Celina menatap tajam pada bayi laki-laki itu, lalu mendekatinya, menempelkan kedua tangannya dileher bayi itu. Perlahan mengencangkan genggamannya.
Memandang bayi itu lamat-lamat, dengan tersenyum dan air mata yang terus mengucur, Celina menekan leher kecil itu, hingga suara tangis itu terhenti.
Petir menggelegar, Celina terkejut hingga terduduk, melepaskan tangannya.
"Kenapa ibu menolongku ?" tanya Celina remaja.
"Karena jika membiarkanmu sendirian dirumah kosong itu kamu bisa mati, setiap bayi berhak untuk hidup seperti apapun keadaannya" ucap Tina.
"Tapi sejahat-jahatnya ibumu, sesulit apapun pilihan hidupnya, ibumu masih memberikan kesempatan bagimu untuk hidup dan ditemukan orang lain, karena itu jangan membencinya, do'akan dia, itu adalah pemberian terbaik untuk seorang ibu, yaitu do'a dari anaknya"
Celina menatap bayi yang diam tak bernafas itu.
"Tidak... tidak... tidak... " ucap gadis itu kembali merangkak mendekati, mengamati bayi yang telah diam itu.
"Tidaaak.." ucap Celina berusaha membangunkan bayi itu.
Menggoyang-goyangkan tubuh kecil itu. Celina panik.
"Tidak, tidak.. jangan mati.. bangun.. bangun.. banguuun" teriak Celina sambil menggoyang-goyangkan tangan kecil itu.
Celina mengingat apa yang pernah dibacanya. Gadis itu melakukan CPR, memberikan nafas buatan sebanyak dua kali, melihat dada bayinya yang belum naik. Celina tambah panik, memberikan nafas buatan dua kali lagi.
Melihat dada kecil itu masih belum naik, Celina segera melakukan kompresi sebanyak tiga puluh kali. Dengan berderai air mata gadis itu menekan dada bayi itu, meniupkan nafas dua kali. Menekan lagi sebanyak tiga puluh kali, lalu meniupkan lagi dua kali.
Berulangkali, menekan lagi, meniup lagi, menekan lagi, meniup lagi hingga akhirnya terdengar pekikan nyaring keluar dari mulut bayi itu. Bayi itu kembali menangis, menangis lebih kencang.
Celina terduduk lelah, menghela nafas, gadis itu menangis sekeras-kerasnya. Hatinya lega bayi itu menangis, bayi itu telah kembali untuk menggagalkannya menjadi pembunuh bayinya sendiri.
Celina menggendong bayi itu, mendekapnya sambil menangis sekeras-kerasnya. Ibu dan anak itu menangis diiringi derasnya suara air hujan.
"Maafkan aku... maafkan ibumu ini, terima kasih sudah kembali, terima kasih sudah kembali padaku... anakku" ucap Celina mengalirkan air mata sambil mendekap bayinya.
Raffa terusik, laki-laki itu tidak fokus dengan pekerjaannya, mendengar suara tangisan bayi yang tak mau berhenti. Laki-laki itu menutup laptopnya dan langsung berdiri. Keluar dari ruang kerjanya dan melangkah ke kamar bayi.
Menatap bayi Jessica yang menangis, laki-laki itu tidak tau apa yang harus dilakukannya. Tak ada seorangpun yang datang ke ruangan itu. Raffa mencoba mengangkat bayi perempuan tiga bulanan itu lalu menimangnya namun bayi itu tetap saja menangis.
Raffa memutuskan membawanya ke kamar Jessica.
"Jessica.. " panggilan Raffa sambil mengetuk pintu kamar Jessica.
Suara tangis bayi perempuan itu masih terdengar, sebagian besar penghuni rumah datang melihat. Namun Jessica masih belum menunjukkan tanda-tanda menemui Raffa.
Raffa menggendor pintu, Ny. Rowenna terusik.
"Ada apa berisik-berisik ? " tanya Rowenna dari lantai bawah.
Para pelayan telah berbaris melihat apa yang terjadi.
