Kevin berjalan perlahan dilorong rumah sakit, Celina berjalan mengikuti dibelakang. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Terngiang jelas yang diucapkan dokter tadi pada mereka.
"Selamat pak, istri bapak sedang hamil" ucap dokter itu sambil tersenyum.
Seperti tersambar petir, Celina dan Kevin terkejut setengah mati. Mendengar pernyataan yang dokter ungkapan setelah melihat hasil pemeriksaan Celina.
Gadis itu langsung menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca. Tak menyangka hal itu akan terjadi pada dirinya. Setelah sekian lama gadis itu berusaha melupakan kejadian itu. Namun justru disaat dia mulai melupakan semuanya, imbas dari kejadian itu justru muncul tiba-tiba.
Sama kagetnya seperti Celina, Kevin tak percaya. Gadis yang dilihatnya begitu lugu dan polos, bisa mengandung janin diluar nikah.
Semalam berciuman, paginya langsung hamil, tidak mungkin, gadis ini pasti telah berbuat dengan laki-laki lain, batin Kevin.
Laki-laki itu menoleh pada Celina yang berjalan dibelakangnya. Kevin menatap Celina dengan tatapan mata yang tajam.
Hampir saja aku terjebak, ya ampun... melihat wajah polosnya, rasanya tidak percaya kalau gadis ini mampu berbuat seperti itu, batin Kevin.
"Kamu..." rasanya Kevin ingin memaki gadis itu, namun melihat begitu banyak orang yang berlalu lalang dilorong rumah sakit, membuat laki-laki itu mengurungkan niatnya memaki Celina.
Laki-laki itu kembali berjalan dengan ekspresi yang kesal. Celina berjalan mengikuti Kevin, air matanya berlinang. Kakinya serasa tak mampu melangkah, namun gadis itu berusaha mengikuti Kevin yang terlihat sangat marah.
Sesampai dimobil gadis itu meneteskan air mata. Kevin menatap wajah Celina dengan perasaan penuh kesal, dia merasa tertipu oleh wajah lugu Celina.
"Kamu harus keluar dari rumah adikku" ucap Kevin akhirnya.
Banyak yang ingin diucapkannya, namun semua seakan-akan menunjukkan kebodohannya mempercayai gadis yang terlihat suci itu. Laki-laki itu menyesal mengungkapkan perasaannya. Akhirnya Kevin hanya bisa memikirkan adiknya.
"Kak, maafkan aku, aku tidak tau, aku sungguh-sungguh tidak tau kalau aku telah hamil" ucap Celina terisak.
"Apa kamu juga tidak tau pernah berbuat itu dengan seorang laki-laki ? " tanya Kevin menatap lurus ke mata gadis itu.
Celina terdiam, menatap nanar mata Kevin yang memandangnya dengan tatapan jijik. Tatapan lembut yang biasa dilakukan Kevin saat menatapnya telah menghilang, tak ada bekas sedikitpun.
"Apa kamu lupa perbuatan itu pernah terjadi ? apa kamu menganggap itu tidak penting ?" tanya Kevin menambahkan, lalu tertawa dengan sinis.
Sakit, sesak di dada, mata berkaca-kaca. Namun Celina hanya bisa terdiam, tak mampu menjawab. Dia memang ingin melupakannya, salahnya, dia ingin melupakannya. Hidup bahagia bersama Alyssa membuatnya ingin melupakannya.
"Pokoknya, aku ingin kamu menjauh dari Alyssa, aku tidak ingin kelakuanmu mempengaruhi adikku" ucap Kevin memalingkan wajahnya.
Kevin benar-benar ingin Celina menjauh dari Alyssa, satu-satunya orang yang mau menerima Celina. Berpisah dengan gadis itu akan membuatnya kehilangan, kehilangan kesempatan untuk merasa bahagia.
