S-1-Ujian

Kea berusaha melupakan ancaman sampah Sandi padanya beberapa menit yang lalu. Tapi, untuk Kea yang tau betapa bencinya Sandi dan bagaimana sifat dan tingkah teman semasa TK nya itu, hal itu justeru terasa sangat sulit.

Jujur saja, Kea sekarang merasa was-was dengan apa yang akan dilakukan Sandi padanya. Laki-laki itu sejak dulu, sejak mereka masih jaman TK, selalu menjahilinya, mengejeknya dan selalu mengatainya. Dulu, Kea tak seberani sekarang. Ia akan menangis takut atau mengamuk dirumah dan meluapkan emosinya kebarang-barang dikamarnya.

Pernah suatu hari ketika mereka TK, semua teman-temannya menjauhi Kea dan memberikan gadis kecil itu tekanan non-verbal yang berat. Mereka menjauhi Kea kecil karena Sandi menghasut mereka, mengatakan kalau siapapun yang berteman dengan Kea sigadis kaca mata besar dan tebal yang punya alat-alat yang ditempelkan disekitar telinganya itu berarti bukanlah temannya lagi. Dengan kata lain Sandi mengancam siapapun yang berteman dengan Kea berarti adalah musuhnya.

Saat itu, Sandi adalah siswa yang paling pintar, paling tampan, paling tinggi dan paling kaya, semua orang tentu saja takut dimusuhi oleh Sandi maka sudah pasti masa-masa TK Menjadi suatu hal yang kelam untuk Kea.

Sandi kecil saja mampu membuat Kea saat itu mengutuk takdirnya, membenci semua perawatan dan pengobatan yang diberikan orang tuanya, Kea bahkan membenci suara yang didengarnya, Kea tak suka suara, ia lebih memilih menghabiskan hari-harinya dikamar dengan keterdiaman, berkomunikasi seadanya dengan gerakan tangannya.

Lalu sekarang, Sandi tiba-tiba mengancamnya dengan penuh kebencian dan terang-terangan . Biasanya mana sudi Sandi berkomunikasi dengannya, Sandi lebih senang membullinya secara halus, seperti mendengus saat Kea berbicara, pura-pura tak melihat ketika berpapasan, dan mengambaikan Kea ketika kebetulan gadis itu bicara padanya. Selama ini, selama hampir tiga tahun mereka belajar dikelas yang sama, kebencian Sandi hanya sebatas itu, atau yang paling parah mungkin Sandi sering mencoret nama Kea dalam data kelas saat ada sesuatu acara atau saat mereka dikelompokkan pada kelompok yang sama, Sandi akan mengangkat tangannya dan mengatakan dengan lantang bahwa ia tak menerima gadis tuli dikelompoknya.

Hanya sebatas itu, tapi, Kea sekarang tak yakin kalau batasan itu hanya sampai disitu. Kea merasa mungkin Sandi akan terang-terangan membencinya.

Kea melirik Sandi yang duduk dibarisan paling belakang, itu karena postur tubuhnya yang terlalu tinggi untuk duduk didepan ataupun ditengah barisan. Sandi tampak memainkan ponselnya, sesekali kedapatan tersenyum, mungkin sedang berchat ria dengan Lusi, pacarnya. Namun seperti terasa dipandangi, Sandipun menoleh dan tatapannyapun langsung jatuh tepat kemanik mata Kea.

Kea terkejut, ia memalingkan wajahnya dan Sandi tersenyum culas untuk menanggapinya.

Kea merasakan tangannya agak bergetar, mungkin ia terlalu berlebihan. Tapi percayalah, walaupun sekarang Kea sudah berani, tetap saja Sandi adalah sumber dari segala sumber ketraumaannya. Dan Kea tak dapat melupakan hal itu.

"Ke, Kea.."

"Kea!" Panggil Sheril mengguncang lengan Kea. Kea menoleh, ia agak terkejut karena Sheril yang menggoyangkan lengannya agak kuat.

