BAB 15 ~ Membunuhmu ~

Celina melangkah menjauh dari restoran dengan air mata yang masih mengalir, menatap jalan yang dilewatinya dengan air mata yang terus menetes.

Sekejap saja, kebahagiaan dalam hidupku hanya mampir sekejap saja, batin Celina menangis.

Terbayang dipelupuk matanya, senyum Alyssa, tatapan lembut Kevin, pelukan hangat bu Tiara dan tawa para karyawan restoran saat bercanda dengannya. Celina menangis hingga tubuhnya berguncang.

Memandang nanar mobil yang berlalu lalang dibawah jembatan penyeberangan. Letih, hati dan tubuhnya terasa sangat letih. Terbayang ibu dan adik-adiknya dipanti, air mata mengalir dari sudut matanya.

Aku ingin semuanya berakhir, aku tidak sanggup lagi, maafkan aku ibu, adik, kak Celina tidak bisa membahagiakan kalian.

Satu kakinya terangkat perlahan, menginjakkan kakinya di pagar besi pegangan jembatan. Perlahan menaiki satu persatu besi pengaman itu.

Satu langkah lagi, maka semua akan berakhir.

Bayangan orang-orang yang disayanginya ada dibawah sana. Gadis itu ingin menggapai mereka, Celina tersenyum, dengan air mata yang terus mengalir, Celina tersenyum.

Satu langkah lagi gadis itu akan melewati batas pegangan jembatan. Senyumnya semakin melebar.

Aku datang, tunggu aku.

Celina melanjutkan langkahnya, menutup matanya lalu pasrah dengan apa yang akan terjadi.

Tubuh Celina terseret, terbanting, tanpa menyadari apa yang terjadi. Celina menatap dengan pandangan yang kabur, gelap, terang, lalu kembali gelap.

Raffa memacu mobilnya kerumah sakit, melewati jalanan ramai tanpa peduli speedometer nya yang telah melewati batas kecepatan di tengah kota. Menancap gas sekencang-kencangnya tanpa memikirkan keselamatannya.

Berlari sekencang-kencangnya, ditengah lorong rumah sakit dan orang-orang yang berlalu lalang. Membuka pintu dengan kasar, membuat semua orang didalam ruangan termangu menatapnya.

"Tidak, tidak" ucapnya terengah-engah.

"Apa maksudmu tidak, kami sudah memutuskannya. Pelayan itu harus dilaporkan" ucap Ny. Rowenna.

Jessica yang bersandar diranjang rumah sakit, memandang sinis pada suaminya. Sejak melahirkan kemarin wanita itu tidak melihat wajah suaminya walaupun cuma sebentar.

Raffa memutuskan pergi setelah mendengar kabar, pelayan yang ingin disingkirkannya menjauh dari keluarganya, justru adalah gadis yang ingin ditemukannya.

Raffa memutuskan untuk menenangkan diri, dia tak ingin keluarga besarnya melihat kerisauannya atas rasa kehilangannya pada gadis itu.

"Kami mengundang pers untuk mengumumkan kelahiran Jessica yang terpaksa prematur karena kecelakaan itu. Dan meminta yang berwajib untuk menangkap pelaku yang menyebabkan semua ini" ucap Ny. Rowenna tegas.

"Tidak, tidak, jangan lakukan itu" ucap Raffa setengah memohon.

"Tidak ? kenapa tidak ? mommy dengar orangnya sudah pergi, tidak mau meminta maaf apalagi bertanggung jawab. Mommy ingin orang itu dimasukan dalam DPO" ucap Ny. Rowenna duduk disofa dengan angkuhnya.

Masuk daftar pencarian orang ? berarti Celina akan menjadi buronan, batin Raffa.

"Tidak, kenapa harus berlebihan seperti ini, bayi itu telah lahir dengan selamat, kenapa harus dipermasalahkan lagi" sahut Raffa gusar.

"Apa ? anakmu lahir sebelum waktunya, kita harus ekstra hati-hati menjaganya, jika tidak, bisa-bisa anakmu tumbuh tidak normal, aku kesal mengingat itu, cucu pertama keluarga Saltano sakit-sakitan, atau bodoh atau.. ah sudahlah aku tidak mau membayangkannya.