"Bayi Jessica bangun, dia harus mengurusi bayinya" sahut Raffa.
"Itu juga bayimu, kenapa harus selalu Jessica yang mengurusnya. Dia mungkin kelelahan" ucap Rowenna kesal.
"Jika dia tidak mau mengurusi bayinya kenapa dia mau melahirkannya" ucap Raffa kesal, ditambah bayi itu masih terus menangis.
"Tanyakan itu juga pada dirimu, jika tidak mau mengurusi bayimu kenapa kamu menghamilinya" ucap Rowenna sambil menaiki tangga.
Raffa hanya diam, sama sekali tidak ingin merespon ucapan sinis ibunya.
Setidaknya aku masih punya rasa peduli padanya, meski dia bukan bayiku, batin Raffa.
Lalu memandang kearah pintu kamar Jessica, laki-laki itu kesal. Jessica ngotot mengurusi bayinya sendiri karena ingin mempertahankan image sebagai salah seorang hot moms yang mengasuh bayinya tanpa babysitter.
Rowenna meraih bayi itu dari tangan Raffa, membuka pintu kamar Jessica. Raffa hanya berdiri di depan pintu, laki-laki itu tidak mau sekalipun memasuki kamar yang ditempati istrinya itu.
Celina membalut bayinya dengan baju-baju kaos yang biasa dipakainya. Gadis itu menangisi bayi yang tidak memiliki apapun untuk menghangatkannya. Rumah yang rusak tanpa atap dibeberapa bagian itu semakin terasa dingin disaat hujan.
Celina menutupi bayinya dan berlari meninggalkan rumah yang semakin terlihat gelap. Namun gadis itu bingung kemana dia akan melangkah, kemana dia akan berteduh. Gadis itu tidak punya cukup uang untuk menyewa kamar.
Gadis yang baru saja melahirkan bayinya itu berjalan tertatih. Mendekap bayinya ditengah hujan, tanpa terasa kakinya memasuki halaman rumah itu.
Masih maukah dia menerimaku ? tapi aku tidak punya pilihan lain, batin Celina.
Menekan bel dan menunggu tuan rumah membukakan pintu. Alyssa muncul, gadis itu terkejut hingga membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Menyaksikan Celina yang menangis dengan tubuh yang basah kuyup, Celina gemetar kedinginan.
"Aku hampir membunuh bayiku" ucapnya menangis tak tau apa yang harus dikatakannya.
Alyssa semakin terkejut, memandang balutan pakaian yang digendong Celina. Gadis itu terpaku, mematung, tidak menduga akan terjadi hal seperti itu. Alyssa hanya memandang balutan itu tanpa berkata apapun.
Alyssa tidak mempersilahkan gadis itu masuk, Celina membalik badan, dia memutuskan untuk pergi. Celina mengerti apa yang dilakukannya selama ini pasti telah menyakiti Alyssa. Merahasiakan kandungannya dan diam-diam pergi meninggalkannya.
Melihat Celina yang melangkah pergi, barulah Alyssa tersadar.
"Apa yang kamu lakukan ? kamu ingin bayimu mati kedinginan ?" teriak Alyssa menyusul ditengah derasnya hujan.
Alyssa berlari memeluk Celina.
"Persahabatan kita lebih dari apapun, lebih dari harga diri dan nama baik. Aku tidak akan membiarkanmu pergi hanya karena keadaanmu" teriak Alyssa menangis.
Celina melepas travel bag nya, memeluk sahabatnya itu dengan erat.
Raffa kembali ke ruang kerjanya, laki-laki itu termenung. Hingga saat ini Raffa masih belum bisa menceraikan Jessica. Wanita itu memohon untuk diberi waktu, baru saja melahirkan langsung diceraikan suami, hal itu bisa merusak nama baik keluarganya.
Ditambah lagi ny. Cartwright yang terkena serangan jantung karena kelelahan dan stress menunggu kelahiran cucunya.