"Kenapa?" tanya Kea bingung.

Sheril menyentuh telinganya, memberi tanda agar Kea segera mengaktifkan alat bantu dengarnya.

Kea menghela nafas, ia lalu mengaktifkan alat bantu dengarnya walaupun enggan. "Kenapa?"

"Lo dari tadi ngelamun mulu, kenapa sih?" bisik Sheril pelan.

Kea terdiam, ia tak mungkin mengatakan ia ketakutan karena ancaman sampah Sandi kan?

"Gak papa, gue cuma lagi hapal rumus, emang gue keliatan kayak orang ngelamun apa?" tanya Kea sepelan mungkin, sekarang kelas mereka sedang mempersiapkan ulangan harian matematika sebelum pak Sohibi datang. Guru yang terkenal killer itu memang mewajibkan siswanya lulus disegala jenis ulangan dan ujiannya.Tradisi mencontek dan saling berbagi jawaban bukanlah suatu hal yang bisa ditemukan dikelas mereka, setidaknya jika pelajaran pak Sohibi, semua orang takut akan ancaman nilai ketidak lulusan. Dan sudah pasti tak ada nilai perbaikan ataupun sejenisnya, maka, tak ayal dibeberapa menit sebelum ulangan dimulai, kelas 12 MIPA 1 sudah sibuk dengan rumitnya hapalan rumus dikepala mereka.

"Tuh kan lo ngelamun lagi," tuding Sheril memukul lengan Kea.

Kea meringis, "Gue gak ngelamhn Sher, gue lagi ngapal udah ah."

Sheril mengerucutkan bibirnya, "Lagak lo kayak lo manusia dengan IQ pas-pasan aja. Gue yakin bahkan buat materi bab depan lo uda bisa."

"Sher, ih" kesal Kea.

"Iya-iya, lo kan rajin bagus itu mah mempertahankan nilai, gak kayak sigila itu, hp mulu. Memang yah, dunia itu kadang gak adil." keluh Sheril melirik kursi belakang, tempat dimana Sandi duduk.

Tapi jika dilihat-lihat, tampaknya memang tak ada yang santai dikelas mereka kecuali Sandi, yah hanya Sandi, hanya Sandi satu-satunya orang yang tampak sibuk dengan ponselnya sendiri tanpa memikirkan ulangan matematika yang akan dimulai beberapa menit lagi.

"Kea!"

"Apa lagi?" tanya Kea gemas.

Sheril berdecak, "Pak Sohibi itu didepan, gitu bilangnya gak ngelamun." dumel Sheril merapikan buku-buku paketnya.

Kea menatap kedepan dan disana sudah ada pak Sohibi yang berdiri didepan kelas.

"Okee, simpan semua buku didalam tas dan kumpulkan kedepan. Hanya tinggalkan alat tulis dan keperluan menulis diatas meja. Kumpulkan mulai dari barisan Sifa, " suara pak Sohibi menggema diruang kelas.

"Tidak ada acara mencontek, berbagi jawaban ataupun hal lainnya, jika ada yang ketahuan berbuat curang baik itu mencontek, menyalin, atau bertukar jawaban, nilai ulangan akan saya beri nol. paham!"

"Paham pak!" seru kelas 12 MIPA kompak.

"Ketua kelas, Sandi, bagikan soalnya." perintah pak Sohibi menunjuk Sandi.

Sandi bangkit dari duduknya, laki-laki itu membagi kertas soal ulangan dengan raut dingin. Ciri khas Sandi sekali, angkuh, kaku dan, Egois, dan keras kepala.

Saat Sandi sampai dibangkunya, Kea secara otomatis menahan napas. Apalagi ketika Sandi menjulurkan tangannya untuk memberikan kertas soal ulangan pada Sheril yang berada disebelah Kea. aroma parfum laki-laki itu memenuhi rongga hidungnya. padahal Kea sudah berusaha tak menghirup udara sedikitpun tapi ia gagal dan aroma citrus yang terasa cool terhirup olehnya.