Jika aku tidak mempermasalahkan ini, bagaimana orang-orang menilai keluarga kita ? keluarga yang mudah diinjak-injak hanya oleh seorang pelayan ?" ucap Ny. Rowenna sambil memalingkan muka.

Raffa memandang Jessica, laki-laki itu ingin bicara empat mata dengannya. Tapi Jessica selalu dikawal ibunya atau mertuanya. Wanita itu tak pernah dibiarkan sendirian, setiap kali Raffa memandangnya, Jessica akan langsung memalingkan muka.

Konferensi pers diadakan, Ny. Rowenna mengumumkan kelahiran cucu pertamanya yang lahir lebih cepat karena insiden terjatuhnya Jessica.

Pengumuman itu juga dilanjutkan dengan pemberitahuan keputusan keluarga Saltano untuk melayangkan tuntutan kepada orang yang menyebabkan Jessica mengalami pendarahan dan melahirkan sebelum waktunya.

Celina membuka mata, gadis itu ingin segera bangun. Namun tubuhnya terasa letih. Seorang perawat langsung menghampirinya.

"Nyonya sudah sadar ?" tanya perawat itu.

Celina langsung menyadari dimana dia berada.

Kenapa bisa sampai disini ? batin Celina.

"Seorang pemulung menarik mbak dari pagar jembatan penyeberangan. Semua orang disekitar situ menyaksikan mbak ingin melompat dari atas sana" jelas perawat itu.

Semua orang ? aku tidak melihat siapapun ? pikir Celina dalam hati.

Seingat Celina, orang-orang yang dilihatnya adalah bayangan orang-orang yang disayanginya. Tersenyum padanya dibawah jembatan itu.

Apa yang kupikirkan ? menggapai mereka dengan cara seperti itu ? jerit hati Celina.

Celina menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis.

Apa yang harus kulakukan ? batin Celina.

Gadis itu berusaha duduk.

"Istirahat saja dulu mbak, kondisi mbak masih lemah apalagi dalam keadaan hamil. Tadi tekanan darah mbak rendah sekali, itu tidak baik" saran perawat itu.

Akhirnya Celina menuruti ucapan perawat itu, menjelang sore barulah Celina kembali ke kamar kost-nya. Sehari-hari Celina hanya duduk termenung, dengan tatapan kosong.

Bagaimana keadaan sekarang ini ? sudah bisakah aku mencari kerja lagi ? aku tidak bisa seterusnya berdiam diri disini, uang yang kutabung untuk biaya melahirkan sudah terpakai untuk membayar kamar kost ini.

Apa yang harus kulakukan sekarang ?

Ah.. lapar, batin Celina.

Celina memutuskan keluar untuk membeli makanan, untuk berhemat gadis itu menunggu hingga perutnya benar-benar terasa lapar barulah gadis itu berjalan ke warung disekitar situ.

Pemilik warung yang baik hati suka melebihkan sayuran untuknya, Celina seringkali terharu melihat kebaikan orang disekitarnya meski mereka tidak saling mengenal.

"Menurut kabar yang beredar keluarga anda akan melayangkan tuntutan kepada orang yang telah mencelakai istri anda ? bagaimana menurut anda sendiri tuan Raffa"

Celina tercengang mendengar berita yang sedang tayang di televisi, gadis itu langsung menatap layar yang terpasang di dinding warung itu. Gadis itu terhuyung berpegangan pada meja didepannya.

Mata Celina berkaca-kaca, televisi sedang menampilkan wajah laki-laki yang sangat ingin dilupakannya. Celina menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya berharap bisa menahan tangisnya.

"Benar, kami memang sepakat untuk melayangkan tuntutan itu"

"Benarkah orang tersebut sudah masuk dalam Daftar Pencarian Orang"

Kaki Celina terasa lemas, gadis itu terduduk, air matanya mengalir.

Tega sekali dia menjadikan aku buronan, aku tidak bersalah, kenapa ingin menangkapku ? jerit hati Celina.

