Celina jatuh pingsan di tengah-tengah mahasiswa yang membully-nya. Gadis itu panik, trauma atas kejadian yang menimpanya saat diganggu berandalan di jalan sepi menuju ke Villa.
Gadis itu seperti berada pada situasi yang sama, di kelilingi oleh laki-laki sambil tertawa. Tubuh Celina lunglai, gadis itu tidak mampu bertahan untuk tetap tegak, akhirnya terjatuh tak sadarkan diri.
Alyssa yang sedari tadi hanya bisa melihat akhirnya tidak sanggup menyaksikan Celina yang jatuh pingsan. Gadis itu berlari menghampiri Celina, memangku tubuh gadis yang terasa dingin itu.
Sementara yang lainnya hanya bisa memandang, mematung tak melakukan apa-apa.
"Tega sekali kalian melakukan ini, apa salah Celina pada kalian? Apa dia pernah sekali saja menyakiti kalian? Celina hanya menceritakan kejadian yang dialaminya, hanya karena ditolong seorang yang terpandang lalu kalian iri?" ucapannya sambil melihat gadis-gadis yang tadinya tertawa dan selalu membully Celina.
"Apa karena dia bekerja di club malam lalu kalian menuduh Celina menjual diri?" teriak Alyssa sambil melihat ke arah mahasiswa-mahasiswa yang hanya berdiri melihat.
"Kalian semua kekanak-kanakan, kalau Celina benar-benar menjual dirinya, dia tidak akan diperbolehkan lagi kuliah di sini. Periksa kebenaran dulu sebelum menuduh" ucap gadis itu emosi.
Alyssa tidak sanggup lagi melihat tingkah laku mahasiswa dan mahasiswi yang sudah di luar batas. Selama ini dia hanya diam melihat perlakuan dan ucapan-ucapan mereka pada Celina.
Karena Alyssa sendiri merasa takut, berteman dengan seseorang yang dikucilkan akan membuatnya ikut terkena bully-an namun sekarang Alyssa tidak peduli. Gadis itu sadar tidak perlu berteman dengan orang-orang yang berpikiran picik. Tidak perlu takut dikucilkan oleh orang-orang dengan sifat seperti itu.
Alyssa mencoba membangunkan Celina tapi gadis itu bergeming. Alyssa menepuk pipi gadis itu namun tetap tak ada respon. Alyssa mulai bingung, yang lain hanya bisa mundur berdiri di pinggir. Melihat Alyssa dan Celina dengan tatapan yang tak mau disalahkan.
Tiba-tiba dosen datang dan menanyakan apa yang terjadi. Alyssa berkata Celina tiba-tiba pingsan lalu dosen menyarankan untuk membawa Celina ke ruang klinik kampus.
Namun Alyssa meminta izin untuk dibawa pulang. Gadis itu ingin merawat Celina di rumahnya. Dosen itu pun mengizinkan, dengan catatan jika terjadi sesuatu yang membahayakan Alyssa harus segera menghubungi dokter, Alyssa menyanggupi.
Sesampai di rumahnya Alyssa menidurkan Celina di kamarnya. Gadis itu menyiapkan bubur untuk Celina. Telah lama Alyssa merasa kasihan pada Celina dan Alyssa ingin merawatnya sekarang. Gadis itu merasa bersalah membiarkan Celina menghadapi cobaannya sendirian selama ini.
Menjelang sore Celina membuka mata, gadis itu memandang asing ruangan yang dilihatnya. Kembali gadis itu merasa trauma, terbangun di ruangan yang tak dikenalnya. Celina berteriak panik lalu memeriksa pakaiannya.
Masih mengenakan pakaian yang sama seperti saat berangkat kuliah tadi. Celina langsung menangis, perasaan leganya dicurahkannya melalui tangisan. Alyssa buru-buru datang menghampiri, memeluk Celina.
"Tenanglah kamu ada dirumahku, kamu aman di sini" ucap Alyssa sambil mengusap punggung Celina.