"Gue harap, lo gak mati duluan sebelum pertunjukan." bisikan Sandi itu membuat Kea mendongak. Dan senyuman culas Sandilah yang ia dapat.

Kea merasakan lehernya meremang karena ucapan Sandi, tapi ia menggelengkan kepala dan mulai bersikap biasa saja saat Sandi sudah kembali melanjutkan kegiatannya.

Setelah itu ulangan harian dilakukan dengan hening, beberapa kali pak Sohibi patroli dengan penggaris panjang ditangannya.

Kea masih sibuk mengerjakan soal terakhir ketika suara ketukan keras yang berasal dari penggaris dan mejanya berbunyi keras. Kea yang terkejut bahkan hampir mengumpat jika saja ia tak bisa mengendalikan dirinya.

Pak Sohibi menunduk untuk mengambil ntah apa dibawah mejanya. Kea hanya membeku kaku dengan semua pusat perhatian yang berpusat padanya.

"Kea Ankara Tan!"

"Y-ya pak?"

"Kamu menyalin semua rumus materi ulangan kita?" tanya pak Sohibi terdengar tak percaya dan juga kecewa.

Koor suara keterkejutan pun terdengar dari yang lainnya, termasuk Sheril yang membolakan matanya tak percaya. Kea mencontek?

Mustahil.

Wajah Kea pucat pasi, "Ng-nggak pak, saya nggak nyontek, i-itu bukan punya saya!" bela Kea takut dan juga bingung.

"Dan ada dimeja kamu?" tanya pak Sohibi retoris.

Kea tak dapat menjawab, ia kebingungan dan juga terkejut.

"Nilai ulangan kamu nol dan sekarang keluar kelas sampai jam saya habis."

"T-tapi pak-" mata Kea sudah memerah saat pak Sohibi menyuruhnya keluar.

"Saya harap saya tidak mengulang perkataan saya."

Kea mengerjapkan mata merahnya dibalik kaca mata minusnya, ia tak sengaja melirik Sandi dan saat ia mendapati Sandi berusaha menahan senyum kesenangannya.

Kea tak ingin menuduh, tapi apa itu ulah Sandi?

***

Ekhem, kenapa Sandi senyum?

Terpopuler

Comments

ruby

ruby

jahat banget lu san semoga dapet balesan deh

2021-08-18

0

lihat semua
Episodes
1 S-1-ancaman
2 S-1-Ujian
3 S-1- dendam
4 S-1-Balas dendam
5 S-1- Lusi ya?
6 S-1- Putus?
7 S-1- Yuda kenapa?
8 Kejutaan!
9 S-1 Selamat jalan
10 S-1- Kasihan
11 S-1- Pengecut
12 S-1- Ketakutan
13 S-1- Pelaku
14 S-1- Pembalasan yang berbeda
15 S-1-Senjata makan tuan?
16 S-1- Neraka ya?
17 S-1- Miliknya
18 S-1 Iblis berkedok manusia!
19 S-1- Istri heh!
20 S-1- Sesal
21 S-1- Lucifer
22 S-1- Bisa jauhin dia?
23 S-1- Yuda patah
24 S-1- Luapan
25 S-1- Rencana awal
26 S-1 Jadi gimana?
27 S-1 Keluarga Geano
28 S-1 Amukan
29 S-1 Pembicaraan
30 S-1 Masukan
31 S-1 Tejadi?
32 S-1 Ketakutan yang terjadi
33 S-1 Kesiapan
34 S-1 Menerima takdir
35 S-1 Ragu
36 S-1 Drama
37 S-1 Sharing
38 S-1 Pindah?
39 S-1 Tanggung jawab
40 S-1 Terbiasa
41 S-1 Ngidam?
42 S-1 Kerja
43 S-1 Maaf
44 S-1 Makasih Papa?
45 S-1 Lo bahagia?
46 S-1 Gelisah
47 S-1 Perjanjian masa lalu
48 S-1 Hancur
49 S-1 Remuk Redam
50 S-1 Angela Geono
51 S-1 Salah yang menghantui
52 S-1 Kehilangan yang sesungguhnya
53 S-1 Kesadaran diri
54 S-1 Perubahan yang tanpa disadari
55 S-1 Ayo perbaiki
56 S-1 Terima kasih (End)
57 S-1 Salah (Kea)
58 S-1 Salah (Sandi)
59 S-2 Kehidupan baru
60 S-2 Kebahagiaan mini
61 S-2 Ketakutan tak beralasan
62 S-2 Ohayo, papa
63 S-2 Mama jangan iri ya
64 S-2 Membulatkan tekad
65 S-2 Tangisan yang dihayalkan
66 S-2 Aiko Geano
67 S-2 Mama ga mewosamasu
68 S-2 Hai, Aiko
69 S-2 Arti sebuah kebahagiaan (END)
70 S-2 Salah (Aiko)
71 S-2 Salah (Papa) Bagian 1
72 S-2 Salah (Papa) bagian 2
73 S- 2 Cinta terbaik
74 Tentang mereka
75 EGO- Adhira
76 Karma dan balas dendam
Episodes