"Tidak adakah solusi selain menuntut pelaku ?"

"Saya pribadi, akan membatalkan tuntutan itu, jika pelaku mau menemuiku, dan meminta maaf padaku"

Celina menatap layar yang menampilkan wajah Raffa, terpampang jelas seolah-olah menatap kearahnya. Tatapan mata Raffa terlihat lembut seakan-akan tulus mengharapkan pelaku itu untuk muncul dihadapannya.

"Tuan baik sekali, hanya dengan bertemu dan meminta maaf, tuan akan membatalkan tuntutan ? lalu bagaimana dengan keluarga besar, apakah setuju ?"

"Saya akan melakukan apa saja untuk membatalkan tuntutan itu jika pelaku benar-benar muncul dihadapanku"

"Baiklah tuan, terima kasih untuk waktunya semoga pelakunya segera menemui tuan dan segera dapat menyelesaikan masalah ini, sekali lagi terima kasih"

"Non, ini nasi bungkusnya" ucap ibu pemilik warung yang sejak tadi hanya bisa melihat Celina menitik air mata.

Celina membayar makanan itu dengan linglung. Berjalan perlahan dengan air mata yang masih terus mengalir.

Kenapa aku harus menemuimu ? istrimulah yang bersalah ? kenapa menuduhku ? dialah yang terjatuh sendiri? dia tidak ingin disalahkan hingga menyalahkan ku ? dasar penipu ? jerit hati Celina.

Tersandar duduk dibalik pintu, menangis tersedu-sedu.

"AKU TIDAK AKAN MAU MENEMUIMU, AKU MEMBENCIMU, KAMU DENGAR... AKU MEMBENCIMU, AKU BENCI PADAMU" teriak Celina di dalam kamar tak peduli orang-orang yang akan mendengar teriakannya.

"AKU BENCI PADAMU !!!!!"

Gadis itu berteriak hingga lelah, hingga suaranya serak lalu rebah dilantai memandang langit-langit.

"Aku benci padamu, aku sangat membencimu, kamu jahat, kamu sangat jahat, aku membencimu" ucap Celina dengan suara lirih mengulang kata-kata itu berkali.

Tercenung sesaat menatap langit-langit kamar, meneteskan air mata hingga menyentuh lantai, raut wajah gadis itu tiba-tiba berubah, tersenyum lalu tertawa.

"Kamu ingin menemuiku, kemarilah, aku disini, apa yang akan kamu lakukan ? meniduriku lagi ? menipuku dengan kata-kata menyentuhmu ? lalu kembali lagi pada kekasihmu ?" lalu gadis itu tertawa.

"oh aku lupa... aku lupa, sekarang sudah menjadi istrimu, selamat tuan Raffa, anda sudah menikah" ucap Celina tertawa.

Wajahnya yang tersenyum kembali berubah sedih.

Tuan Raffa sudah menikah, tuan tidak akan mau bertemu denganku lagi.

Tuan Raffa ingin bertemu dengan pelaku, ingin memaafkannya, itu karena tuan tidak tau akulah orangnya.

Orang yang ingin tuan singkirkan. jerit hati gadis itu, menangis dengan dada yang terasa sakit.

Celina menangisi dirinya, nasibnya dan jalan hidupnya, hingga akhirnya gadis itu tertidur dilantai.

Ny. Rowenna memandang tajam pada putranya, wanita keras hati itu tidak terima pernyataan Raffa yang bersedia memaafkan orang yang mencelakai menantu dan cucunya.

"Apa yang kamu pikirkan, menentukan sendiri penyelesaian masalah ini, tidak ada yang mengizinkanmu untuk memaafkan pelayan itu.

Kamu tidak boleh memaafkannya" teriak Ny. Rowenna.

"Kenapa tidak boleh ? mommy, mulai sekarang berhentilah ikut campur dengan urusan keluargaku. Orang yang bertikai itu adalah istriku, karena itu aku berhak menentukan cara penyelesaiannya" ucap Raffa tegas.

Ny. Rowenna kaget hingga ternganga, begitu juga keluarga Cartwright. Raffa mendekati ranjangnya Jessica.

