BAB 3 ~ Penyelamatan ~

Celina menatap Raffa yang pergi meninggalkan villa, ice pick masih mengarah ke lehernya. Setelah suara mobil Raffa menjauh barulah gadis itu menurunkan alat penghancur es itu.

Gadis itu terduduk, tubuhnya masih bergetar, tak menyangka bisa mengalami kejadian seperti ini, bibirnya pucat pasi. Tangannya dingin seperti es, nekat ? gadis itu bukan nekat, tapi terlalu pasrah dengan hidupnya hingga dia lebih memilih mati sebagai jalan keluarnya.

Gadis itu merasa tak ada gunanya lagi dia hidup, kekayaan tak dimilikinya, keluarga kandung tak pernah dikenalnya, sahabat telah menjerumuskannya.

Tidak, ini bukan salah Maura, dia hanya ingin membantuku, keputusan ada padaku, aku yang memutuskan bekerja di situ, semua salahku, jerit hati Celina.

Satu-satunya yang membuat gadis itu menyesal mengarahkan benda tajam itu ke lehernya adalah bu Tina dan adik-adik di panti. Benda itu bisa membuat Celina tak dapat memenuhi janjinya untuk membahagiakan mereka.

Bayangan wajah lembut bu Tina dan senyum lugu adik-adik panti hampir saja membuat gadis itu lemah.

Tapi wajah penuh kemarahan dihadapannya itu mendorong Celina mempertahankan benda itu dilehernya.

Menjauhkan benda tajam itu dari lehernya akan membuat Raffa mendekat dan gadis itu tidak tahu, apa yang akan dilakukan laki-laki itu terhadapnya.

Laki-laki itu akhirnya pergi, separuh hidupnya terselamatkan, hanya separuh, karena separuhnya lagi telah hancur. Hanya tinggal tubuh kosong yang tak berharga.

Celina berdiri, teringat harus mencari pakaiannya. Dia harus menemukannya agar bisa pergi dari Villa ini. Raffa membiarkan pintu terbuka, Celina harus segera pergi sebelum laki-laki itu kembali.

Villa itu sangat besar, kemana dia harus mencari, perlahan Celina mencari di setiap kamar, lemari, laci, gadis itu hampir putus asa, tidak mungkin keluar dengan kain putih seperti itu.

Celina melangkah ke mini bar, tempat yang belum dicarinya adalah tempat itu. Celina memandang sekelilingnya, bermacam-macam merk minuman tersusun rapi di sana.

Celina menghembuskan nafas berat, gadis itu hanya melihat rak-rak botol minuman, Celina melangkah keluar dari mini bar. Namun, matanya menemukan sebuah lemari kecil di bagian bawah meja. Gadis itu langsung membukanya, gadis itu tersenyum, pakaiannya ditemukan.

Laki-laki itu pasti sembarang lempar ke dalam lemari saat menikmati minumannya, pikir Celina.

Celina tak perlu lagi memikirkan apapun yang dilakukan laki-laki itu, gadis itu segera mengenakan pakaiannya dan segera berlalu dari tempat itu.

Celina melangkah di jalan kecil berkerikil, jalan yang khusus disediakan untuk menuju ke villa. Celina telah mencapai jalan raya namun jalanan itu sangat sepi. Belum terlihat mobil yang lewat atau orang-orang yang bisa ditanyai. Celina yakin jalanan ini adalah jalanan pinggir kota dan gadis itu belum pernah mendatangi daerah ini

Tak ada seorang pun di situ, gadis itu juga tidak tahu kemana arah yang harus di ambil. Tak ada bus atau angkutan umum yang lewat. Celina melihat sebuah halte yang tak terurus, gadis itu beristirahat di situ sambil memperhatikan jalanan.

Akhirnya dari kejauhan sebuah mobil pribadi terlihat, gadis itu ingin menumpang, dalam hati gadis itu berdoa semoga pengemudinya adalah orang baik yang mau membantunya.

Jika tak mau memberi tumpangan setidaknya gadis itu ingin bertanya arah jalan yang harus ditempuhnya. Mobil yang di stop mengurangi kecepatannya gadis itu datang menghampiri, ingin bertanya pada pengemudi.

Namun gadis itu urung bertanya saat melihat orang-orang di dalam mobil itu. Beberapa pemuda tersenyum aneh padanya.

"Mau numpang?" tanya sang sopir.