Tanpa terasa telah tiga bulan berlalu, jejak terakhir Celina adalah saat Celina dan Jessica bertemu.
Celina, kemana aku harus mencarimu ? batin Raffa.
Raffa menunggu Celina datang menemuinya untuk membatalkan tuntutan keluarganya. Meski telah masuk daftar pencarian orang, namun gadis itu masih belum ditemukan, Celina juga tidak datang menemuinya.
Raffa menghela nafas berat, akhirnya laki-laki itu mengancam Jessica membongkar rahasia bayinya jika gadis itu masih tetap melayangkan tuntutan, Raffa tidak tega jika Celina hidup seperti buronan.
Alyssa memperbaiki selimut hangat Celina dan bayinya. Gadis itu ikut berbaring diranjang, menatap kedua orang yang sangat berarti baginya. Celina membuka matanya, tersenyum pada sahabatnya yang sedang menatapnya.
"Kamu sudah menyusui bayimu ?" tanya Alyssa.
Celina mengangguk, lalu duduk bersandar di kepala ranjang. Gadis itu menunduk.
"Maafkan aku Alyssa, aku tak bisa tetap disini dengan keadaanku yang seperti itu.
Aku tidak tau bagaimana menjelaskannya padamu, aku takut kamu akan membenciku" ucap Celina berkaca-kaca.
Alyssa juga ikut duduk dikepala ranjang.
"Apa kakakku mengetahui tentang kehamilanmu ? karena itukah sikapnya berubah ?" tanya Alyssa bertubi-tubi.
Celina menjawab dengan sekali anggukan.
"Tapi akhirnya dia menerima kehamilanmu, kakak ku sepertinya benar-benar mencintaimu" ucap Alyssa yakin.
Celina menatap Alyssa dengan tatapan merasa bersalah. Lalu kembali tertunduk
"Siapa ayah dari bayimu ?" tanya Alyssa, yang hanya dibalas dengan diam oleh Celina.
"Apa, tamu di Club malam itu ?" tanya Alyssa masih ingin tau.
Celina mengangguk, meski belum pernah melihat Raffa sebelumnya disitu. Tapi malam itu Raffa datang untuk mencarinya di Night Club itu.
"Kenapa tidak meminta pertanggungjawabannya ?" tanya Alyssa heran.
"Dia telah menikah" ucap Celina, sesak didadanya membuat air matanya mengalir.
Alyssa menatap bayi yang masih merah itu, Celina rela menanggung hidup yang sulit demi menutupi perbuatan laki-laki itu. Celina menatap Alyssa, gadis itu pasrah apapun yang akan dilakukan Alyssa. Jika dia harus pergi dari rumah itu, Celina pasrah.
"Maaf Alyssa, maaf karena menutupi semua ini darimu" ucap Celina berkaca-kaca.
"Sudah kamu beri nama ? " tanya Alyssa mengalihkan pembicaraan, yang dibalas Celina dengan gelengan kepala.
"Aku bahkan tidak pernah memeriksakan kehamilanku, aku tidak pernah tau apa jenis kelaminnya, bagaimana aku bisa menyiapkan nama untuknya ?" jawab Celina.
"Bolehkah aku yang memberinya nama ?" tanya Alyssa, Celina mengangguk cepat.
"Aku ingin memanggilnya dengan nama Ozora" ucap Alyssa sambil mencium pipi bayi merah itu.
"Bukankah itu nama untuk anak perempuan ?" tanya Celina heran
"Nama itu bisa dipakai untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Memiliki banyak arti, tergantung bahasa dan asalnya"
"Kalau begitu, apa artinya ?" tanya Celina.
"Langit yang luas, aku berharap anakmu dicintai oleh banyak orang, karena kebaikannya dan kehebatannya yang tanpa batas seperti langit yang luas" ucap Alyssa bersemangat.
"Terima kasih Alyssa, terima kasih untuk segalanya" ucap Celina terharu.
Ozora, nama yang indah, batin Celina menatap Alyssa yang menciumi anaknya.