"Cepat pulih ya sayang" ucapnya sambil berbisik.

"Cabut tuntutannya, atau kubongkar rahasiamu" bisiknya seolah-olah mencium kedua pipi istrinya.

Jessica tercenung mendengar ucapan Raffa. Hingga hari ini gadis itu masih berharap pelayan itu tertangkap, dia lupa tujuannya menghembuskan kabar bahwa anaknya terlahir prematur sudah tercapai.

Namun entah kenapa Jessica bernafsu untuk menjahati pelayan itu. Padahal dia sama sekali tidak ada masalah sama sekali pelayan itu. Hanya sifatnya yang suka menindas dan menghina orang lemahlah yang membuatnya bersikukuh ingin menangkap pelayan yang bertikai dengannya itu.

Celina melangkahkan kakinya keluar dari kamar kost-nya, membawa travel bag berjalan tak tentu arah. Gadis itu tidak mampu lagi membayar sewa kamar kost. Sudah tiga bulan menyewa kamar itu dan hingga kini gadis itu masih belum mendapatkan pekerjaan lagi.

Sisa uangnya hanya bisa untuk membeli sedikit makanan sementara usia kehamilannya tinggal menghitung hari. Celina mencoba melamar pekerjaan namun melihat kandungannya yang telah begitu besar membuat orang ragu untuk menerimanya.

Gadis itu panik, bahkan tidak peduli lagi, jika statusnya orang yang masuk dalam daftar pencarian orang. Mencari biaya melahirkan dan biaya hiduplah yang terpenting baginya saat ini.

Letih berjalan dengan perut yang begitu besar membuat gadis itu ingin beristirahat namun tidak ada tempat yang bisa dijadikannya untuk beristirahat sejenak.

Celina tertegun melihat sebuah rumah yang tak terurus. Pekarangan rumah yang sudah dipenuhi semak belukar dan tanaman mawar yang tersebar dimana-mana. Membuat gadis itu teringat pada cerita ibu Tina saat masih duduk dibangku SMP.

"Kenapa ibu memberiku nama Celina Rose ?" tanya Celina remaja sambil tiduran dipangkuan bu Tina.

"Karena kamu ibu temukan disebuah rumah kosong yang memiliki tanaman mawar yang banyak sekali" ucap bu Tina sambil menyisir rambut panjang putri angkatnya.

"Sedangkan nama Celina berasal dari nama penyanyi kesukaan ibu, Celine Dion, dia menyanyikan lagu yang menjadi soundtrack sebuah film kenangan bagi ibu dan suami ibu. Film itu adalah film terakhir yang kami tonton bersama, hingga akhirnya dia meninggal" jelas Bu Tina mengenal saat-saat indah bersama mendiang suaminya.

"Film apa itu Bu ?" tanya Celina penasaran.

"Sebuah film romantis berlatar belakang tenggelamnya sebuah kapal bernama Titanic, tokoh wanitanya bernama Rose, cantik dan anggun, namun sayangnya berakhir tragis. Tokoh pria meninggal karena tak mampu menahan dinginnya samudra Atlantik" cerita bu Tina.

Celina Rose, tanpa sadar gadis itu memasuki rumah kosong itu, berjalan dirumah besar yang tak lagi berpenghuni. Lantai yang berdebu, disana Celina duduk termenung, menatap kosong.

Gadis itu tiba-tiba merindukan ibu yang telah merawatnya sejak bayi itu.

Maafkan aku bu, hingga saat ini aku belum bisa membahagiakan ibu, jerit hati Celina.

Menangis terisak, menangisi keadaanya.

Aku bersalah bu, aku berdosa karena mengabaikan pesan-pesan ibu, maafkan aku bu, maafkan aku.

Kembali terlintas dalam ingatannya, saat pertama kali menginjakkan kaki di Night Club itu, ada keraguan dihatinya, namun firasat itu diabaikan begitu saja karena keyakinannya yang tidak akan bisa terjerumus dalam dunia malam.