"Tidak, maaf, saya pikir mobil teman saya, terimakasih" ucap Celina mundur.

"Kami bisa jadi temanmu, ayolah ikut" ucap pemuda yang duduk di belakang.

Celina menggelengkan kepala lalu melangkah kembali ke halte. Terdengar bunyi pintu mobil di tutup dan suara langkah kaki mengikuti.

Tidak, tolong pergilah, pergilah, jangan ikuti aku, jerit hati Celina.

"Nona ayolah ikut kami, kami akan mengantarmu" terdengar suara dari belakang.

Celina mempercepat langkahnya namun suara langkah itupun terdengar cepat. Celina panik, gadis itu berlari. Tapi tiba-tiba tangan seseorang menggenggam pergelangan tangan gadis itu dengan keras.

"Jangan takut kami ini orang baik-baik" ucapnya sambil memberi kode pada teman-temannya, yang lain membalas dengan anggukkan.

"Tidak, saya mau kembali, saya mau menunggu teman saya saja" ucap Celina gemetar.

Celina mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman laki-laki itu dengan sopan. Tapi laki-laki itu semakin mengencangkan pegangannya. Celina semakin panik, empat laki-laki itu mengelilinginya.

Salah seorang mulai mendorongnya ke arah laki-laki didepannya. Laki-laki itu menyambut tubuh Celina sambil tertawa. Celina menangis, gadis itu tak bisa lagi mengatasi rasa takutnya.

"Gantian dong" ucap laki-laki lain.

Seketika laki-laki tadi mendorong tubuh Celina ke arah laki-laki itu.

Laki-laki yang baru saja bicara langsung menyambut Celina dengan dengan pelukan dan ciuman. Gadis itu meronta, menangis. Sementara yang lain tertawa melihat tingkah temannya yang agresif.

Namun, tiba-tiba suara tawa itu berganti dengan suara pukulan. Salah seorang dari laki-laki itu terjatuh, yang lain langsung menoleh kearah datangnya pukulan, termasuk Celina.

Raffa melayangkan tendangan melingkar pada salah seorang laki-laki yang berada didepannya. Tendangan ke samping pada orang disebelahnya. Raffa menarik tangan Celina menjauh.

Gadis itu mengikuti dengan gemetar, Celina akhirnya berdiri menjauh. Salah seorang dari mereka mengeluarkan pisau lipat dan mulai mengarahkannya pada Raffa. Raffa mengelak lalu melancarkan tendangan pada laki-laki yang memegang pisau itu.

Laki-laki itu tersungkur tapi berandalan lain melayangkan tinjunya pada Raffa tepat mengenainya. Laki-laki itu terhuyung, di sambut sabetan pisau pada bagian perut. Baju Raffa robek, darah membasahi robekan baju itu. Celina menjerit, Raffa menatap tajam pada berandalan itu.

"Aku tidak akan membiarkan kalian membawa gadis itu, dia adalah milikku" ucap Raffa menatap pada mereka.

"Jangan campuri urusan kami, memangnya kamu siapa ?" tanya salah seorang dari mereka.

"Aku suaminya" jawab Raffa pasti.

Mereka tertawa tak percaya, lalu kembali menyerang. Raffa bertahan dan menyerang, beberapa pukulan dan tendangan mengenai berandalan itu namun Raffa juga mengalami luka yang cukup berat.

Raffa pun terkena pukulan hingga terjatuh. Raffa menatap Celina lalu berkata..

"Lari" ucapnya saat seseorang menarik krah bajunya dan memberikan pukulan di perut, darah mengalir deras dari bekas luka sabetan itu.

Celina menggelengkan kepala, gadis itu bingung. Meninggalkan Raffa yang telah membahayakan nyawa untuk menolongnya atau tetap berada di tempat itu dengan resiko para berandalan itu akan membawanya jika Raffa dapat mereka kalahkan.

"Lari" teriak laki-laki itu lagi.

Celina menangis, gadis itu menggelengkan kepala. Raffa juga mengeluarkan air mata. Laki-laki itu takut tidak mampu bertahan. Pukulan demi pukulan mengenai tubuhnya. Raffa menatap Celina yang hanya menangis, tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya.

Laki-laki itu nekat, menyerang membabi buta, bagaimanapun juga dia harus menyelamatkan gadis yang tidak mau meninggalkannya itu. Raffa berhasil merebut pisau di tangan laki-laki itu dan membalas serangan mereka.