Gadis itu masih menangis sesenggukan, Celina mencoba menenangkan dirinya namun rasa takut yang dirasakannya membuat gadis itu sulit meredakan tangisnya. Alyssa membiarkan gadis itu menangis sepuasnya untuk melegakan perasaannya.
Alyssa menyiapkan makan siang untuk mereka, gadis itu sengaja membuatkan bubur agar Celina dapat mencerna dengan baik. Celina merasa terharu dengan kebaikan Alyssa.
"Alyssa, kenapa kamu begitu baik padaku? Kamu mau repot-repot mengurusiku, aku belum pernah bertemu dengan orang sebaik dirimu" ucap Celina saat Alyssa menyuruh untuk mencicipi masakannya.
"Karena aku merasa menyesal, harusnya dari dulu aku menolongmu. Tapi karena aku pengecut, setelah jatuh pingsan begini baru aku berani menolongmu" jawab Alyssa sambil menyantap makanannya.
"Jangan salahkan dirimu, kamu bukan pengecut. Orang dalam situasi sepertiku memang wajar dijauhi. Ini bisa membuat mereka juga membencimu" jawab Celina.
"Biarkan saja, aku tidak butuh teman seperti itu" ucapnya sambil tersenyum.
Celina juga ikut tersenyum.
"Kamu tidak takut berteman denganku? aku bisa membawa image buruk bagimu. Mereka juga bisa menuduhmu…, " Celina tak melanjutkan kata-kata, gadis itu hanya menunduk.
"Apa? sepintar dirimu?" jawabnya sambil tersenyum.
"Apa?"
"Aku tidak peduli dengan pandangan picik orang-orang itu. Aku memandangmu sebagai seorang yang pintar. Aku sangat mengagumimu saat tahu kamu penerima beasiswa penuh di universitas" ujar gadis yang berasal dari keluarga berpendidikan Itu.
"Alyssa"
"Cobalah berpikir positif terhadap dirimu sendiri.
Aku juga belajar untuk berpikiran bijak, karena itu aku lebih percaya pada universitas yang juga mempercayaimu.
"Alyssa"
Alyssa tertawa.
"Dari tadi Alyssa…, Alyssa…, kenapa? kamu jatuh cinta padaku?" ucapnya sambil tertawa.
Celina pun ikut tertawa.
"Ayo makanlah" ucap Alyssa yang dibalas anggukan oleh Celina.
Selesai makan siang Alyssa mengajak Celina untuk duduk berbincang-bincang.
"Dari dulu aku sangat mengagumi kecerdasanmu. Sejak masih semester satu tapi kamu orang yang tertutup jadi aku tak berani mendekatimu" ucap Alyssa.
"Bukan begitu, aku bukan orang yang tertutup. Tapi aku merasa tidak percaya diri. Dan lagi karena pekerjaanku, membuat aku takut berteman dengan siapa pun. Apalagi dengan gadis dari keluarga kaya sepertimu. Aku merasa kamu nggak akan mau berteman denganku" ucap Celina memberi alasan.
"Permisi.., keluarga kaya apa? Biasa aja" ucapnya tak mau dinilai seperti itu.
Celina tersenyum, andai saja sejak dulu mereka lebih akrab seperti ini. Celina mungkin tidak terjerumus ke tempat seperti itu.
Tapi apa mungkin Alyssa bisa memberi jalan keluar untuk masalahku? Mencari pekerjaan tak mungkin terpikirkan oleh gadis ini yang bisa mendapatkan sesuatu dengan mudah, bisik hati Celina sambil menatap Alyssa.
Gadis itu menghembuskan nafas berat, teringat saat dia akhirnya bersahabat dengan Maura. Mereka adalah gadis yang sama-sama membutuhkan pekerjaan meski dengan tujuan yang berbeda.
"Ada apa, kenapa bernafas seperti itu?" tanya Alyssa sungguh-sungguh perhatian pada sahabat barunya itu.