Membuatnya nekat bekerja sebagai pelayan di tempat yang sering didatangi para pria hidung belang itu. Tempat pertama kali menatap wajah itu, mendengar suara laki-laki itu. Laki-laki yang akhirnya mengejarnya dilorong jalanan yang sepi.

Tangis Celina pecah, gadis itu menyesali langkahnya yang salah, menyesali keputusan-keputusannya yang membawa gadis itu bernasib seperti sekarang ini.

Aku membencimu tuan, aku benci bertemu denganmu, aku benci diriku, aku benci diriku, aku benci padamu, jerit hati Celina.

"AKU BENCI PADAMU..!!!" teriak Celina menggema dirumah kosong itu.

"Ah... aduh.. aduh.. sakit" Celina merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya.

Gadis itu berusaha untuk berdiri, namun tak mampu. Celina mencoba berteriak meminta tolong, namun tak ada seorangpun yang datang. Mencoba berjalan namun tak mampu bergerak.

Gadis itu duduk tersandar dengan nafas yang tersengal-sengal dan keringat yang bercucuran. Rasa sakit yang luar biasa yang dirasakannya membuat dia membayangkan ibu kandung yang melahirkannya.

Berjalan keluar tak mampu dilakukannya, gadis itu membuka travel bag yang berada didekatnya dan mengambil baju kemejanya, menggigit baju itu, sekuat tenaga mendorong bayi yang sudah ingin meninggalkan rahimnya.

Menarik nafas, sekuat-kuatnya mendorong perut yang besar itu, lantai telah basah digenangi air ketuban bercampur darah. Gadis itu berhenti sejenak, dada Celina bergerak turun naik karena menghirup dan menghembuskan nafas.

Mengambil selembar t-shirt dan meletakkannya disela-sela pahanya. Gadis itu pasrah dia tak akan mampu mencapai rumah sakit.

Rasa sakit itu muncul lagi, dengan air mata yang mengalir deras Celina berjuang sekuat tenaga mendorong bayi itu keluar dari perutnya hingga saat-saat kehabisan nafas, sesosok makhluk kecil muncul disela-sela pahanya.

Begitu kecil, pucat dan licin berlumuran darah. Celina menjerit sekeras-kerasnya. Bayinya telah lahir, gadis itu ketakutan. Suara tangis bayi memecah kesunyian rumah kosong itu.

Celina menatap bayi yang baru saja dilahirkannya. Bayi laki-laki yang masih berlumuran darah itu menangis sangat kencang menggema ke seluruh lorong rumah menimbulkan suara yang menyeramkan.

Menatap bayi itu seperti menatap wajah laki-laki yang menyekapnya di Villa itu selama berhari-hari. Kebencian, yang dirasakannya pada laki-laki itu sekarang tercurah pada makhluk kecil yang baru saja berhasil keluar dari rahimnya itu.

Terbayang wajah laki-laki yang mengejarnya di lorong sepi itu, yang telah merenggut kesuciannya. Lalu meninggalkannya demi menikahi wanita lain.

"AKU BENCI PADAMU, AKU BENCI PADAMU" teriaknya pada bayi yang terus menangis itu

Celina menutup kedua telinganya sekuat tenaga. Tak mau mendengar tangisan bayi hasil perbuatan laki-laki itu.

Celina kembali berteriak, dia tidak ingin mendengar suara tangisan bayi itu. Memilih berlari dari ruangan kosong, gelap dan lembab itu. Di teras rumah Celina berhenti, memandang ke dalam rumah.

"Aku harus meninggalkannya, aku tidak peduli, aku akan meninggalkannya" ucap Celine berbicara sendiri.

Melangkah meninggalkan teras, bunyi petir menggelegar membuat gadis itu terkejut hingga terhuyung kebelakang. Tak berapa lama turun hujan, gadis itu tercenung. Kembali mendatangi bayi yang masih berdarah itu.

"DIAM... DIAM... " teriak gadis depresi itu sambil menutup telinganya.

Tiba-tiba menatap tajam pada bayi laki-laki itu, mendekatinya, menempelkan kedua tangannya dileher bayi itu. Perlahan mengencangkan genggamannya.