Seorang jatuh tersungkur pingsan, di susul yang lainnya. Seorang lagi berusaha melarikan diri namun mendapat tendangan dari belakang, berandalan itu pun jatuh, seorang lagi mencoba bertahan, membangunkan berandalan yang lain. Raffa menghadiahkan tendangan dan mengenai kepalanya, mereka pingsan di jalanan.

Raffa juga roboh, laki-laki itu telah mengeluarkan banyak darah. Celina langsung berlari kearahnya. Gadis itu menangis sejadi-jadinya, melihat luka Raffa yang telah membasahi sebagian besar baju laki-laki itu.

Celina segera memapahnya ke mobil. Celina duduk di bangku kemudi namun gadis itu panik karena sama sekali tidak mengerti cara menjalankan mobil sport seperti itu.

Celina hanya pernah belajar sebentar pada seorang teman yang memiliki sebuah bengkel. Itu pun menggunakan mobil tua. Raffa yang terluka parah memandang gadis itu lalu tersenyum. Menghidupkan mesin mobil lalu mengangguk meminta gadis itu mencoba menjalankan mobil itu.

Celina memindahkan persneling lalu menginjak gas, awalnya sulit. Gadis itu belum terbiasa mengarahkan stir dengan baik, beruntung jalanan sepi. Kadang kecepatannya tinggi kadang pelan, Raffa tertawa kecil lalu meringis kesakitan, wajahnya terlihat pucat.

"Kembali ke Villa" katanya pelan.

"Apa ? tuan harus ke rumah sakit" ucap Celina berusaha berbalik arah.

Gadis itu mengambil arah yang berlawanan dari arah datangnya Raffa.

"Ke Villa saja, aku..., tidak mau..., ke rumah..., sakit" ucapnya terbata-bata, laki-laki itu berusaha untuk tetap dalam kondisi sadar.

"Tidak, luka tuan harus ditangani dokter kita harus ke rumah sakit" ucap Celina yang mulai terbiasa mengemudi namun tak berani terlalu kencang.

"Ke Villa" teriak Raffa sekuat tenaga.

"Kenapa tidak mau ke rumah sakit, lukamu harus di jahit" ucap Celina juga berteriak panik melihat darah yang terus mengalir deras dari luka robek di perut Raffa.

"Kamu, akan meninggalkanku..., aku..., tidak mau, aku..., aku..., ingin bersamamu" ucap laki-laki itu lalu pingsan.

Celina panik, gadis itu segera mempercepat laju mobilnya. Dia tidak peduli lagi, kecelakaan mobil atau kehilangan banyak darah sama-sama membahayakan laki-laki itu. Buru-buru gadis itu menanyakan arah rumah sakit kemudian melaju kearah yang di tunjuk.

Celina menabrak pot bunga besar rumah sakit saat menghentikan mobilnya, gadis itu tidak peduli langsung berlari ke ruang gawat darurat meminta pertolongan.

Petugas medis membawa Raffa dengan menggunakan brankar, segera melakukan tindakan medis. Celina menunggu di ruang tunggu. Gadis itu sangat panik, takut terlambat melakukan pertolongan, takut Raffa tak bisa bertahan.

"Nona Celina bukan?" teriak seorang suster.

Celina kaget seseorang mengenalinya, tapi jelas gadis itu tidak mengenali suster itu.

"Ya benar, nona Celina yang hilang beberapa hari yang lalu" sahut suster itu yakin.

Celina makin kebingungan.

"Ada di berita, nona dikabarkan hilang setelah berhenti bekerja dari sebuah club malam benarkan? polisi sedang mencari nona" ucapnya lagi.

Suster itu yakin bahkan segera mencari channel TV yang sedang memberitakan kehilangan itu.

"Bahkan ada yang mengira kalau nona mati di bunuh" ucapnya lagi.

"Apa?" jerit Celina sambil berdiri maju mengamati tayangan berita di TV yang menempel di dinding rumah sakit.

"Saya sering mengikuti berita nona, saya penasaran nona itu adalah korban penculikan atau pemerkosaan disertai pembunuhan" lanjut suster itu.

"Apa?" jerit Celina makin keras.

Tuan itu, dia memang menculik dan..., ah..., jerit hati Celina tak berani melanjutkan pikirannya sendiri.

