut lebat itu dibiak.
"Stt, Ke" Sandi menepuk pipi Kea, dan lagi, tangisan itu terhenti, gadis itupun kembali tenang.
Sandi terus mengelus rambut Kea dengan pelan, dan ia baru menyadari ternyata wajah Kea cukup cantik jika tanpa kaca mata seperti ini. Wajah Kea itu merupakan perpaduan diantara kedua orang tuanya. Kea juga berkulit putih pucat ciri khas ras tionghoa, tapi matanya tidak sipit, matanya besar bulat dengan tatapan Sendu seperti mengharapkan rasa kasihan orang lain.
"Ma-" Suara serak itu mengalihkan perhatian Sandi, laki-laki itu juga refleks menarik tangannya dari rambut Kea saat mata Kea tiba-tiba terbuka dan tatapan mereka bertemu. Kea yang menatapnya takut dan terkejut, dan Sandi yang menatapnya datar.
"Mama lo diruangan bokap lo, bokap lo sakit." kata Sandi mengalihkan tatapannya. Ia tak mau tertangkap basah sedang mengamati Kea sebelumnya.
Sedangkan Kea hanya menatap Sandi dengan tatapan takut, ia tak mendengar apa yang diucapkan Sandi, dan ia tak dapat membaca gerakan mulut Sandi karena laki-laki itu yang mengalihkan wajahnya kesamping.
"S-san?"
"Apa!" Bentak Sandi.
Kea mengerutkan keningnya, ia bingung karena menduga-duga ucapan Sandi, Matanya agak buram. Dan ia tak bisa mendengar.
Seolah menyadari kebingungan Kea, dan menyadari kebodohannya yang membentak-bentak Kea sedangkan yang dibentak tak dapat mendengar. Sandi berdehem, ia melirik nakas yang terdapat alat dengar Kea.
Laki-laki itu mengambilnya, lalu dengan enggan melemparkan benda kecil itu kewajah Kea yang masih terpasang masker oksigen dihidung dan mulutnya.
"Pake!" Bentak Sandi memalingkan wajahnya.
Kea melirik alat bantu dengarnya, ia berusaha menggerakkan tangannya, tapi rasanya tangannya kaku. Kea tak dapat menggerakkan tangannya karena beberapa organ tubuhnya belum dapat berfungsi dengan baik.
Sandi berdecak, ia lalu memasangkan alat bantu dengar itu dengan kasar. Kea meringis saat Sandi menyentuh jahitan kepalanya. Laki-laki itu benar-benar kasar.
"Lo hidup kalau cuma nyusah-nyusahin itu sebenernya buat apa sih Ke?"
Saat alat bantu dengar itu terpasang, dan kata-kata itu terdengar.Kea merasakan hatinya perih.
"Tau gitu, lo mati aja. Gak usah pakai sadar-sadar segala."
Kea masih diam. Tapi air matanya mulai menggenang.
"Lo hidup juga gak ada gunanya."
Kea tersenyum, ia menatap Sandi dengan tatapan kosong. "K-kalau-"
Sandi mengernyit saat Kea bersuara, ia lalu menarik masker oksigen Kea dengan kasar, membuat gadis itu terbatuk-batuk karena terkejut.
"Nangis!" Bentak Sandi saat air mata Kea meleleh begitu saja. Dadanya sesak karena masker oksigennya terlepas Dan hatinya berdenyut nyeri oleh perlakuan iblis Sandi.
"S-san, L-lo tau?" Kea memejamkan matanya bersamaan dengan air matanya yang jatuh.
"R-rasanya, g-gue juga berharap mati aja setiap lo ngatain gue gak layak hidup."
Sandi menatap Kea dengan datar. "Terus kenapa lo gak mati-mati?" tanya Sandi langsung.
Kea tersenyum kecil, lagi-lagi setetes air mata jatuh di sudut matanya. "K-karena gue gak mau lo hidup tenang?"
Sandi mengerutkan keningnya tak paham,
"G-gue juga mau liat lo menderita sebelum gue mati, g-gue juga mau liat lo memohon mati dihidup lo karena gak tahan San, gue, juga gak mau mati waktu orang yang nabrak gue jadi misteri" Kata Kea melirik Sandi.
Sandi terdiam kaku, apa Kea mengancamnya? selama ini kasus kecelakaan Kea memang belum diusut lebih jauh, mereka menduga, Kea adalah korban tabrak lari.
Sandi mengalihkan tatapannya, ntah kenapa, ada sebersit ketakutan yang hinggap dihatinya.
*****
Ck, Keaaaa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
ruby
cek , belum ada updatean , oke nanti balik lagi . gw degdegan ini di setiap episode . takut besok2 makin di macemin2in ini si kea , gw watirnya udah kaya emak bapaknya si kea. . savekea prayforkea
2021-09-01
0
stvw_nd
semangat semangat semangat kak💪
gak sabaran kelanjutannya gimana, ampe rela tiap saat bolak balik sini buat cek takut ketinggalan
2021-08-31
0
ruby
hayoloh sandi , laporin kea buru jgn diem aja , biar rasa. semangat ka pokoknya semangat . pgn liat sandi di bales ih asli
2021-08-31
0