"Kamu seorang Saltano bukan ? aku akan membunuh keturunan Saltano hari ini" ucap gadis itu dengan mata yang memerah marah.

Mengingat kesombongan Ny. Rowenna, perlakuan Raffa dan kekejaman Jessica.

"Aku akan membunuhmu Saltano, Nyonya besar lihatlah, lihatlah aku membunuh seorang keturunanmu, aku akan membunuh keturunanmu, harusnya aku membunuhmu hari itu, harusnya aku membiarkan mu mati di Villa itu" teriak Celina lalu tertawa sangat keras.

Memandang bayi itu lamat-lamat. Dengan tersenyum dan air mata yang terus mengucur, Celina menekan leher kecil itu, hingga suara tangis itu terhenti.

...~ Bersambung ~...

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

cellin rawat baby mu jangan membenci nya suatu saat baby mu penolong mu

2023-10-10

0

Sering Halu

Sering Halu

🌷

2023-09-20

0

Bang Wind

Bang Wind

👍👍

2023-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ The Beginning ~
2 BAB 2 ~ Di Villa ~
3 BAB 3 ~ Penyelamatan ~
4 BAB 4 ~ Bersama Lagi ~
5 BAB 5 ~ Rencana ~
6 BAB 6 ~ Rencana Tersembunyi ~
7 BAB 7 ~ Pernikahan ~
8 BAB 8 ~ Persahabatan ~
9 BAB 9 ~ Suka Padamu ~
10 BAB 10 ~ Jangan Pergi ~
11 BAB 11 ~ Kenyataan Mengejutkan ~
12 BAB 12 ~ Selamat Tinggal ~
13 BAB 13 ~ Kebenaran Masa Lalu ~
14 BAB 14 ~ Takdir Memisahkan ~
15 BAB 15 ~ Membunuhmu ~
16 BAB 16 ~ Kembali ~
17 BAB 17 ~ Saya Ozora ~
18 BAB 18 ~ Bertemu ~
19 BAB 19 ~ Menunggu Jawabmu ~
20 BAB 20 ~ Undangan ~
21 BAB 21 ~ Pesta ~
22 BAB 22 ~ Kebenaran Tersembunyi ~
23 BAB 23 ~ Diluar Ingatan ~
24 BAB 24 ~ Setuju ~
25 BAB 25 ~ Di Toko ~
26 BAB 26 ~ Namanya Celina ~
27 BAB 27 ~ Telah Hilang ~
28 BAB 28 ~ Jangan ~
29 BAB 29 ~ Terbuka ~
30 BAB 30 ~ Pesta Mewah ~
31 BAB 31 ~ Pergi Saja~
32 BAB 32 ~ Di Hotel ~
33 BAB 33 ~ Takut Kehilangan ~
34 BAB 34 ~ Merebut ~
35 BAB 35 ~ Pengadilan ~
36 BAB 36 ~ Mendapatkan Kembali ~
37 BAB 37 ~ Bersama di Villa ~