"Anakmu sangat tampan, pasti ayahnya juga tampan" ucap Alyssa tanpa mengalihkan pandangannya dari Ozora.
"Ozora ini bayi merah, semua bayi terlihat seperti itu. Darimana kamu tau dia bayi yang tampan ?" tanya Celina sambil tersenyum.
"Karena kamu cantik" ucap Alyssa singkat.
"Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya, apa melanjutkan kuliah ?" lanjut Alyssa.
"Sepertinya belum bisa kuliah, aku pikir, aku harus mencari kerja untuk biaya hidupku dan Ozora" jawab Celina murung.
"Jangan khawatir, aku akan membantumu menjaga Ozora, bulan depan ujian semester setelah itu tidak ada kegiatan dikampus, aku bisa menjaga Ozora dan kamu mencari pekerjaan" usul Alyssa begitu bersemangat.
"Apa tidak merepotkanmu ?" tanya Celina tidak enak hati.
"Untukmu dan Ozora, akan kulakukan apapun, kalian adalah orang-orang yang kusayangi" ucap Alyssa sambil tersenyum, membuat Celina menitikkan air mata karena terharu.
Tak terkira betapa besar rasa terima kasih Celina pada Alyssa. Alyssa tidak lagi menganggap Celina sekedar sahabat namun lebih seperti saudara kandung.
Sepulang kuliah, Alyssa selalu menyempatkan diri membelikan barang-barang keperluan Ozora. Celina berusaha untuk menolaknya namun seperti dahulu, Alyssa akan bersedih jika Celina menolak pemberiannya.
Kegembiraan Alyssa atas kembalinya Celina ke rumahnya tentu saja dikabarkan pada kakaknya, Kevin. Terdengar nada bahagia laki-laki itu saat mendengar kabar Celina telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan. Laki-laki itu semakin tak sabar untuk bisa segera pindah ke tanah air.
Tiba saatnya Alyssa memenuhi janjinya untuk menjaga Ozora selama Celina mencari kerja. Alyssa telah menyelesaikan ujian semester lima.
Dan tentu saja Celina membantu Alyssa belajar, gadis itu tetap mampu memahami mata kuliah semester itu meski tidak mengikuti mata kuliah. Hanya dengan membaca berbagai buku dengan cepat gadis itu mampu mengikuti setiap mata kuliah semester itu.
"Kamu memang jenius" ucap Alyssa kagum dengan kecerdasan Celina.
Celina bersiap-siap berangkat mencari kerja.
"Apa-apaan ini, kamu mencari kerja dengan pakaian seperti itu ?" tanya Alyssa heran saat melihat penampilan Celina yang begitu sederhana.
"Nggak apa-apa Al, cuma pakaian seperti yang aku punya" jawab Celina, sambil melihat penampilannya.
Alyssa langsung pergi ke kamarnya, memilih pakaian terbaik yang sekiranya pas dengan tubuh Celina berikut perlengkapan makeup-nya. Celina merasa tidak enak hati menerima semua itu. Alyssa mengancam jika tidak mau menerima pemberiannya ini maka dia akan membelikan yang baru untuk Celina.
Celina langsung menerimanya walaupun masih dengan berat hati. Alyssa membantu gadis itu berdandan. Celina tampil begitu cantik seperti seorang model pakaian kantor.
Tanpa sengaja Alyssa melihat kartu nama yang terselip di cermin rias. Gadis itu langsung teringat pesan kakaknya untuk memberikannya pada Celina.
"Cel, kamu coba temui ibu ini, beliau memintamu menemuinya jika membutuhkan sesuatu. Mungkin kamu bisa bertanya, barangkali ada lowongan kerja disana" ucap Alyssa sambil memberikan kartu nama itu.
"Aku tidak kenal dengan ibu ini" ucap Celina heran.
"Dia adalah ibu-ibu yang hampir menabrakmu, sewaktu dirumah sakit, ibu itu memberikan kartu ini pada kak Kevin" ucap Alyssa bersemangat.