Tapi dia..., tidak boleh..., tidak boleh ada yang tahu perbuatannya, jika tidak, dia bisa menjadi tertuduh, dia bisa di penjara, batin Celina dengan dadanya yang terasa sesak.

"Sebenarnya apa yang terjadi nona? ah..., nona, kalau gitu saya panggil kakak saya ya, dia wartawan lokal, nona bisa memberi konfirmasi tentang hilangnya nona beberapa hari lalu" ucapnya langsung menelpon kakaknya.

"Tidak, tidak, saya tidak hilang, saya tidak perlu konfirmasi apa-apa" ucap gadis itu langsung ingin beranjak pergi namun gadis itu ingin tetap di situ untuk menunggu kejelasan kondisi laki-laki itu.

Celina bingung, gadis itu ingin menunggui Raffa, tapi tidak ingin dimintai keterangan. Apa yang harus dikatakannya? Bahwa laki-laki yang telah menolongnya itu adalah penculik dan pemerkosanya?

Dia benar-benar tidak siap dimintai keterangan. Gadis itu hendak pergi berlalu. Tiba-tiba seseorang menghadangnya dan langsung menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan.

"Ternyata anda memang nona Celina yang hilang beberapa hari yang lalu, apa yang terjadi nona?" tanya wartawan itu.

Celina bingung menjawabnya.

"Apa yang nona lakukan di sini?" tanya wartawan itu beralih ke pertanyaan lain.

"Saya mengantar seseorang" ucapnya bisa menjawab pertanyaan itu.

"Siapa orang itu?" tanya wartawan itu lagi.

"Saya..., saya tidak tahu namanya" jawab Celina jujur.

"Kenapa nona mengantarnya? apa yang terjadi padanya? apa ada hubungannya dengan nona?" tanya wartawan itu bertubi-tubi.

"Dia..., dia terluka, karena menolong saya?" jawab Celina jujur.

"Kalau begitu dia adalah penyelamat nona? apa dia ada hubungannya dengan hilangnya nona?" tanya wartawan itu.

"Tidak..., eh ya dia penyelamat saya, tapi dia tidak ada hubungannya dengan hilangnya saya" jawab Celina gugup.

"Sebenarnya saya tidak hilang" ucapnya tiba-tiba terpikirkan hal itu.

"Saya hanya pergi jalan-jalan..., eh maksud saya berlibur?" jawab Celina.

"Tapi saya kecopetan hingga sulit untuk pulang. Saya mencoba meminta bantuan tapi tidak ada yang menolong, jadi saya pulang dengan berjalan kaki. Di tengah jalan saya bertemu dengan sekelompok pemuda mm..., seperti berandalan. Mereka mengganggu saya lalu tuan itu datang menolong" akhirnya Celina bisa merangkai sebuah cerita dari kejadian yang dialaminya pada wartawan itu.

Wartawan itu sangat bersemangat mendengar dan merekam ucapan Celina. Wajahnya berbinar karena mendapat berita eksklusif karena di konfirmasi secara perdana oleh orang yang bersangkutan langsung. Celina berharap ceritanya adalah yang terbaik bagi dirinya juga bagi Raffa.

"Bagaimana dengan para berandalan itu? bagaimana keadaannya? apa nona ingin melakukan tuntutan?" tanya wartawan itu lagi.

Celina mengira wartawan itu sudah selesai dengan pertanyaannya. Namun, wartawan itu masih mengajukan pertanyaan, gadis itu kembali harus memikirkan jawaban yang tidak merugikan siapa pun.

"Saya tidak tahu, saya pikir mereka baik-baik saja, saya tidak berniat menuntut. Karena saya sendiri lupa wajah mereka, semua terjadi begitu.., maaf saya kira cukup ya, saya tidak bisa menjawab pertanyaan lagi" ucap Celina ingin segera berlalu dari hadapan wartawan itu.

Gadis itu takut semakin di tanya, gadis itu semakin tidak bisa mencari jawaban. Dan lagi Celina masih khawatir dengan kondisi Raffa. Gadis itu memandang ke arah ruangan dimana Raffa di tangani paramedis.

Gadis itu tertunduk, apa yang telah dilakukannya. Celina menitikkan air mata, menolong orang yang telah menghancurkan hidupnya. Mencari alibi untuk menyelamatkan laki-laki itu dari tuduhan penculikan dan pemerkosaan terhadap dirinya.