Namun Celina hanya tertunduk.
"Gimana kalau aku memang orang seperti itu, kamu pasti kecewa karena telah membelaku" ucap Celina sambil berkaca-kaca.
"Apa maksudmu?" tanya Alyssa penasaran, terlintas pikiran buruk dibenaknya.
"Aku tidak punya pilihan Alyssa, gaji terakhirku hampir habis. Sangat sulit mencari pekerjaan yang bisa bekerja sambil kuliah. Sedangkan aku harus membayar sewa asrama. Sulit bagiku mendapatkan uang dalam waktu dekat. Hanya untuk membayar sewa saja Alyssa, untuk makan aku masih bisa berpuasa" ucap Celina sambil berlinang air mata.
"Nggak…, nggak…, kamu nggak boleh memilih jalan itu. Jauhkan itu dari pikiranmu, kamu nggak boleh terjerumus, pasti ada pilihan lain, pasti ada.., pasti ada jalan lain" jerit Alyssa tak rela dan langsung memeluk Celina.
Celina pasrah jika Alyssa harus membencinya karena jalan yang dipilihnya. Alyssa masih memeluk Celina, gadis itu menangis mendengar ucapan Celina yang pasrah memilih jalan hidup seperti itu. Menghancurkan hidupnya justru untuk bertahan hidup.
Celina menatap kosong ke depan, air matanya masih bercucuran. Alyssa melepaskan pelukannya, menghapus air mata Celina lalu tersenyum pada gadis itu.
"Bukankah sekarang ada aku? kamu bisa tinggal di sini bersamaku. Aku akan senang jika kamu mau di sini menemaniku" ucap Alyssa tiba-tiba mendapat jalan keluar.
Air mata Celina mengalir semakin deras, menerima kebaikan seperti itu selalu membuatnya terharu. Karena jarang bahkan mungkin belum pernah mendapat kebaikan dan perhatian sebesar itu dari seseorang teman.
Alyssa mengangguk lalu tertawa, air matanya juga menetes. Dua gadis yang baru menjalin persahabatan itu tertawa bersama dengan air mata yang masih mengalir.
Celina membawa barang-barangnya yang hanya sebuah travel bag ke rumah Alyssa. Alyssa tersenyum menyambut kedatangan Celina. Keluarga Alyssa sengaja membeli rumah dua kamar itu untuk bernaung putri mereka selama menempuh kuliah di rantau.
Persahabatan mereka terjalin dengan manis, berangkat dan pulang kuliah bersama. Jalan-jalan di mall dan bahkan perawatan kecantikan bersama dan tentu saja semua dibiayai Alyssa.
Celina selalu merasa tidak enak hati setiap kali menerima kebaikan dari Alyssa. Namun, Alyssa justru merasa sedih setiap kali Celina menolak pemberiannya. Celina berusaha membalas kebaikan Alyssa semampunya.
Memasakkan makanan untuk mereka, membereskan rumah dan membantu Alyssa memahami semua mata kuliah. Celina tak lagi sendirian menjalani masa-masa kuliahnya, teman-teman sekelasnya juga tidak lagi terlalu usil padanya.
Dan bahkan ada yang mencoba mendekatinya. Celina menerima pertemanan tanpa menaruh dendam sedikit pun. Celina berubah menjadi gadis yang ceria dan bersinar.
"Apa? ke Indonesia? beneran? kakak akan mampir ke tempatku kan? hanya satu hari? kalau gitu nggak usah sekalian, ya…, ya…, baiklah, bye" terdengar Alyssa menjawab telepon dari seseorang.
Gadis itu langsung melompat-lompat kegirangan, Celina yang sedang memasak pun, diajak melompat. Celina yang bingung melihat tingkah sahabatnya itu terpaksa mengikuti tanpa tahu alasannya. Gadis itu ikut tertawa melihat kebahagiaan Alyssa.
