Alyssa menangis membaca surat ditangannya, tak mampu menahan kesedihannya sendiri, gadis itu langsung menghubungi Kevin dan mencurahkan kesedihannya. Kevin terdiam mendengar cerita Alyssa yang diiringi tangis pilu gadis itu.
Kevin berdiri dari kursi kerja menatap jauh dari atas gedung pencakar langit itu.
Kenapa ? kenapa kamu pergi ? kenapa tidak menungguku ? batin Kevin.
Tertawa pedih.
Sengaja menjauh dariku ? benarkah Raffa laki-laki itu ? tak bisakah kamu melupakannya ? jerit hati Kevin.
Ingatannya melayang saat-saat bersama gadis itu, ketulusan Celina, kasih sayangnya pada Alyssa membuat Kevin terharu dan hatinya tak bisa lagi melepaskan gadis itu.
Celina memasuki sebuah restoran yang membuka lowongan sebagai pelayan. Gadis itu harus mengalahkan beberapa kandidat untuk dapat diterima sebagai pelayan disitu. Berkat kecerdasannya Celina bisa mengalahkan kandidat lain dan diterima bekerja disana.
Celina dengan cepat memahami apa yang menjadi tugas-tugasnya. Kehadiran gadis itu diterima dengan baik oleh karyawan-karyawan disitu. Celina, cantik dan ramah, adalah nilai tambah baginya selain cekatan dalam bekerja.
Pandai membawakan diri pada pelanggan, membuat gadis itu dalam waktu singkat menjadi pelayan favorit di restoran itu.
Andai dulu bisa bekerja disini, aku tidak akan mengalami kejadian itu, batin Celina.
Celina yang baru saja memutuskan untuk keluar dari rumah Alyssa, mendapat izin menempati ruangan kosong dibelakang restoran untuk tempat tinggalnya. Beberapa karyawan juga menempati ruangan lainnya.
Satu-satunya yang menjadi masalah adalah morning sickness yang kadang masih dirasakannya jika mencium bau-bau masakan tertentu. Jika sudah seperti itu, segera Celina berlari ke belakang restoran, menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.
Gadis itu tidak ingin terlalu banyak meminum obat anti mual. Selain ingin berhemat, gadis itu tak terlalu suka bergantung pada obat-obatan.
Semoga mual ini segera berakhir, do'a Celina dalam hati.
Gadis itu memandang perutnya yang mulai menonjol untuk orang sekurus dirinya.
Alasan apa yang kuberikan jika mereka menanyakan kehamilan ini, risau hati Celina.
Celina melangkah kembali ke restoran, dalam waktu dua bulan lagi kehamilannya tak akan bisa ditutupi lagi bahkan dengan mengenakan pakaian yang longgar.
Celina menepis kerisauan dihatinya, untuk sementara gadis itu tidak mau memikirkan itu dulu, yang terpenting adalah bekerja keras dan mendapat pengakuan atas kinerjanya. Gadis itu tersenyum saat mengingat ucapan Kevin itu.
"Berhenti dulu Cel, istirahat dulu, makan bareng kita-kita yuk" ucap Yani.
"Baik kak Yani" ucap Celina semangat.
Celina tak berdiam diri jika tidak ada pengunjung, gadis itu akan membersihkan semua meja atau merapikan semua taplak, meletakkan vas bunga, memeriksa kerapihan lipatan serbet dan segalanya yang bisa dilakukan gadis itu.
Membuatnya segera disukai oleh karyawan-karyawan lain. Semua itu adalah wujud syukurnya karena telah diterima bekerja di restoran itu. Celina berencana mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk persiapan kelahirannya.
Hal yang ditakutkannya pun tiba, setelah bekerja dua bulan disana. Bu Tiara yang menyadari kehamilannya bertanya tentang statusnya. Celina bingung untuk menceritakannya, tapi akhirnya gadis itu memilih untuk jujur.