"Maafkan aku kak, beri aku kesempatan, tolong jangan beritahu Alyssa, dia temanku satu-satunya, tolong kak, maafkan aku" ucap Celina memohon sambil memegang lengan Kevin.
Laki-laki itu langsung menarik tangannya hingga pegangan Celina terlepas. Saat itu Celina sadar Kevin benar-benar marah padanya, membencinya, jijik padanya.
Air mata Celina mengucur deras, dadanya benar-benar terasa sakit, perih. Tapi Kevin tak bisa disalahkan, apa yang diucapkannya, apa yang dilakukannya adalah wajar. Siapa yang ingin mengenal gadis yang sudah ternoda sepertinya.
Kebaikan Alyssa dan Kevin membuatnya lupa siapa dirinya. Membuat dia ingin melupakan siapa dirinya yang sebenarnya, seorang gadis kotor yang tak pantas dikenal oleh orang-orang terhormat seperti mereka.
"Beri saya waktu kak, setelah semester ini saya akan pergi, saya telah janji pada Alyssa akan membantunya belajar untuk ujian semester ini, kak" ucap Celina memohon dengan berderai air mata.
Gadis itu masih berharap diberi kesempatan sebentar lagi.
"Alasanmu agar bisa menipu adikku, dan juga menipuku. Aku hampir saja terjebak olehmu dan sekarang kamu ingin aku menutupi keburukanmu" ucap Kevin pelan tak lagi sekeras tadi namun tetap tak mau menatap wajah Celina.
"Saya janji, saya akan pergi dari kehidupan Alyssa, tolong kak biarkan aku menunaikan janjiku dan berpamitan dengannya" ucap Celina pelan disela-sela isaknya
"Aku benar-benar tidak tahan melihatmu lebih lama lagi" ucap Kevin pelan, laki-laki itu juga merasakan kesedihan yang sama.
Berpisah dengan orang yang baru saja membuatnya tersenyum bahagia. Setelah sekian lama memendam kesedihan seorang diri karena kehilangan kekasih yang dicintainya selama empat tahu lamanya.
Kehadiran Celina dirumah adiknya membuat laki-laki itu dapat melupakan kesedihannya. Namun kekecewaan justru lebih mendalam saat mengetahui kenyataan yang mengejutkan dari gadis yang telah membuatnya bahagia itu.
Kevin tak ingin lagi melihat Celina.
Menyakitkan, sangat menyakitkan, tapi Celina harus menerima semua ucapan laki-laki itu. Gadis itu tertunduk, air matanya sudah mengalir entah berapa banyak. Ucapan Kevin jelas-jelas menunjukkan dia tak ingin lagi Celina berada disisinya.
Baru saja laki-laki itu mengungkapkan perasaan sukanya, namun sekarang berganti dengan perasaan benci dan jijik. Celina bisa mengerti perasaan Kevin, namun tetap saja hatinya terasa perih.
Celina keluar dari mobil Kevin, berjalan sendiri tanpa arah tujuan. Air matanya yang mengalir dibiarkan begitu saja. Tertatih seorang diri dengan menatap kosong. Kevin hanya bisa menatap gadis itu dari kaca mobilnya. Melangkah pelan keluar dari parkiran rumah sakit tanpa melihat apapun.
Sebuah mobil yang hendak masuk tak menyadari Celina yang berjalan ditengah gerbang. Klakson berbunyi nyaring, mobil itu membanting stir hingga menabrak pohon dalam pekarangan rumah sakit.
Celina kaget, Celina pingsan. Ibu yang membawa mobil langsung keluar dan terduduk lemas, syok dengan kejadian itu. Celina terkapar ditengah jalan masuk rumah sakit. Kevin terkejut melihat kejadian didepan matanya, langsung berlari mengejar.
Laki-laki itu panik, melihat Celina yang terkapar tak sadarkan diri. Kevin mengangkat tubuh dingin itu dan berlari membawanya ke IGD.