"Kak Kevin mau datang, kak Kevin mau datang" hanya itu yang diucapkannya berkali-kali.
Melihat itu Celina berpikir Alyssa akan bertemu dengan kekasihnya, terlihat dari wajahnya yang begitu ceria.
"Dia akan menginap sehari di sini" ucapnya langsung cemberut karena terlalu singkat.
Tapi yang dipikirkan Celina justru kamarnya, gadis itu berpikir untuk menyiapkan kamarnya untuk laki-laki yang akan datang itu. Tapi dia sendiri harus menginap dimana?
"Jangan pikirkan itu, dia bisa tidur di mana aja, di sofa, di karpet terserah padanya, di dapur juga boleh" ucap Alyssa masih tertawa riang.
Celina tertawa mendengar ucapan Alyssa, tamu yang diharapkan kedatangannya disuruh tidur di dapur, kejam sekali, pikir Celina tersenyum.
Alyssa sedang di kamar mandi saat terdengar ketukan pintu. Celina keluar dari kamar membukakan pintu untuknya.
Seorang pria tampan berbadan tinggi atletis berdiri di depan pintu, pria itu langsung tersenyum pada Celina. Langsung memeluk gadis itu, Celina terbelalak kaget mendapat pelukan itu.
"Aku tak menyangka kamu jadi begitu cantik" ucapnya lalu mengecup kedua pipi Celina. Lalu memeluknya lagi.
Gadis itu terperangah, pasti ada kesalahpahaman pikirnya. Buru-buru gadis itu mendorongnya tapi laki-laki itu tak mau melepaskan pelukannya.
"Kakak ini apa-apaan, itu bukan aku" teriak Alyssa cemberut.
"Oh salah ya, ternyata kamu masih tetap jelek" ucap laki-laki itu langsung berpindah memeluk Alyssa.
Alyssa langsung memeluk erat laki-laki itu, tinggal Celina yang ternganga melihat tingkah kedua orang itu.
"Itu temanku, kakak sengaja cari kesempatan ya" ucap Alyssa lalu memperkenalkan kakaknya Kevin pada Celina.
"Kakak kandung?" tanya Celina.
Mereka mengangguk.
"Kenapa nggak mirip ya? Itu karena dia terlalu jelek" ucap laki-laki itu sambil menunjuk Alyssa.
Jelas laki-laki itu bercanda karena Alyssa adalah gadis yang cantik, laki-laki itu hanya ingin menggoda adiknya.
"Kakak ingin adek yang cantik? kalau gitu Celina aja jadiin adik, tapi seorang kakak nggak boleh naksir adiknya ya" ucap Alyssa sambil menjulurkan lidahnya.
Kevin langsung tersenyum memandang Celina, gadis itu langsung salah tingkah.
"Kalau gitu nggak jadi deh, kakak pilih adek jelek ini aja" ucap Kevin sambil mengucek rambut Alyssa.
Melingkarkan tangannya di bahu Alyssa yang terlihat sangat pendek dibandingkan dengan Kevin. Laki-laki itu memandang Celina dengan tatapan lembut.
"Setelah dihitung-hitung sepertinya kakak bisa seminggu di sini" ucap Kevin pada Alyssa.
Alyssa langsung tertawa mendengar itu.
"Dasar mata keranjang" ucapnya sambil mencubit pinggang kakaknya.
Celina tersenyum melihat keakraban kakak adik itu. Mereka duduk bersama di lantai beralaskan karpet bulu yang tebal. Celina menawarkan Kevin menempati kamar yang biasa ditempatinya dan memang biasanya Kevin tidur di sana jika menginap di rumah Alyssa.
"Trus kamu tidur di mana?" tanya Kevin pada Celina.
"Saya…, di sofa aja" jawab Celina baru terpikirkan olehnya jawaban itu.
"Masa di sofa sih, kita berdua di kamar aja" ucap Kevin dan langsung dilempari bantal sofa oleh Alyssa.