Menceritakan penyekapan dan pemerkosaan yang di alaminya. Namun menolak saat ditanya siapa yang melakukannya. Gadis itu menutupi pelakunya sekuat tenaga, takut jika ada yang mengenali Raffa, laki-laki yang melakukan semua itu padanya.
Bu Tiara merasa iba, akhirnya memaklumi keadaan Celina. Ibu paruh baya yang juga memiliki anak gadis itu membelai rambut Celina yang tertunduk menangis menceritakan hal yang ingin dilupakannya.
Tak menyangka justru menceritakannya pada orang yang baru dua bulan dikenalnya, agar tetap bisa bekerja di restoran itu. Sejak itu Celina terlihat lebih murung dari biasanya, karena luka hatinya yang kembali terbuka.
Bu Tiara menyesal menanyakannya, namun Celina berdalih menceritakan kejadian itu membuat hatinya lega. Gadis itu bahkan tidak bisa menceritakannya pada sahabat yang sangat disayanginya. Celina berterima kasih pada bu Tiara yang memaklumi keadaannya.
Gadis itu bertekad untuk lebih giat lagi bekerja, meski kehamilannya sudah semakin membesar namun itu tak menyurutkan semangatnya dalam bekerja.
Sementara Celina masih sibuk menabung, Jessica telah siap dengan segala sesuatunya. Istri dari Raffa Saltano itu telah mempersiapkan sebuah kamar indah untuk buah hatinya, kamar berwarna pink lembut dengan segala perlengkapan bayi dengan warna yang senada.
"Kamu telah menyiapkan semuanya untuk kelahiran bayimu padahal kandunganmu baru enam bulan, kamu benar-benar seorang ibu yang baik" ucap Ny. Rowenna memandang kamar yang disiapkan menantunya untuk calon cucunya.
"Saya tidak ingin terburu-buru nantinya mom, jadi saya persiapkan dari sekarang" ucapnya sambil bergelayut pada Ny. Rowenna.
"Tapi sikapmu masih manja seperti anak-anak " tanya Ny. Rowenna menowel puncak hidung menantunya.
"Apa kamu benar-benar yakin anakmu seorang perempuan ?" lanjut Ny. Rowenna sambil terus memandangi seisi kamar.
"Ya, setiap kali melakukan USG saya selalu memastikan bayi saya seorang perempuan" jawab Jessica.
"Yah, bagus juga, tak merasakan memiliki anak perempuan sekarang aku bisa merasakan memiliki cucu perempuan" ucap Ny. Rowenna sambil tersenyum.
Terdengar ketukan pintu, mengagetkan kedua perempuan yang asyik menghayal keturunan baru Saltano itu. Raffa muncul didepan pintu, Ny Rowenna dan Jessica menoleh.
"Kamu sudah pulang ? lihatlah ruangan yang disiapkan istrimu untuk kelahiran anakmu, dia bekerja keras sendirian menyiapkan semua ini" ucap Ny. Rowenna menyambut putranya yang baru pulang bekerja.
Raffa memandangi ruangan yang dari kemarin masih ramai didatangi para pekerja yang mendekorasi dan hilir mudik orang-orang yang menggotong barang-barang, sekarang sudah terlihat tenang.
Jessica telah siap dengan kelahiran bayinya, artinya sebentar lagi aku akan terbebas, batin Raffa.
Laki-laki itu tersenyum sambil berjalan melihat-lihat sekeliling kamar yang luas seperti kamar seorang putri kerajaan itu.
Jessica senang dengan ekspresi Raffa, wanita itu bangga dengan hasil karyanya. Menyulap kamar kosong yang terletak disamping kamar Raffa ini menjadi kamar bayi yang sangat indah.
"Baiklah mommy ada urusan, kalian nikmati saja dulu keindahan ruangan hasil karyamu ini" ucap Ny. Rowenna sambil mengecup pipi putra dan menantunya.