Gadis itu menangis terisak, suster muda tadi mendekatinya, mencoba menenangkannya gadis itu. Suster itu mengira Celina ketakutan akan kondisi laki-laki itu.

Ya dan tidak, ya karena gadis itu benar-benar khawatir dengan kondisi laki-laki itu dan tidak karena gadis itu juga menangisi nasibnya sendiri. Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruangan itu, Celina langsung mendatangi dan bertanya.

"Syukurlah operasinya berjalan lancar" ucap dokter itu.

"Operasi?" tanya Celina heran karena bisa seperti itu tindakan medis yang di ambil.

"Ya, kami melakukan operasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki kerusakan pada organ dalam perut" jawab dokter itu.

Celina kaget hingga menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Separah itukah?" tanya gadis itu lagi.

"Anda tidak menyadari itu? luka yang di derita pasien sangat parah. Menimbulkan perdarahan hebat dan dapat mengancam nyawa pasien. Beruntung pasien segera di bawa ke rumah sakit, jika tidak nyawanya bisa melayang" ucap dokter itu kemudian pamit berlalu.

Celina masih tercengang, menutup mulutnya dengan gemetar mendengar penjelasan dokter. Gadis itu menitikkan air mata membayangkan kejadian terburuk. Namun, gadis itu bersyukur karena akhirnya memutuskan membawa laki-laki itu ke rumah sakit.

Celina memutuskan untuk pergi dari situ. Gadis itu melangkahkan kaki pelan menuju terminal angkutan umum yang bisa membawanya kembali ke asrama. Di sepanjang jalan gadis itu memikirkan keadaan laki-laki yang telah menolongnya itu. Setelah melihat laki-laki itu dipindahkan ke ruangan perawatan, Celina memutuskan untuk pulang.

...~ Bersambung ~...