"Jangan digodain terus" ucap Alyssa pura-pura marah.
"Siapa yang godain, emang diajak beneran kok" jawabnya lagi sambil melempar kembali bantal sofa itu hingga mengenai kepala Alyssa.
Gadis itu langsung berdiri sambil membawa bantal sofa itu dan memukulkan ke punggung kakaknya. Kevin langsung menyambar adiknya dan memeluk adik satu-satunya itu.
"Temanmu punya pacar nggak sih?" tanya Kevin.
"Tanya sendiri, itu ada di depan mata" jawab Alyssa bersandar pada kakaknya sambil memandang Celina.
Kevin juga memandang Celina, yang dipandang tertunduk malu. Kevin dan Alyssa tersenyum melihat tingkah malu-malu Celina. Mereka menghabiskan malam sambil berbincang-bincang di lantai beralaskan karpet. TV yang menyala tak menjadi perhatian mereka, Kevin membawa keceriaan bagi dua sahabat itu.
Laki-laki yang tinggal dan bekerja di New York itu hanya sekali setahun mengunjungi keluarganya. Setelah menemui orang tuanya giliran laki-laki itu menemui adiknya.
Celina memeluk bantal sofa sambil memandang keakraban kakak adik itu.
"Enaknya jadi bantal itu" ucap Kevin lagi-lagi menggoda Celina.
Celina langsung menaruh bantal itu sambil tertunduk malu. Gadis itu langsung pamit tidur karena telah mengantuk. Kevin kecewa namun akhirnya membiarkan Celina masuk ke kamar.
"Jangan di godain terus sih, nanti kalau dia benar-benar suka sama kakak baru tau rasa loh" sahut Alyssa.
"Emangnya kenapa kalau dia benar-benar suka, baguslah" jawab Kevin.
"Gimana dengan kak Gaby?" tanya Alyssa lagi.
"Udah putus" ucapnya singkat.
"Apa? Kenapa?" teriak Alyssa tak percaya namun raut wajah Kevin menunjukkan keseriusan.
"Udah dilamar sama bosnya" jawab Kevin dengan wajah yang sedih.
"Kakak sih nggak serius, nggak buru-buru melamar, jadinya diambil orang kan" ucap Alyssa ikut bersedih.
"Itu namanya nggak jodoh. Lagian kalau dia memang serius sama kakak, dia bisa menolak bos itu" ucap Kevin terlihat santai namun terselip kesedihan di situ.
Kemudian laki-laki itu kembali menggoda adiknya.
"Gimana kalau kakak nikahi Celina aja" ucap Kevin sambil tersenyum.
"Kakak, jangan main-main dengannya, hidup dia itu udah kasihan, jangan dipermainkan" jawab Alyssa serius.
"Siapa yang mempermainkan? tinggal dinikahi trus boyong ke New York" ucapnya santai.
"Untuk apa? Untuk membalas kak Gaby atau untuk pelarian?" jawab Alyssa sewot.
"Ya udah kalau nggak boleh, gimana lagi.Tapi kalau dia sendiri yang suka sama kakak, boleh ya?" tanya Kevin sambil tersenyum memeluk adik kesayangannya.
Kevin dan Alyssa tertidur di karpet karena mereka berbincang hingga larut malam. Celina keluar dari kamar membawakan selimut untuk mereka. Celina menyelimuti kedua kakak adik itu. Menaruh bantal empuk untuk Alyssa. Semua itu tak luput dari pandangan Kevin yang pura-pura tidur.
Laki-laki itu tersenyum, melihat kelembutan dan kehangatan hati Celina serta kasih sayang Celina pada Alyssa.
Aku menyukaimu, Celina, batin Kevin.
Lalu kembali melanjutkan tidurnya.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sering Halu
🌹🌹
2023-09-16
0
Bang Wind
☕
2023-09-14
0
Kymilla Cania Juita
Next
2022-01-07
0