Raffa tersenyum memandang Jessica, wanita itu menjadi heran dengan sikap laki-laki itu. Secercah harapan timbul dalam dirinya, mungkinlah sikap Raffa akan berubah manis menjelang kelahiran bayinya.
Ya benar, raut wajah Raffa memang berubah, biasanya laki-laki itu hanya bisa memancarkan tatapan dingin pada Jessica sekarang berubah menjadi hangat, senyumnya mengembang sejak tadi.
"Melihat kamar ini, aku baru ingat sebentar lagi putrimu akan segera lahir dan aku akan segera terbebas darimu. Meskipun semua orang mengira masih tiga bulan lagi, namun kita sama-sama tau bayimu lahir hanya tinggal menghitung hari, kebebasanku, tinggal menghitung hari" ucap Raffa sambil berlalu dengan senyum yang tak hilang dari bibirnya.
Jessica tercenung mendengar ucapan Raffa, tak menyangka apa yang dipikirkan oleh laki-laki yang menjadi suaminya itu. Senyum manis yang mengembang di bibirnya bukan untuk kebahagiaan kelahiran putri mereka namun untuk kebahagiaannya karena perjanjian diantara mereka akan segera berakhir.
Aku tidak akan melepaskanmu, lihat saja, batin Jessica dengan sorot mata yang tajam.
Raffa melangkah bahagia masuk keruangan kerjanya. Mengambil ponsel dari saku jasnya lalu menghubungi David.
"Aku ingin kamu mencari informasi tentang Celina, tempat tinggalnya, kampusnya, apa saja, aku ingin segera menemuinya" ucap Raffa pada David sambil memandang keluar lewat jendela kaca.
Tak ada sahutan dari David, laki-laki itu heran, David tak merespon ucapannya. Raffa sama sekali tak mendengar suara apapun dari Personal Assistant sekaligus sahabatnya itu.
"David kamu masih disana ?" ucapnya lalu memandang kearah ponselnya, terlihat ponsel itu masih menyala dan hubungan telepon masih belum terputus.
"David ?" ulangnya sekali lagi.
"Maaf Raffa, aku kehilangan jejaknya" jawab David pelan.
"Apa maksudmu kehilangan jejaknya ? kamu bisa mencari kampusnya, kamu pasti bisa menemukannya" ucap Raffa tiba-tiba gusar mendengar ucapan David yang pesimis.
"Aku pernah lakukan itu, aku pernah menemuinya atas perintah ibumu, aku tau dimana..."
"KEMARI SEKARANG JUGA" bentak Raffa, langsung mematikan ponselnya.
Dadanya turun naik menahan amarah, baru sekarang dia mengetahui David pernah menemui Celina dibelakangnya, dan itu atas perintah ibunya. Laki-laki itu benar-benar kesal, panik, penasaran apa yang diinginkan ibunya hingga menyuruh David mencari Celina.
Raffa masih sibuk dengan segala pikirannya, terdengar ketukan pintu diruang kerjanya. David masuk diikuti tatapan tajam dari Raffa. David melangkah dengan wajah tertunduk.
"Maaf Raffa" hanya itu yang bisa diucapkan David dihadapan Raffa.
Raffa diam menatap tajam wajah sahabatnya yang terlihat sangat menyesal.
"Hanya itu ? hanya itu penjelasanmu jauh-jauh datang kesini ?" teriak Raffa.
David hanya terdiam, laki-laki itu tau persis bagaimana temperamen sahabatnya itu. Laki-laki itu bisa mengobrak-abrik semua yang ada dihadapannya jika sedang marah. Namun belum pernah kemarahan itu ditujukan padanya, David merasa sangat menyesal.
"CERITAKAN SEMUANYA !!!!" teriak Raffa pada David.
Dengan wajah tertunduk David menceritakan bagaimana ibunya datang dan memerintahkannya mencari gadis yang disekap Raffa di villa-nya itu. Menawarkan memberi sejumlah uang untuk kompensasi atas perlakuan Raffa kepada Celina sebagai usaha untuk menutup mulut gadis itu.