Updated 76 Episodes

1
S-1-ancaman
2
S-1-Ujian
3
S-1- dendam
4
S-1-Balas dendam
5
S-1- Lusi ya?
6
S-1- Putus?
7
S-1- Yuda kenapa?
8
Kejutaan!
9
S-1 Selamat jalan
10
S-1- Kasihan
11
S-1- Pengecut
12
S-1- Ketakutan
13
S-1- Pelaku
14
S-1- Pembalasan yang berbeda
15
S-1-Senjata makan tuan?
16
S-1- Neraka ya?
17
S-1- Miliknya
18
S-1 Iblis berkedok manusia!
19
S-1- Istri heh!
20
S-1- Sesal
21
S-1- Lucifer
22
S-1- Bisa jauhin dia?
23
S-1- Yuda patah
24
S-1- Luapan
25
S-1- Rencana awal
26
S-1 Jadi gimana?
27
S-1 Keluarga Geano
28
S-1 Amukan
29
S-1 Pembicaraan
30
S-1 Masukan
31
S-1 Tejadi?
32
S-1 Ketakutan yang terjadi
33
S-1 Kesiapan
34
S-1 Menerima takdir
35
S-1 Ragu
36
S-1 Drama
37
S-1 Sharing
38
S-1 Pindah?
39
S-1 Tanggung jawab
40
S-1 Terbiasa
41
S-1 Ngidam?
42
S-1 Kerja
43
S-1 Maaf
44
S-1 Makasih Papa?
45
S-1 Lo bahagia?
46
S-1 Gelisah
47
S-1 Perjanjian masa lalu
48
S-1 Hancur
49
S-1 Remuk Redam
50
S-1 Angela Geono
51
S-1 Salah yang menghantui
52
S-1 Kehilangan yang sesungguhnya
53
S-1 Kesadaran diri
54
S-1 Perubahan yang tanpa disadari
55
S-1 Ayo perbaiki
56
S-1 Terima kasih (End)
57
S-1 Salah (Kea)
58
S-1 Salah (Sandi)
59
S-2 Kehidupan baru
60
S-2 Kebahagiaan mini
61
S-2 Ketakutan tak beralasan
62
S-2 Ohayo, papa
63
S-2 Mama jangan iri ya
64
S-2 Membulatkan tekad
65
S-2 Tangisan yang dihayalkan
66
S-2 Aiko Geano
67
S-2 Mama ga mewosamasu
68
S-2 Hai, Aiko
69
S-2 Arti sebuah kebahagiaan (END)
70
S-2 Salah (Aiko)
71
S-2 Salah (Papa) Bagian 1
72
S-2 Salah (Papa) bagian 2
73
S- 2 Cinta terbaik
74
Tentang mereka
75
EGO- Adhira
76
Karma dan balas dendam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!