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

lanjut

2023-10-10

0

Sering Halu

Sering Halu

❤❤❤

2023-09-16

1

Bang Wind

Bang Wind

💕💕

2023-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ The Beginning ~
2 BAB 2 ~ Di Villa ~
3 BAB 3 ~ Penyelamatan ~
4 BAB 4 ~ Bersama Lagi ~
5 BAB 5 ~ Rencana ~
6 BAB 6 ~ Rencana Tersembunyi ~
7 BAB 7 ~ Pernikahan ~
8 BAB 8 ~ Persahabatan ~
9 BAB 9 ~ Suka Padamu ~
10 BAB 10 ~ Jangan Pergi ~
11 BAB 11 ~ Kenyataan Mengejutkan ~
12 BAB 12 ~ Selamat Tinggal ~
13 BAB 13 ~ Kebenaran Masa Lalu ~
14 BAB 14 ~ Takdir Memisahkan ~
15 BAB 15 ~ Membunuhmu ~
16 BAB 16 ~ Kembali ~
17 BAB 17 ~ Saya Ozora ~
18 BAB 18 ~ Bertemu ~
19 BAB 19 ~ Menunggu Jawabmu ~
20 BAB 20 ~ Undangan ~
21 BAB 21 ~ Pesta ~
22 BAB 22 ~ Kebenaran Tersembunyi ~
23 BAB 23 ~ Diluar Ingatan ~
24 BAB 24 ~ Setuju ~
25 BAB 25 ~ Di Toko ~
26 BAB 26 ~ Namanya Celina ~
27 BAB 27 ~ Telah Hilang ~
28 BAB 28 ~ Jangan ~
29 BAB 29 ~ Terbuka ~
30 BAB 30 ~ Pesta Mewah ~
31 BAB 31 ~ Pergi Saja~
32 BAB 32 ~ Di Hotel ~
33 BAB 33 ~ Takut Kehilangan ~
34 BAB 34 ~ Merebut ~
35 BAB 35 ~ Pengadilan ~
36 BAB 36 ~ Mendapatkan Kembali ~
37 BAB 37 ~ Bersama di Villa ~
38 BAB 38 ~ Pernyataan Cinta ~
39 BAB 39 ~ Menjelang Pernikahan ~
40 BAB 40 ~ Di Gudang ~
41 BAB 41 ~ Menghilang ~
42 BAB 42 ~ Bertahan ~
43 BAB 43 ~ Kembali ~
44 BAB 44 ~ Hadiah Istimewa ~
45 BAB 45 ~ Honeymoon ~
46 BAB 46 ~ Cinta Sejati ~
47 BAB 47 ~ Hidup Baru ~
48 BAB 48 ~ Cinta Yang Belum Berakhir ~
49 BAB 49 ~ Prahara Pertama ~
50 BAB 50 ~ Hadirkan Cinta ~
51 BAB 51 ~ Artimu Bagiku ~
52 BAB 52 ~ Kisah Cinta ~
53 BAB 53 ~ Cemburu
54 BAB 54 ~ Niat Hati Orang Ketiga ~
55 BAB 55 ~ Aksi Orang Ketiga ~
56 BAB 56 ~ Kehilangan Lagi ~
57 BAB 57 ~ Asal Usul ~
58 BAB 58 ~ Kembali Lagi ~
59 BAB 59 ~ Berita Baik ~
60 BAB 60 ~ Keluarga Baru ~
61 BAB 61 ~ Akhir Dendam Masa Lalu ~
62 BAB 62 ~ Melewati Jebakan ~
63 BAB 63 ~ Karena Menunggu ~
64 BAB 64 ~ Bahagia Bersama ~
65 BAB 65 ~ Konsep Baru ~
66 BAB 66 ~ Resepsi K & K ~
67 BAB 67 ~ Nostalgia Dan Honeymoon ~
68 BAB 68 ~ Pertemuan di Honeymoon ~
69 BAB 69 ~ Lembaran Baru ~
70 BAB 70 ~ Dimana Ozora ~
71 BAB 71 ~ Ozora Kembali ~
72 BAB 72 ~ Di Resepsi ~
73 BAB 73 ~ Terlalu Benci dan Terlalu Cinta ~
74 BAB 74 ~ Bertahan Lagi ~
75 BAB 75 ~ Namanya Adalah... ~
76 BAB 76 ~ Pengumuman ~
77 BAB 77 ~ Mama Celina ~
78 BAB 78 ~ Kenapa Celina ~
79 BAB 79 ~ Terlanjur ~
80 BAB 80 ~ Bidadari ~
81 BAB 81 ~ Pesan Masa Lalu ~
82 BAB 82 ~ Penjelasan ~
83 BAB 83 ~ Menyesal Lagi, Maaf Lagi ~
84 BAB 84 ~ Niat di Hati ~
85 BAB 85 ~ Hadiah dan Hukuman ~
86 BAB 86 ~ Bidadari yang Sebenarnya ~
87 BAB 87 ~ Surprise ~
88 BAB 88 ~ J A N J I ~
89 BAB 89 ~ Menagih Janji ~
90 BAB 90 ~ Kembali Pulang ~
91 BAB 91 ~ Memaksa ~
92 BAB 92 ~ Tersesat ~
93 BAB 93 ~ Kembali ~
94 BAB 94 ~ Mengulang Kembali ~
95 BAB 95 ~ Berita ~
96 BAB 96 ~ Tamu tak Diinginkan ~
97 BAB 97 ~ Ditinggalkan ~
98 BAB 98 ~ Ditinggalkan Lagi ~
99 BAB 99 ~ Rahasiakan ~