Raffa mendengar semua itu dengan perasaan berkecamuk, menatap tajam kearah David dengan air mata yang mengalir. Terbayang di pikirannya betapa sedihnya Celina menerima perlakuan seperti itu dari keluarganya.
Raffa yang tau persis Celina tidak akan menerima uang sepeserpun untuk apa yang telah dia lakukan pada gadis itu. Mendapat penghinaan dari keluarganya, dengan cara membayar pengorbanan dan kehilangan gadis itu.
"Ny. Rowenna melarangku menemui tuan di rumah sakit sebelum acara pernikahan tuan dan nona Jessica dimulai, saya tidak bisa melaporkan apapun pada tuan" jelas David bersikap formal.
Laki-laki itu tidak berani bersikap seperti sahabat Raffa dengan kondisi emosi Raffa sekarang ini. Dan benar seperti perkiraannya, Raffa melampiaskan kemarahannya pada barang yang ada didekatnya. Vas bunga melayang membentur dinding menyisakan pecahan kaca yang berserakan.
Penghuni rumah, tuan Saltano, Ny. Rowenna dan Jessica jelas mendengar bunyi pecahan kaca itu. Namun semua terdiam di ruangan masing-masing.
Raffa memacu sedan sportnya melintasi jalan raya dengan kecepatan tinggi, masih dengan air mata yang mengalir, laki-laki itu memukul kemudinya berkali-kali.
Kamu pasti sangat membenciku, kamu pasti berpikir aku ingin menyingkirkanmu.
Kamu pasti menganggap aku bajingan pengecut yang tidak mau bertanggung jawab, kamu pasti...
Kamu pasti mengira aku melupakanmu, jerit hati Raffa sambil menambah kecepatan mobilnya.
Teringat lagi bagaimana laki-laki itu harus menikahi Jessica sebulan setelah dirinya dan Celina terpisah.
Kamu pasti mengira aku meninggalkanmu demi menikahi Jessica, jerit hati Raffa.
Berhenti dijalan raya sepi menuju villa, dimana saat itu Raffa melihat Celina di kelilingi laki-laki yang mengganggunya. Teringat dengan jelas bagaimana kemarahannya yang memuncak saat melihat Celina dipeluk bergiliran oleh berandalan-berandalan busuk itu.
Gadis itu milikku, aku yang pertama kali menyentuhnya, dia milikku, tak ada satupun yang boleh menikmatinya selain aku, jerit hati Raffa.
Mendatangi berandalan yang mengganggu Celina. Langsung menghadiahkan pukulan pada laki-laki yang baru saja mendorong Celina pada laki-laki lain.
Raffa tertunduk bersandar pada stir, lalu bangun dan memukuli stir berkali-kali. Kekesalannya sudah mencapai puncak, gadis yang ditolongnya mati-matian tanpa memikirkan nyawanya sendiri, dijauhkan dari dirinya tanpa sepengetahuannya.
Raffa memacu mobilnya membelok, memasuki jalan berkerikil menuju Villa. Membuka pintu Villa dengan kasar, berlari kedalam, menemukan ice pick yang pernah di pegang Celina. Menancapkan ice pick itu kemana saja, dinding, figura, bahkan meja bar.
Letih menghancurkan segala permukaan yang ada dihadapannya. Raffa terduduk, menangis terisak, dadanya terasa sakit. Pengorbanannya untuk Celina, dengan menjalani pernikahan yang tak diinginkannya demi bisa hidup bersama gadis itu kelak.
Justru menghadirkan kekecewaan dan kesedihan bagi gadis itu. Dia menghilang, menjauh dari jangkauan Raffa dan keluarganya. Dan sekarang David tidak bisa lagi menemukannya, berhenti kuliah, dan tidak lagi tinggal di asrama.
Dimana kamu Celina, kemana aku harus mencarimu ? jerit batin Raffa.