38 BAB 38 ~ Pernyataan Cinta ~
39 BAB 39 ~ Menjelang Pernikahan ~
40 BAB 40 ~ Di Gudang ~
41 BAB 41 ~ Menghilang ~
42 BAB 42 ~ Bertahan ~
43 BAB 43 ~ Kembali ~
44 BAB 44 ~ Hadiah Istimewa ~
45 BAB 45 ~ Honeymoon ~
46 BAB 46 ~ Cinta Sejati ~
47 BAB 47 ~ Hidup Baru ~
48 BAB 48 ~ Cinta Yang Belum Berakhir ~
49 BAB 49 ~ Prahara Pertama ~
50 BAB 50 ~ Hadirkan Cinta ~
51 BAB 51 ~ Artimu Bagiku ~
52 BAB 52 ~ Kisah Cinta ~
53 BAB 53 ~ Cemburu
54 BAB 54 ~ Niat Hati Orang Ketiga ~
55 BAB 55 ~ Aksi Orang Ketiga ~
56 BAB 56 ~ Kehilangan Lagi ~
57 BAB 57 ~ Asal Usul ~
58 BAB 58 ~ Kembali Lagi ~
59 BAB 59 ~ Berita Baik ~
60 BAB 60 ~ Keluarga Baru ~
61 BAB 61 ~ Akhir Dendam Masa Lalu ~
62 BAB 62 ~ Melewati Jebakan ~
63 BAB 63 ~ Karena Menunggu ~
64 BAB 64 ~ Bahagia Bersama ~
65 BAB 65 ~ Konsep Baru ~
66 BAB 66 ~ Resepsi K & K ~
67 BAB 67 ~ Nostalgia Dan Honeymoon ~
68 BAB 68 ~ Pertemuan di Honeymoon ~
69 BAB 69 ~ Lembaran Baru ~
70 BAB 70 ~ Dimana Ozora ~
71 BAB 71 ~ Ozora Kembali ~
72 BAB 72 ~ Di Resepsi ~
73 BAB 73 ~ Terlalu Benci dan Terlalu Cinta ~
74 BAB 74 ~ Bertahan Lagi ~
75 BAB 75 ~ Namanya Adalah... ~
76 BAB 76 ~ Pengumuman ~
77 BAB 77 ~ Mama Celina ~
78 BAB 78 ~ Kenapa Celina ~
79 BAB 79 ~ Terlanjur ~
80 BAB 80 ~ Bidadari ~
81 BAB 81 ~ Pesan Masa Lalu ~
82 BAB 82 ~ Penjelasan ~
83 BAB 83 ~ Menyesal Lagi, Maaf Lagi ~
84 BAB 84 ~ Niat di Hati ~
85 BAB 85 ~ Hadiah dan Hukuman ~
86 BAB 86 ~ Bidadari yang Sebenarnya ~
87 BAB 87 ~ Surprise ~
88 BAB 88 ~ J A N J I ~
89 BAB 89 ~ Menagih Janji ~
90 BAB 90 ~ Kembali Pulang ~
91 BAB 91 ~ Memaksa ~
92 BAB 92 ~ Tersesat ~
93 BAB 93 ~ Kembali ~
94 BAB 94 ~ Mengulang Kembali ~
95 BAB 95 ~ Berita ~
96 BAB 96 ~ Tamu tak Diinginkan ~
97 BAB 97 ~ Ditinggalkan ~
98 BAB 98 ~ Ditinggalkan Lagi ~
99 BAB 99 ~ Rahasiakan ~
100 BAB 100 ~ Aroma Persaingan ~
101 BAB 101 ~ Happy Ending ~
Episodes