100 BAB 100 ~ Aroma Persaingan ~
101 BAB 101 ~ Happy Ending ~
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1 ~ The Beginning ~
2
BAB 2 ~ Di Villa ~
3
BAB 3 ~ Penyelamatan ~
4
BAB 4 ~ Bersama Lagi ~
5
BAB 5 ~ Rencana ~
6
BAB 6 ~ Rencana Tersembunyi ~
7
BAB 7 ~ Pernikahan ~
8
BAB 8 ~ Persahabatan ~
9
BAB 9 ~ Suka Padamu ~
10
BAB 10 ~ Jangan Pergi ~
11
BAB 11 ~ Kenyataan Mengejutkan ~
12
BAB 12 ~ Selamat Tinggal ~
13
BAB 13 ~ Kebenaran Masa Lalu ~
14
BAB 14 ~ Takdir Memisahkan ~
15
BAB 15 ~ Membunuhmu ~
16
BAB 16 ~ Kembali ~
17
BAB 17 ~ Saya Ozora ~
18
BAB 18 ~ Bertemu ~
19
BAB 19 ~ Menunggu Jawabmu ~
20
BAB 20 ~ Undangan ~
21
BAB 21 ~ Pesta ~
22
BAB 22 ~ Kebenaran Tersembunyi ~
23
BAB 23 ~ Diluar Ingatan ~
24
BAB 24 ~ Setuju ~
25
BAB 25 ~ Di Toko ~
26
BAB 26 ~ Namanya Celina ~
27
BAB 27 ~ Telah Hilang ~
28
BAB 28 ~ Jangan ~
29
BAB 29 ~ Terbuka ~
30
BAB 30 ~ Pesta Mewah ~
31
BAB 31 ~ Pergi Saja~
32
BAB 32 ~ Di Hotel ~
33
BAB 33 ~ Takut Kehilangan ~
34
BAB 34 ~ Merebut ~
35
BAB 35 ~ Pengadilan ~
36
BAB 36 ~ Mendapatkan Kembali ~
37
BAB 37 ~ Bersama di Villa ~
38
BAB 38 ~ Pernyataan Cinta ~
39
BAB 39 ~ Menjelang Pernikahan ~
40
BAB 40 ~ Di Gudang ~
41
BAB 41 ~ Menghilang ~
42
BAB 42 ~ Bertahan ~
43
BAB 43 ~ Kembali ~
44
BAB 44 ~ Hadiah Istimewa ~
45
BAB 45 ~ Honeymoon ~
46
BAB 46 ~ Cinta Sejati ~
47
BAB 47 ~ Hidup Baru ~
48
BAB 48 ~ Cinta Yang Belum Berakhir ~
49
BAB 49 ~ Prahara Pertama ~
50
BAB 50 ~ Hadirkan Cinta ~
51
BAB 51 ~ Artimu Bagiku ~
52
BAB 52 ~ Kisah Cinta ~
53
BAB 53 ~ Cemburu
54
BAB 54 ~ Niat Hati Orang Ketiga ~
55
BAB 55 ~ Aksi Orang Ketiga ~
56
BAB 56 ~ Kehilangan Lagi ~
57
BAB 57 ~ Asal Usul ~
58
BAB 58 ~ Kembali Lagi ~
59
BAB 59 ~ Berita Baik ~
60
BAB 60 ~ Keluarga Baru ~
61
BAB 61 ~ Akhir Dendam Masa Lalu ~
62
BAB 62 ~ Melewati Jebakan ~
63
BAB 63 ~ Karena Menunggu ~
64
BAB 64 ~ Bahagia Bersama ~
65
BAB 65 ~ Konsep Baru ~
66
BAB 66 ~ Resepsi K & K ~
67
BAB 67 ~ Nostalgia Dan Honeymoon ~
68
BAB 68 ~ Pertemuan di Honeymoon ~
69
BAB 69 ~ Lembaran Baru ~
70
BAB 70 ~ Dimana Ozora ~
71
BAB 71 ~ Ozora Kembali ~
72
BAB 72 ~ Di Resepsi ~
73
BAB 73 ~ Terlalu Benci dan Terlalu Cinta ~
74
BAB 74 ~ Bertahan Lagi ~
75
BAB 75 ~ Namanya Adalah... ~
76
BAB 76 ~ Pengumuman ~
77
BAB 77 ~ Mama Celina ~
78
BAB 78 ~ Kenapa Celina ~
79
BAB 79 ~ Terlanjur ~
80
BAB 80 ~ Bidadari ~
81
BAB 81 ~ Pesan Masa Lalu ~
82
BAB 82 ~ Penjelasan ~
83
BAB 83 ~ Menyesal Lagi, Maaf Lagi ~
84
BAB 84 ~ Niat di Hati ~
85
BAB 85 ~ Hadiah dan Hukuman ~
86
BAB 86 ~ Bidadari yang Sebenarnya ~
87
BAB 87 ~ Surprise ~
88
BAB 88 ~ J A N J I ~
89
BAB 89 ~ Menagih Janji ~
90
BAB 90 ~ Kembali Pulang ~
91
BAB 91 ~ Memaksa ~
92
BAB 92 ~ Tersesat ~
93
BAB 93 ~ Kembali ~
94
BAB 94 ~ Mengulang Kembali ~
95
BAB 95 ~ Berita ~
96
BAB 96 ~ Tamu tak Diinginkan ~
97
BAB 97 ~ Ditinggalkan ~
98
BAB 98 ~ Ditinggalkan Lagi ~
99
BAB 99 ~ Rahasiakan ~
100
BAB 100 ~ Aroma Persaingan ~
101
BAB 101 ~ Happy Ending ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!