Kevin menyesal membiarkan gadis itu berjalan seorang diri dengan pikiran yang berkecamuk. Gadis itu terpukul dengan kenyataan yang baru didengarnya. Ditambah Kevin yang langsung memberi penolakan terhadap kehadirannya.
Celina ditangani oleh paramedis, Kevin ingat pada ibu-ibu yang mengendarai mobil tadi. Laki-laki itu segera menemuinya dan menanyakan keadaannya, beruntung ibu itu baik-baik saja. Kevin berinisiatif mengganti biaya perbaikan mobilnya yang rusak karena menabrak pohon.
Ibu itu tersenyum, meski wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya masih gemetar namun ibu itu masih bisa mengkhawatirkan orang lain. Ibu itu ingin menjenguk Celina, ingin melihat keadaan gadis itu. Namun Celina masih belum sadar. Ibu itu memandang iba pada gadis yang terbaring lemah dan pucat itu.
"Dia siapamu nak ?" tanya ibu itu.
"Dia teman adik saya bu" jawab Kevin.
Ibu itu mengangguk mengerti.
"Apa yang terjadi padanya ? kenapa dia berjalan dengan tatapan kosong seperti itu ?" tanya ibu paruh baya itu.
Ibu itu sangat baik, Celina telah membuatnya kecelakaan namun masih mau menjenguk gadis yang menyebabkan kecelakaannya. Kevin tidak bisa menjawab pertanyaan ibu itu, Kevin hanya terdiam menunduk.
"Ibu seperti mengingat kejadian yang pernah ibu alami" ucapnya sambil memandangi wajah Celina.
"Apa dia baik-baik saja ?" tanya ibu itu lagi
"Dokter bilang dia mengalami syok dan depresi" jawab Kevin.
Ibu itu mengangguk, lalu teringat akan urusannya.
"Baiklah kalau begitu ibu permisi dulu, maukah kamu memberikan kartu nama ibu padanya. Jika dia butuh sesuatu, dia boleh menemui ibu" ucap ibu itu sambil memberi kartu namanya.
" Oh ya mengenai biaya perbaikan mobil tidak usah kamu pikirkan, ibu bisa mengklaim asuransinya" ucapnya sambil tersenyum.
"Baiklah, terimakasih banyak bu. Dan maaf sudah menyusahkan ibu" ucap Kevin.
Ibu itu tersenyum lalu pergi, Kevin memandang wajah Celina yang masih memejamkan mata. Ada rasa menyesal terbersit dalam hati laki-laki itu. Kenapa dia begitu tega mengucapkan kata-kata kejam pada gadis itu.
Terlihat gadis itu sendiri juga terpukul mendengar kenyataan itu, tapi bukannya memberikan dukungan Kevin justru memaki gadis lemah itu. Kevin serba salah, perasaan tertipu yang menguasainya menyebabkan laki-laki itu kehilangan akal mengeluarkan kata-kata.
Kevin bergerak mendekati brankar gadis itu.
Air matanya meleleh, dalam keadaan pingsan gadis ini masih menangis, batin Kevin.
Sejak saat itu Celina selalu menghindar dari Kevin, gadis itu merasa bersyukur Kevin memberinya kesempatan tetap dirumah Alyssa hingga akhir semester ini. Laki-laki itu juga tidak memberitahu Alyssa tentang kehamilannya.
Sikap Kevin berubah terhadap Celina, laki-laki itu tidak lagi menggodanya. Kevin lebih banyak menghabiskan waktu bersama adiknya tanpa mau menoleh sedikitpun pada Celina.
Celina merasakan itu, gadis itu sebisa mungkin menghindar dari Kevin. Subuh-subuh sekali gadis itu menyiapkan sarapan untuk kedua adik kakak itu. Meletakkannya di atas meja lalu kembali menghilang didalam kamarnya.
Gadis itu tak mau Kevin melihat wajahnya.