Masih terisak, duduk dilantai bersandar pada meja bar. Laki-laki itu tertidur dilantai Villa, letih, perasaan sedih, kecewa, kesal dan marah yang memuncak membuat tubuh laki-laki itu merasa letih.
Letih, Celina merasakan tubuhnya yang terasa letih, semakin membesar perutnya semakin sesak nafasnya.
Enam bulan rasanya sudah letih seperti ini, bagaimana mencapai sembilan bulan ? batin Celina.
Mengingat bagaimana dulu ibu kandungnya mengandung dirinya. Meski kemudian membuangnya, ibu itu pasti juga merasakan keletihan seperti yang dirasakannya. Celina yang sempat benci dan marah pada ibu kandung yang membuangnya, meninggalkannya di sebuah rumah kosong. Akhirnya merasakan apa yang diderita ibunya.
Mungkin dia tidak kuat menahan rasa letih ini, mungkin dia tidak sekuat aku, mungkin hidupnya lebih sulit dari hidupku, bisik hati Celina.
Menitikkan air mata sambil mengusap perutnya yang semakin membesar, mencoba untuk mengerti dan memaafkan ibu kandungnya.
Celina kembali kedalam restoran, setelah istirahat sebentar di belakang, gadis itu ingin melanjutkan pekerjaannya. Kondisi tubuhnya yang sedang hamil dimaklumi oleh seluruh karyawan restoran. Gadis itu diperbolehkan beristirahat kapanpun dia mau.
Celina bersyukur, kisah hidupnya yang diceritakan pada bu Tiara seperti hilang begitu saja. Tak ada orang yang membahasnya, tak ada orang yang penasaran dengan kebenarannya, tak ada orang yang memandang rendah. Entah apa yang diungkapkan bu Tiara untuk meredam semua itu, yang jelas Celina merasa sangat berterima kasih pada seluruh karyawan terutama pada bu Tiara.
"Udah selesai istirahatnya ? yakin mau mulai ? " tanya bu Tiara saat melihat Celina kembali dari istirahatnya.
Bu Tiara menyuruhnya berhenti clear up semua meja yang telah selesai digunakan oleh pelanggan restoran.
Bu Tiara melihat nafas Celina yang sudah ngos-ngosan, makanya ibu yang baik hati itu menyuruhnya beristirahat.
"Pesanan meja tujuh sudah siap, kamu bisa mengantarnya ?" tanya bu Tiara dan dijawab dengan semangat oleh Celina.
Bu Tiara tersenyum melihat semangat kerja gadis itu. Celina mendorong food trolley menuju meja yang ditunjuk.
"Kandunganmu sudah berapa bulan ? " terdengar seorang tamu wanita yang bertanya pada tamu wanita lain.
"Enam bulan" jawab wanita yang ditanya.
"Pernikahan kalian baru enam bulan dan kandunganmu juga berusia enam bulan, wow suamimu hebat banget, sekali main langsung jadi" ucap wanita lain sambil tertawa.
Wanita hamil yang di tanya tak lain adalah Jessica, wanita itu langsung merasa disindir, namun diwajah wanita itu memancarkan kebanggaan. Wanita-wanita yang menjadi temannya ini pasti merasa iri karena dia berhasil menjadikan Raffa sebagai suaminya, itulah yang dipikirkannya.
Jessica seakan-akan menyetujui ucapan temannya, bahwa suaminya begitu hebat hingga langsung bisa menghamilinya.
Celina datang sambil mendorong food trolley nya. Lalu menata semua hidangan dengan sopan dan hati-hati.
"Duuuh... Senangnya jadi istri tuan Raffa" goda temannya yang lain.
Deg, jantung Celina terasa berhenti bekerja, gadis itu perlahan menoleh pada pelanggan yang sedang dilayaninya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut..
2023-10-10
0
Sering Halu
💕💕💕
2023-09-20
0
Bang Wind
🌹🌹
2023-09-14
0