"Baiklah aku coba menemuinya" ucap Celina mengikuti saran Alyssa.
Celina berangkat mencari kerja setelah mempersiapkan semuanya, memasak makanan dan memompa ASI untuk Ozora. Setelah mencium kedua pipi anaknya dan memeluk Alyssa, Celina berangkat mencari kerja dengan semangat.
Hal yang pertama dilakukannya adalah menemui pemilik kartu nama, seorang ibu bernama Widya. Setelah bertemu dengan orang yang dimaksud, Celina memperkenalkan diri dan menceritakan darimana Celina mendapatkan kartu nama itu.
Ibu Widya langsung mengingat kejadian itu namun tak mengira kalau Celina adalah gadis hampir ditabraknya waktu itu. Celina terlihat lebih cantik dan bersemangat, inner beauty gadis itu terpancar dari raut wajahnya yang bersinar.
Karena kecantikan sejati seorang wanita tercermin dari dalam jiwanya. Celina bertekad untuk bangkit dari kesedihannya demi putranya Ozora dan sahabatnya Alyssa.
Celina merasa sangat terharu saat mendengar ibu Widya bersedia menerima gadis itu bekerja di toko buku besar itu. Dan bisa langsung bekerja hari itu juga. Gadis yang selalu bekerja sungguh-sungguh itu dengan cepat dapat memahami tugasnya.
Para pelanggan toko pun merasa senang dilayani oleh seorang yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas seperti Celina. Pelanggan merasa terbantu mencari buku-buku yang mereka perlukan.
Bu Widya merasa puas dengan kinerja Celina. Celina juga dapat segera beradaptasi dengan seluruh karyawan toko. Termasuk dengan pak Jerry, supervisor toko yang selalu bersikap baik padanya. Celina kadang merasa jengah dengan perhatian pak Jerry yang terasa berlebihan.
"Maaf Cel, pagi ini aku ada quiz, teman-teman juga pada sibuk semua, nggak ada yang bisa bantu jagain Ozora, gimana nih ?"ucap Alyssa bingung.
"Nggak apa-apa Al, aku bawa ke toko aja" ucap Celina mencari solusi.
"Emangnya boleh kerja bawa bayi ?" tanya Alyssa.
"Entahlah, kita coba aja" jawab Celina.
Celina tidak punya jalan lain, selama ini Alyssa sudah banyak membantunya. Kadang gadis itu harus bolos kuliah agar bisa menjaga Ozora. Kadang gadis itu meminta bantuan teman-teman. Beruntung para gadis-gadis sayang pada putranya. Jika mereka ada waktu mereka bersedia menjaga Ozora.
Tapi kali ini Alyssa benar-benar tak bisa membantu karena musim quiz dalam dua minggu ini. Akhirnya Celina memutuskan untuk membawa Ozora dan menyembunyikannya disebuah gudang dilantai tiga. Gadis itu belum siap memberitahu bu Widya tentang statusnya yang single parent.
Pak Jerry yang selalu mengawasinya, diam-diam mengetahui Celina membawa bayinya. Berpura-pura menolong gadis itu dengan membantu menyimpan rahasianya dari bu Widya.
Tanpa disadari Celina, laki-laki empat puluh tahun itu selalu mengikutinya saat ingin menyusui bayinya digudang.
"Celina ada pelanggan mencarimu" ucap pak Jerry tiba-tiba.
Celina buru-buru merapikan pakaiannya, menaruh Ozora yang telah tertidur lalu buru-buru keluar. Tiba-tiba pak Jerry meraih tangan Celina, mendorong gadis itu hingga jatuh kelantai, membekap mulut Celina, laki-laki itu mencoba melecehkan gadis itu.
Celina meronta sekuat tenaga, namun tenaga laki-laki itu jauh lebih kuat. Tak ada yang bisa mendengarnya, Celina menangis membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Wirda Lubis
cellin kuat tegas jangan lemah
2023-10-10
0
Sering Halu
🌷🌷
2023-09-20
0
Bang Wind
☕☕☕
2023-09-14
0