Wajah yang menjijikkan ini, tak akan kubiarkan kak Kevin melihat wajah menjijikkan ini, batin Celina.
Setelah menyiapkan sarapan gadis itu akan berkurung dikamarnya. Setiap ditanya, gadis itu akan menjawab telah sarapan duluan, dengan suara yang telah serak karena menangis.
Rasanya tak tega membuat Alyssa bertanya-tanya dengan sikap Celina yang berubah. Tentu saja Alyssa merasakan perubahan sikap Celina dan juga sikap kakaknya. Namun setiap kali bertanya Celina akan berpura-pura ceria dan menjawab sambil tertawa.
"Nggak ada apa-apa Al, seperti biasa aja" hanya itu yang bisa diucapkannya saat Alyssa menanyakan perubahan sikapnya.
Berusaha menampilkan senyum terbaiknya. Lalu segera berlalu masuk ke kamar, menangis, menangis, menangis. Rasanya berat menjalani hidup seperti itu, tapi janji Celina pada Kevin untuk menjauhi mereka harus ditepatinya. Gadis itu harus bertahan dan berusaha bersikap wajar setidaknya hingga akhir semester ini.
Alyssa merasa telah terjadi sesuatu, bahkan gadis itu berpikiran buruk terhadap kakaknya yang juga telah berubah sikap pada Celina. Namun saat ditanyakan, sama seperti Celina, Kevin pun menjawab tidak terjadi apa-apa.
Celina kaget hingga memecahkan gelas saat tiba-tiba Kevin muncul dibelakangnya, ditengah malam. Gadis itu minum karena telah menahan haus seharian. Kevin menatapnya. Ada perasaan iba saat melihat sikap gadis itu yang ketakutan setiap kali melihatnya.
Wajahnya akan berubah panik, matanya akan berkaca-kaca. Terlihat kalau gadis itu sangat tidak ingin membuat Kevin lebih marah padanya. Gadis itu mengumpulkan beling gelas yang pecah dengan terburu-buru.
Celina meringis kesakitan saat pecahan kaca menyayat jarinya. Namun gadis itu merasa lebih takut Kevin akan membencinya karena muncul dihadapannya, hingga akhirnya gadis itu membiarkan jari-jarinya yang terluka.
Kevin terkejut melihat darah yang menetes dari luka itu, lalu memandang Celina yang mengabaikan begitu saja rasa pedih dilukainya. Celina buru-buru membuang beling, agar bisa segera berlalu dari tempat itu, masuk ke kamarnya dan menangis.
Kevin membuka pintu kamar gadis itu perlahan, melihatnya duduk di ranjang menangis terisak seorang diri. Darah yang mengalir dari jarinya yang terluka dibiarkan menetes ke lantai.
Kevin menatap iba gadis itu, menghampirinya, menarik gadis itu dalam pelukannya. Celina menangis dalam pelukan Kevin hingga tubuhnya berguncang.
Kevin mengobati lukanya yang dibiarkan begitu saja. Demi menghindar darinya gadis itu terluka, demi menghindarinya gadis itu tidak mengobati lukanya.
Gadis ini pasti merasa tersiksa dengan situasi ini, hatinya pasti terasa letih, batin Kevin menatap wajah Celina yang tertidur di sofa saat Kevin membersihkan lukanya.
Menangis lagi, gadis ini menangis lagi, bahkan saat dia tertidur, batin Kevin saat melihat air mata Celina mengalir meski matanya terpejam.
Kevin mengangkat tubuh mungil Celina dan memindahkannya kekamar tidur.
Satu lagi gadis terluka karena seorang bajingan.
Aku juga bajingan yang hanya memikirkan perasaanku sendiri, batin Kevin memandangi Celina yang tertidur.
Siapa laki-laki yang menghamilinya ?
Kenapa dia tidak meminta pertanggungjawabannya ? batinnya sambil menghela nafas panjang.