Updated 101 Episodes

1
BAB 1 ~ The Beginning ~
2
BAB 2 ~ Di Villa ~
3
BAB 3 ~ Penyelamatan ~
4
BAB 4 ~ Bersama Lagi ~
5
BAB 5 ~ Rencana ~
6
BAB 6 ~ Rencana Tersembunyi ~
7
BAB 7 ~ Pernikahan ~
8
BAB 8 ~ Persahabatan ~
9
BAB 9 ~ Suka Padamu ~
10
BAB 10 ~ Jangan Pergi ~
11
BAB 11 ~ Kenyataan Mengejutkan ~
12
BAB 12 ~ Selamat Tinggal ~
13
BAB 13 ~ Kebenaran Masa Lalu ~
14
BAB 14 ~ Takdir Memisahkan ~
15
BAB 15 ~ Membunuhmu ~
16
BAB 16 ~ Kembali ~
17
BAB 17 ~ Saya Ozora ~
18
BAB 18 ~ Bertemu ~
19
BAB 19 ~ Menunggu Jawabmu ~
20
BAB 20 ~ Undangan ~
21
BAB 21 ~ Pesta ~
22
BAB 22 ~ Kebenaran Tersembunyi ~
23
BAB 23 ~ Diluar Ingatan ~
24
BAB 24 ~ Setuju ~
25
BAB 25 ~ Di Toko ~
26
BAB 26 ~ Namanya Celina ~
27
BAB 27 ~ Telah Hilang ~
28
BAB 28 ~ Jangan ~
29
BAB 29 ~ Terbuka ~
30
BAB 30 ~ Pesta Mewah ~
31
BAB 31 ~ Pergi Saja~
32
BAB 32 ~ Di Hotel ~
33
BAB 33 ~ Takut Kehilangan ~
34
BAB 34 ~ Merebut ~
35
BAB 35 ~ Pengadilan ~
36
BAB 36 ~ Mendapatkan Kembali ~
37
BAB 37 ~ Bersama di Villa ~
38
BAB 38 ~ Pernyataan Cinta ~
39
BAB 39 ~ Menjelang Pernikahan ~
40
BAB 40 ~ Di Gudang ~
41
BAB 41 ~ Menghilang ~
42
BAB 42 ~ Bertahan ~
43
BAB 43 ~ Kembali ~
44
BAB 44 ~ Hadiah Istimewa ~
45
BAB 45 ~ Honeymoon ~
46
BAB 46 ~ Cinta Sejati ~
47
BAB 47 ~ Hidup Baru ~
48
BAB 48 ~ Cinta Yang Belum Berakhir ~
49
BAB 49 ~ Prahara Pertama ~
50
BAB 50 ~ Hadirkan Cinta ~
51
BAB 51 ~ Artimu Bagiku ~
52
BAB 52 ~ Kisah Cinta ~
53
BAB 53 ~ Cemburu
54
BAB 54 ~ Niat Hati Orang Ketiga ~
55
BAB 55 ~ Aksi Orang Ketiga ~
56
BAB 56 ~ Kehilangan Lagi ~
57
BAB 57 ~ Asal Usul ~
58
BAB 58 ~ Kembali Lagi ~
59
BAB 59 ~ Berita Baik ~
60
BAB 60 ~ Keluarga Baru ~
61
BAB 61 ~ Akhir Dendam Masa Lalu ~
62
BAB 62 ~ Melewati Jebakan ~
63
BAB 63 ~ Karena Menunggu ~
64
BAB 64 ~ Bahagia Bersama ~
65
BAB 65 ~ Konsep Baru ~
66
BAB 66 ~ Resepsi K & K ~
67
BAB 67 ~ Nostalgia Dan Honeymoon ~
68
BAB 68 ~ Pertemuan di Honeymoon ~
69
BAB 69 ~ Lembaran Baru ~
70
BAB 70 ~ Dimana Ozora ~
71
BAB 71 ~ Ozora Kembali ~
72
BAB 72 ~ Di Resepsi ~
73
BAB 73 ~ Terlalu Benci dan Terlalu Cinta ~
74
BAB 74 ~ Bertahan Lagi ~
75
BAB 75 ~ Namanya Adalah... ~
76
BAB 76 ~ Pengumuman ~
77
BAB 77 ~ Mama Celina ~
78
BAB 78 ~ Kenapa Celina ~
79
BAB 79 ~ Terlanjur ~
80
BAB 80 ~ Bidadari ~
81
BAB 81 ~ Pesan Masa Lalu ~
82
BAB 82 ~ Penjelasan ~
83
BAB 83 ~ Menyesal Lagi, Maaf Lagi ~
84
BAB 84 ~ Niat di Hati ~
85
BAB 85 ~ Hadiah dan Hukuman ~
86
BAB 86 ~ Bidadari yang Sebenarnya ~
87
BAB 87 ~ Surprise ~
88
BAB 88 ~ J A N J I ~
89
BAB 89 ~ Menagih Janji ~
90
BAB 90 ~ Kembali Pulang ~
91
BAB 91 ~ Memaksa ~
92
BAB 92 ~ Tersesat ~
93
BAB 93 ~ Kembali ~
94
BAB 94 ~ Mengulang Kembali ~
95
BAB 95 ~ Berita ~
96
BAB 96 ~ Tamu tak Diinginkan ~
97
BAB 97 ~ Ditinggalkan ~
98
BAB 98 ~ Ditinggalkan Lagi ~
99
BAB 99 ~ Rahasiakan ~
100
BAB 100 ~ Aroma Persaingan ~
101
BAB 101 ~ Happy Ending ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!