Sebaiknya aku pergi dari sini, agar gadis ini merasa lega tidak melihatku lagi, batin Kevin, berlalu dari kamar Celina.
"Apa ? kakak mau kembali ? secepat itu ? bukankah kakak bilang seminggu disini ?" Alyssa memberondong kakaknya dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Sebaiknya kakak kembali, lagian nggak ada lagi yang kakak lakukan disini, yang penting udah ketemu kamu kan" jawab Kevin sambil membelai pipi adiknya.
Nggak, kak Kevin belum boleh pulang, bukankah janjinya akan lebih lama disini.
Alyssa pasti sangat sedih jika kakaknya tiba-tiba pergi. Nggak boleh, nggak boleh, apa yang harus aku lakukan agar kak Kevin tidak memutuskan pulang lebih awal ?
Apa ? apa yang harus kulakukan ? batin Celina menitikkan air mata, mendengar ucapan Kevin dari balik pintu.
Celina melangkah pelan keruang tengah yang gelap, menyelipkan bantal empuk dikepala Kevin, menyelimuti laki-laki yang tidur di sofa itu. Lalu duduk di karpet menatap wajah laki-laki yang telah tertidur lelap itu.
"Maaf kak, maafkan aku karena bertahan disini" ucap Celina lirih, menitikkan air matanya.
"Jangan pergi, jangan pergi karena aku. Alyssa pasti sedih kakak pergi seperti ini, bukankah janji tetap disini lebih lama ?" ucap gadis itu, lalu menghapus air matanya.
"Maafkan aku, karena ingin bahagia, aku egois, aku tetap ingin bersamanya. Gadis sepertiku harusnya tak boleh bahagia bukan ?
Aku justru berbahagia bersama kalian, maafkan aku.
Sampaikan maafku pada Alyssa, saya pamit kak" ucap Celina lalu beranjak ke kamarnya.
Mengambil travel bag, memandang kamar itu sebentar lalu keluar dari kamar. Didepan pintu keluar rumah, langkah gadis itu terhenti, sesosok bayangan berdiri di tempat yang gelap itu.
Sosok itu mendekat, lama kelamaan Celina mengenali sosok itu. Wajah Kevin terbias cahaya lampu teras menatap kearahnya. Celina menitikkan air mata, gadis itu ingin pergi tanpa diketahui siapapun.
Laki-laki itu mendekat lalu memeluk Celina, mendekap Celina dalam pelukannya. Celina merasakan kehangatan tubuh laki-laki itu. Celina terlena.
Kembali tersadar, Celina buru-buru ingin melangkah mundur. Namun laki-laki itu tetap bertahan memeluknya.
"Aku tidak akan pergi, aku akan tetap bersamamu" ucap Kevin lirih ditelinga Celina.
Kevin meraih dagu Celina lalu menyesap bibir gadis itu, Celina membiarkan itu terjadi dengan air mata yang masih meleleh, gadis itu membiarkan laki-laki itu membenamkan bibirnya.
Travel bag lepas dari tangannya, meraih punggung Kevin, menerima ciuman Kevin sambil terisak. Hatinya sendiri tak terima gadis kotor seperti dirinya menerima perlakuan manis dari Kevin.
Isaknya semakin keras, hatinya bergolak bertentangan. Menolak Kevin atau menerimanya. Namun gadis itu tetap saja membalas ciuman itu. Kevin melepaskan ciumannya lalu memeluk Celina, membelai rambutnya. Mendekapnya lebih erat dalam suasana ruangan yang gelap.
...~ Bersambung ~...
Oh ya, para reader yang Othor sayangi, main-main ke tetangga di blok F ya ... Mohon dukungannya untuk karyaku ini ... ditunggu ya, makasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sering Halu
🌹🌹🌹🌹🌹
2023-09-16
0
Bang Wind
💕
2023-09-14
0
nacho
sedihnya aku ikut nangis
2022-01-11
0